Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Mengapa Jokowi Tak Mendengarkan Suara Aktivis Pendukungnya?

Presiden Jokowi mengabaikan seruan aktivis mengenai politik dinasti. Ikut merestui Prabowo-Gibran.

29 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Usman Hamid (keempat kiri) dan Erry Riyana Hardjapamekas (ketiga kiri) saat menyampaikan  Maklumat Juanda yang berjudul "Reformasi Kembali ke Titik Nol" di kawasan Gambir, Jakarta, 16 Oktober 2023. Tempo/Febri Angga Palguna
Perbesar
Usman Hamid (keempat kiri) dan Erry Riyana Hardjapamekas (ketiga kiri) saat menyampaikan Maklumat Juanda yang berjudul "Reformasi Kembali ke Titik Nol" di kawasan Gambir, Jakarta, 16 Oktober 2023. Tempo/Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

MENYAMBANGI Istana Negara pada Ahad, 15 Oktober lalu, Abdi Negara Nurdin bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Gitaris grup musik Slank itu menemani mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Erry Riyana Hardjapamekas, untuk membicarakan peluang putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, maju sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto. Hari-hari itu kabar tentang duet Prabowo-Gibran kian santer terdengar.

Pertemuan di Istana digelar sehari sebelum Mahkamah Konstitusi merilis putusan tentang gugatan batas usia calon presiden dan wakil presiden dalam Undang-Undang Pemilihan Umum. Hasil pertemuan dengan Jokowi lantas diceritakan oleh Erry dalam pertemuan telekonferensi dengan sejumlah aktivis, akademikus, dan budayawan.

Erry menceritakan bahwa Jokowi menyimak sarannya. Presiden meminta Menteri Sekretaris Negara Pratikno, yang menemani, mencatat nasihat yang disampaikan Erry. “Kami menyuruh Gibran untuk pulang ke Solo dan melanjutkan tugasnya sebagai wali kota,” kata pendiri Tempo, Goenawan Mohamad, lewat pesan pendek pada Jumat, 27 Oktober lalu.

Goenawan juga diundang ke Istana, tapi dia absen karena sedang berada di Bali. Ia turut menyimak isi pertemuan dengan Jokowi dari Erry. Cerita yang sama didengar oleh pemain teater Butet Kertaredjasa.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Shinta Maharani dari Yogyakarta berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Titik Nol di Mahkamah Keluarga"

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai Redaktur Pelaksana Desk Wawancara dan Investigasi. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus