KARNADI belum lama terbakar akibat lampu petromaks meledak, lalu kematian Masmi. Anaknya yang berumur 23 tahun itu meninggal setelah melahirkan seorang bayi di RS Dokter Kariadi, Semarang, pertengahan Oktober lalu. Itu berarti ia harus membuka dompet lebar-lebar. "Padahal, saya kehabisan uang," kata Karnadi, 55 tahun, warga Desa Paesan, Grobogan, Jawa Tengah. Kemudian ia datang ke kepala desa, minta "surat keterangan tidak mampu". Setelah dicek, ternyata Karnadi memang tak mampu. Rumahnya pun berdinding gedek. Pendek kata, tak ada tanda-tanda lelaki itu berbohong untuk mengelak dari tagihan ongkos perawatan anaknya. Rupanya, sebelum petugas rumah sakit datang, lebih dulu ia membongkar dinding kayu dan menggantikannya dengan bambu. Tapi gembiranya itu segera sirna. Nyonya Trisno, bidan yang merawat Masmi sebelum dibawa ke rumah sakit datang menagih. Kendati Karnadi berdalih tak punya uang, Nyonya Tris ngotot minta dibayar biaya perawatan itu. Khawatir belangnya ketahuan, Karnadi menjual dinding kayu yang sedianya mau dipasang lagi di rumahnya. Laku Rp 15 ribu, dan uang sejumlah itu ia bayarkan kepada Nyonya Tris. Dasar sial. Malah setelah itu ia jadi gunjingan orang sekampung: gara-gara mengaku orang miskin. "Lho, saya memang miskin. Rumah ini 'kan milik anak dan cucu saya? Apalagi sawah saya puso, kekeringan," katanya kepada Bandelan Amarudin dari TEMPO. Yusroni Henridewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini