Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan sidak ke Dukuh Atas dan Terowongan Kendal, lokasi yang kini lagi tren berkat anak-anak Citayam, Bojonggede yang sering nongkrong di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Momen kunjungan Anies ke Dukuh Atas itu ia bagikan melalui story Instagram pada Ahad, 17 Juli 2022, dengan judul Sidak Fenomena SCBD, singkatan dari Sudirman, Citayam, Bojonggede dan Depok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kawasan Dukuh Atas tengah menjadi perbincangan dan tren di media sosial, karena memunculkan tren gaya disebut Citayam Fashion Week.
Anies yang memakai kemeja putih dan rompi Jakarta Kota Kolaborasi tampak berjalan kaki dan menyambangi setiap sudut yang ada di Dukuh Atas.
Para remaja yang sedang nongkrong di Dukuh Atas langsung menyambut dan meminta salaman dan mencium tangan Anies saat Gubernur DKI itu berjalan. "Pak Anies, foto pak," kata beberapa diantara mereka. Beberapa di antara mereka juga terlibat dialog dengan Anies.
Anies juga berbincang dengan sejumlah petugas baik dari Satpol PP maupun petugas kebersihan yang ada di Dukuh Atas. Salah seorang petugas Satpol PP menceritakan sering memberikan imbauan kepada para ABG yang kumpul agar tidak lama-lama swafoto.
Kemudian, Anies juga mendapat laporan dari petugas kebersihan, yang bertugas shift dari jam 9 malam, lalu mengecek lagi jam 2 pagi hingga jam 4 pagi. "Jam 2 sampai jam 4 pagi monitoring," kata petugas bernama Roni.
Dukuh Atas kini memunculkan fenomena Citayam Fashion Week dan generasi SCBD. Citayam Fashion Week adalah panggung yang diciptakan para remaja Citayam, Depok dan Bojonggede, Bogor yang kerap nongkerong di Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
Istilah itu muncul karena para anak baru gede atau ABG yang nongkrong itu kerap memakai pakaian street style yang cukup modis, hingga viral di media sosial.
Saat Tempo datang ke Dukuh Atas pada Kamis, 14 Juli 2022 lalu, tampak puluhan remaja berkumpul dengan kelompoknya masing-masing di wilayah itu. Ada kesamaan di antara mereka, yaitu pakaian street style. Ada yang pakai hoodie gombrong, ikat kepala, topi, jaket jeans dengan bordiran besar, celana jeans yang dilipat sebelah, atau cukup dengan kacamata hitam di atas kening.
Tampilan street fashion mereka memang menarik perhatian. Bahkan beberapa fotografer baik profesional maupun amatir berlomba memotret gaya mereka. Mereka tak segan meminta remaja SCBD itu untuk bergaya, seperti menyeberangi zebra cross dengan latar belakang gedung tinggi, atau cukup memintanya berjalan di trotoar, dan bergaya ekspresif. Dan para remaja sebagai model juga tak malu untuk bergaya.
Selain beradu gaya, para remaja dari berbagai wilayah itu juga ada yang datang hanya untuk bermain dan bertemu teman-temannya. Mereka ada yang nongkrong di sekitar taman yang berada di belakang pintu masuk Stasiun MRT BNI Dukuh Atas. Ada juga yang duduk ngemper di pinggiran trotoar sambil menyantap gorengan dan minum es. Beberapa kreator juga tak ketinggalan membuat konten tentang fenomena itu.
Anies Baswedan menyebut Dukuh Atas dan Terowongan Kendal memang sengaja dirancang sebagai ruang ketiga, tempat warga kota berkumpul dan bertemu dalam posisi yang setara.
Dahulu, Dukuh Atas dan Jalan Sudirman adalah milik mereka yang bekerja di wilayah itu saja, orang luar tidak bisa menikmatinya. Jalan terbesar di Jakarta itu, kata Anies, hanya dimiilki oleh mereka yang bekerja, namun kebanyakan mereka membawa kendaran pribadi. "Begitu sampai kantor, masuk dan keluar pakai kendaraan pribadi," katanya.
Tapi sekarang, menurut Anies, yang terjadi adalah demokratisasi Jalan Sudirman, yang tidak lagi milik sedikit orang, tapi siapa saja bisa menikmati, termasuk anak-anak remaja dari Citayam dan Bojonggede.
MOH. KHORY ALFARIZI