HARTA KARUN ternyata tak hanya teronggok di dasar laut, tapi juga tersimpan di lemari besi milik bank-bank asing. Itu kata Nyonya Lilik Sudarti, seorang ibu beranak empat yang mengaku sebagai Ketua Tim Pelaksana Program Pencairan Dana Nusantara. Dalam konferensi pers pada 4 Januari lalu, ia mengatakan bahwa ada harta karun milik 127 kerajaan di Nusantara yang kini tersimpan di 21 bank utama internasional yang bisa dicairkan untuk Indonesia. Jumlahnya? Dari tiga bank yang sudah dilacaknya, kata Lilik, tersedia dana US$ 250 miliar yang siap dikucurkan.
Kata kunci untuk membuka harta itu adalah sebuah rekening atas nama Presiden Indonesia dan (tentu saja) Ny. Lilik di Bank Indonesia. Sayang, kunci ini mandek karena Presiden Habibie tak bersedia bertemu. Karena putus asa, Lilik membukanya kepada pers, dan soal harta karun itu pun segera jadi pembicaraan.
Sebagian orang menganggap cerita itu hanya bualan, terutama setelah kasus dana revolusi yang konon besarnya US$ 450 juta dan cerita pengusaha properti bernama Hariono Soeharyo, yang mengaku bisa mencairkan dana peninggalan dinasti kerajaan sebesar Rp 3 triliun, tak pernah jadi kenyataan. Namun Lilik punya beberapa modal untuk mendukung ceritanya. Ia misalnya didampingi oleh Syahrir Ilyas, seorang pensiunan BI. Lilik juga punya surat tugas dari Presiden Soeharto yang didapat sebulan sebelum ia lengser. Berkas-berkas perbankan termasuk nomor rekeningnya, menurutnya, ada di tangannya. Berkas itu begitu dirahasiakan, bahkan ia sampai menolak tawaran CNN yang bersedia membayar Rp 1 miliar bila ia bersedia memberitahukannya kepada mereka.
Apa boleh buat, segala modal itu belum berhasil membuat orang—juga Habibie yang biasanya selalu bersedia bertemu siapa saja—percaya. Karena itulah, seusai Lebaran Lilik bertekad membuat konferensi pers lagi. Kalau perlu, ia akan menghadirkan penghubungnya di Amerika dan mantan pejabat Bank Dunia yang membantunya. Kalau belum berhasil juga? Mungkin harta karun itu memang hanya ada di dasar laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini