Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Amarzan, Entah di Mana Sokotra

SEBUAH sajak, seorang penyair, tak pernah berada dalam vakum. Pada suatu saat, pada suatu tempat, percakapan terjadi; pada saat lain, pada tempat lain, percakapan lain terjadi—tampaknya dengan alun yang sama, tapi ada yang tak sama. 

14 September 2019 | 00.00 WIB

Tentara mengawasi tahanan politik menanam padi di sawah di Pulau Buru, Maluku, 1979. Dok.TEMPO/Amarzan Loebis
Perbesar
Tentara mengawasi tahanan politik menanam padi di sawah di Pulau Buru, Maluku, 1979. Dok.TEMPO/Amarzan Loebis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tak lama setelah Amarzan Loebis meninggal, 2 September 2019, saya menerima sehimpun sajak yang ditulisnya. Sejak akhir 1950-an sampai dasawarsa-dasawarsa awal abad ke-21, sajak-sajaknya selalu membawa bunyi yang bening, tak pernah “storing”, tak pernah disonan, tak ada kalimat yang gagap. Tapi, pada suatu saat, di dalam itu, ada yang berubah. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Goenawan Mohamad

Penyair, esais, pelukis. Catatan Pinggir telah terhimpun dalam 14 jilid. Buku terbarunya, antara lain, Albert Camus: Tubuh dan Sejarah, Eco dan Iman, Estetika Hitam, Dari Sinai sampai Alghazali.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus