Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Badan intelijen amerika menyadap...

Kegiatan NSA-National Security Agency-lembaga intelijen AS. berpangkalan di fort meade dengan 10.000 personel. orang-orangnya disebar di berbagai belahan dunia. menghimpun bahan dari CIA, FBI, dll.

28 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tuduhan Amerika Serikat, Libya sedang membangun pabrik senjata kimia, tak terlepas dari kegiatan badan intelijennya. NSA di Maryland telah menyadap, mengintip, dan meneropong kegiatan di seluruh dunia. Setiap langkah pejabat dunia, khususnya Uni Soviet, tak dikuntit. Tak ada peristiwa yang luput dari NSA, kecuali terbangnya seekor lalat. PESAWAT menukik. Suasana dalam kokpit tegang. Musuh sudah ada di depan mata harus digempur. Dua F-14 Tomcat AS segera beraksi. Percakapan pendek antara kedua pesawat serta dengan kapal penjelajah John F. Kennedy, yang rekamannya kemudian diputar di Pentagon -- Departemen Pertahanan AS merekontruksikan apa yang telah terjadi: "Fox 2. Fox 2." "Shoot him." "I Can't. I dont have a F tone." "Good kill. Good kill." "OK, Good kill." Demikianlah peluru sidewinder Tomcat itu makan korban. Rabu tengah hari dua pekan lalu, dua MiG-23 Libya rontok, dan memperpanas hubungan AS-Libya. Pihak Amerika memang berdalih bahwa penembakan itu hanya "sebuah insiden". Tetapi banyak pihak lebih percaya, peristiwa itu tak akan terjadi bila tak ada perang kata-kata antara Reagan dan Qadhafi. Reagan menuding Libya tengah membangun pabrik senjata kimia. Pabrik senjata kimia? Ya, itulah yang diributkan AS pada Libya kendati semua pihak tahu bahwa justru AS-lah negara yang paling banyak menimbun bom kimia tanpa mau dikritik. Pangkal keributan itu sebenarnya adalah kerja intelijen. Satelit AS menangkap gambar sebuah pabrik di Rabat -- 65 kilometer di selatan ibu kota Tripoli, Libya. NSA -- National Security Agency -- lembaga intelijen AS, segera mengidentifikasi potret udara itu sebagai pabrik kimia. Dalam pelacakan lebih lanjut, diketahui pabrik kimia itu didirikan oleh sebuah perusahaan Jerman Barat, dan jika selesai bisa menghasilkan 360 ton gas mustard -- gas pelumpuh saraf sehari (menurut Libya, itu pabrik farmasi). Agaknya, ini hasil kerja NSA paling akhir yang nampak di permukaan. Tak banyak orang mengenal nama lembaga intelijen ini karena tak sepopuler CIA, KGB, atau FBI. Padahal, NSA telah berperan banyak untuk politik luar negeri AS. Baru ketika James Bamford melempar bukunya yang mengupas NSA, The Puzzle Palace, terbitan Penguin, yang melejit menjadi best seller, sosok NSA mulai dilihat umum. NSA bukan lembaga yang bangkotan. Secara resmi badan itu baru berdiri pada tahun 1952, setelah Presiden Harry S. Truman mengesahkannya. Pagi hari tanggal 4 November tahun itu adalah saat kelahirannya. Sebelas hari sebelumnya, 24 Oktober, Presiden Truman mengguratkan tanda tangannya di bagian akhir memorandum kepresidenan setebal tujuh halaman. Sebuah memorandum top secret, dan distempel dengan kata yang sesuai dengan klasifikasi kerahasiaannya. Bagi Pemerintah Amerika Serikat, dokumen itu begitu dirahasiakan. Sangat sedikit tangan yang diizinkan menjamahnya. Bahkan, direncanakan jauh hari, memorandum itu sengaja diluncurkan pada waktu yang tepat. Tahun itu sedang ramai-ramainya pemilihan presiden. Semua perhatian pun tumpah ke sana. Dalam keadaan begitu, siapa yang tahu, telah muncul memorandum pendirian lembaga intelijen yang amat liat. Tak seperti lembaga pemerintahan lain, kelahiran NSA amat sepi. Tak ada konperensi pers. Tak ada liputan wartawan. Tak ada debat di Kongres -- lembaga legislatif AS -- tentangnya. Bahkan tidak setetes isu pun bocor ke kalangan khalayak. Hingga 30 tahun setelah era Truman berlalu, memorandum itu tetap merupakan salah satu dokumen yang kerahasiaannya dijaga paling ketat. Sementara itu, NSA terus tumbuh sebagai kerajaan kriptologi, pembikin dan pemecah sandi, paling kukuh di dunia dan berpangkalan di Fort Meade dekat Washington. Perlahan, dan pasti, NSA terus menyusun jaringannya. Pada saat lahir, kendati diam-diam lembaga itu sudah ditopang oleh sekitar 10 ribu personel. Selain menyusun kekuatan di kantor pusat, NSA menyebar orang-orangnya ke berbagai pos, di berbagai belahan dunia. Merekalah yang mencegat sandi-sandi negara lain. Selain itu, NSA juga menghimpun bahan dari lembaga sejenis, misalnya CIA. Juga dari jaringan intelijen negara-negara sekutunya. Kerajaan kriptologi itu tumbuh menguat. Mereka punya agen sendiri. Sudah tentu juga menyusun kode tersendiri, untuk setiap informasi yang diperolehnya. Misalnya, mereka memakai inisial G - Gamma. Seri ini paling banyak dipakai untuk informasi penting mengenai Uni Soviet. Namun, ironisnya, G sejak tahun 1969 juga dipakai untuk mencatat pidato tokoh-tokoh Amerika yang "anti perang" macam Jane Fonda, Dr. Benjamin Spock, atau lainnya. Inisial G, sebutan Gupy, khusus diperuntukkan mengintersepsi pembicaraan tokoh tertinggi Soviet seperti halnya Leonid Brezhnev, Nikolai Podgorny, Alexei Kosygin, dan kini -- sekiranya kode itu belum diubah -- juga untuk Gorbachev. Kode G juga dipakai untuk seri informasi komunikasi Soviet-Arab, serta untuk berbagai macam lainnya. Secara keseluruhan, ada 20 macam kode G yang dipakai. Antara lain Gilt, Gout, Gult, Gant, Gabe, juga Gyro. Ada juga inisial D - Delta. Serial ini khusus untuk menunjuk informasi tentang operasi militer Uni Soviet. Misalnya, di mana pangkalan kapal selam, dan apa kegiatannya. Juga bagaimana kegiatan pesawat-pesawat tempur Soviet. Yang masuk kelompok Delta antara lain Dace, Dice, dan Dent. Kalaulah ada negara yang begitu diincar NSA, itulah Uni Soviet. Sejak berakhirnya Perang Dunia II, ketika kedua negara itu bergandengan tangan menggempur Jerman, Uni Soviet telah menjadi musuh nomor satu bagi AS. Perang dingin terus berkecamuk, dan beberapa kali sempat terjadi insiden tembak-menembak pesawat. April 1950, pesawat pengebom AL Amerika diremukkan dan 10 awaknya tewas oleh pesawat tempur Soviet di Laut Baltik. Pesawat serupa juga hilang di Siberia, diperkirakan ditembak jatuh. Lalu pesawat milik AU raib di laut Jepang. Baik bangkai pesawat maupun awaknya hilang tak berbekas. Yang selamat adalah misi penerbangan tanggal 15 Maret 1953. Pesawat AS tembak-menembak dengan dua MiG, 100 mil dari pangkalan laut Soviet Petropavlovsk. Peristiwa terakhir itu tampaknya juga melibatkan NSA. Tak mengherankan bila NSA amat mengincar Soviet. Di cabang terpenting lembaga itu, Sigint, terdapat apa yang dinamakan Grup-A yang terus-menerus memata-matai, dan membongkar sandi Uni Soviet. Tokoh yang paling menonjol dari lingkungan ini adalah Ann Z. Caracristi. NSA juga berupaya menyadap telepon radio mobil limousine yang dikendarai tokoh-tokoh tertinggi Soviet, di Moskow. Orang-orangnya memonitor dari Kedutaan Amerika di Soviet, menyalinnya, lalu mengirim bahan-bahan itu ke kantor pusat NSA. Tapi agaknya Soviet cukup licin untuk dikuping. Banyak pembicaraan telepon tokoh-tokoh itu yang bisa disadap. Tetapi hampir seluruhnya hanya pembicaraan yang layak untuk gosip. Misalnya, bahwa Brezhnev "kadangkala terlalu banyak minum vodka, dan menderita karena itu". Atau tentang Kosygin "yang kesehatannya amat buruk". Sejumlah rencana penting Soviet -- misalnya mengenai invasi ke Cekoslovakia tahun 1968 -- malah luput dari intipan NSA. Namun, tentu saja, lembaga itu sudah menyimpan data penting tentang kekuatan persenjataan Soviet dan penempatannya. Data yang sangat diinginkan Amerika. Bukan hanya Soviet yang secara langsung dibidik NSA. Tetapi juga negara lain yang berhubungan dengan Negeri Beruang Merah itu. Mesir di antaranya. Amerika, ketika itu, menilai Presiden Gamal Abdul Nasser mulai berpaling ke Moskow. Intelijen segera menguntit dan mencatat apa-apa saja yang diberikan Soviet pada Mesir: persenjataan, juga bendungan raksasa Aswan. Laporan itu amat menentukan sikap politik Amerika. Untuk mengimbangi Soviet, Amerika pun mulai mencurahkan bantuan pada Mesir. Mereka bahkan meminta Inggris tidak sedikit pun mengurangi pembelian minyaknya dari negara-negara Arab. Kuba juga termasuk seteru. Sebelum revolusi, negeri ini antek Amerika. Tetapi kemudian Fidel Castro membalikkannya menjadi kaki tangan Soviet. Tentu saja Amerika geram. Lewat foto-foto satelit, intelijen Amerika berhasil menangkap adanya ancaman terdekat. Yakni adanya peluru-peluru kendali Soviet yang sudah digelar di Kuba, yang setiap saat bisa ditembakkan ke AS. Untuk urusan Kuba, PR terbanyak memang diserahkan pada NSA. CIA tak sepenuhnya bisa menguntit langkah Kuba. Tidak seperti CIA yang kelahirannya didasarkan pada undang-undang, status NSA serupa Kopkamtib dahulu di Indonesia -- berdasarkan keputusan presiden saja. Maka, kewenangan NSA pun lebih luas dan tak terjamah oleh undang-undang. Karena itu, NSA bebas menyadap telepon orang yang dulu sering berhubungan dengan Kuba. Daftar nama orang-orang itu diberikan oleh FBI, yang menghimpunnya dulu sewaktu lembaga-lembaga intelijen masih leluasa menyadap telepon lewat jaringan komunikasi perusahaan ITT, RCA, maupun Western Union. Keterlibatan NSA di negara lain diungkap oleh agennya, Martin dan Mitchell, yang kemudian membelot ke Moskow. Menurut keterangan Martin pada koresponden koran Izuestia, sebelum tahun 1960 saja, NSA sudah beraksi di Italia, Turki, Prancis, Republik Persatuan Arab, Uruguay, dan -- jangan kaget -- Indonesia. Melihat itu, negara macam Vietnam, Iran, Afghanistan, Libanon, atau Nikaragua belakangan ini tentu juga termasuk sudah dikotorinya. Di dalam negeri, peran NSA menguat semasa Robert F. Kennedy diangkat menjadi jaksa agung tahun 1961. Ketika itu Kennedy kebagian sekopor catatan sisa-sisa yang belum dikerjakannya soal kejahatan terorganisasi. Soal itulah yang dianggap sebagai musuh rakyat nomor satu. Kalau dunia kejahatan mudah diorganisasi, mengapa badan yang menanggulanginya malah sukar. Gagasan Kennedy adalah membentuk suatu "unit kecil intelijen". Lalu disebarkan segala informasi mengenai kejahatan yang terorganisasi itu. Setelah unit kecil itu terbentuk, langkah awal lainnya adalah menyusun sebuah daftar yang dinamakan watchlist yang memuat nama-nama pentolan kejahatan terorganisasi. Mulai 1962, daftar itu kemudian dibagi-bagikan ke badan-badan lain. Itulah di antaranya, karya NSA. Akibat kerja yang terkoordinasi itu, puluhan tokoh organisasi kejahatan dapat diseret ke meja hijau. NSA lalu mulai mengarahkan telinga dan perhatiannya kepada warga negara Amerika sendiri. Tanpa peraturan atau undang-undang yang membatasi langkah-langkahnya, NSA makin merajalela. Pada masa Kennedy sasarannya adalah para bromocorah, sedangkan pada masa Johnson dan Nixon adalah para pemasok obat bius dan pemrotes Perang Vietnam. Dimasukkannya secara sistematis nama-nama warga negara Amerika ke dalam daftar orang-orang yang "potensial jadi pengacau" itu pada 1967 mencapai titik dramatis. Pada 10 Oktober tahun itu Mayjen. William Yarborough, Kepala Staf Bidang Intelijen Angkatan Darat, mengirim sebuah nota yang top secret kepada Direktur NSA Marsekal Carter. Ia meminta agar NSA memberikan informasi kepadanya, kalau-kalau rangkaian keributan dan kekacauan umum pada waktu itu -- terutama yang menyangkut aksi-aksi protes anti-Perang Vietnam -- diakibatkan oleh subversi dari luar. Atas dasar itu semua badan yang terlibat dalam operasi rahasia seperti CIA, NSA, FBI, dan malah Secret Service saling menukar informasi mengenai organisasi, badan, dan malah pribadi-pribadi yang dianggap menentang politik pemerintah pada waktu itu. Dalam daftar tersebut terdapat antara lain nama orang-orang terkemuka seperti bintang film Jane Fonda, Martin Luther King, penyanyi folk Joan Baez, dan malah penulis psikologi anak-anak terkenal Dr. Benjamin Spock. Yang paling hebat, daftar itu makin lama makin menggembung lantaran di dalamnya dimasukkan juga mereka yang pemah berhubungan dengan tokoh-tokoh blacklist tersebut. "Saya berpendapat menjauhkan obat-obat terlarang dari wilayah Amerika sama dengan menjauhkan segala kemungkinan kekuatan bersenjata dari luar dari mana pun mendarat atau masuk ke dalam wilayah Amerika.... Kita akan memerangi itu dengan segala daya dan usaha yang bisa kita lakukan." Itulah bunyi memo Presiden Richard Nixon pada Oktober 1969 ketika ia membentuk Satuan Tugas Gedung Putih untuk Pemberantasan Heroin. Penanggulangan masalah obat bius itu mulai saat itu sudah menjadi salah satu bagian dari politik luar negeri Amerika. Lembaga pemberantasan narkotik dan lembaga intelijen ditugasi terus memantau lalu lintas dan penyebarluasan obat-obat berbahaya yang datang dari Turki dan Asia Tenggara. Juga mencari peta hubungan antara para pengedar di Eropa dan pemasok di Amerika Latin. Tugas lainnya adalah untuk berperan sebagai penghubung di antara badan-badan yang aktif dalam pemberantasan narkotik. Tugas untuk mengadakan operasi intelijen antinarkotik di luar negeri jatuh ke tangan CIA. Operasi ini berhasil menyingkap hubungan antara para pemasok di luar negeri dan pengedar di dalam negeri. NSA membantu CIA menyadap percakapan orang-orang yang dicurigai. Bukankah hukum melarang CIA mengadakan penyelidikan atas warga negara Amerika? Kemudian mereka menyerahkan hasilnya pada lembaga pemberantasan narkotik. Masalah terbesar yang dihadapi tim pemberantasan narkotik adalah lantaran sebagian besar operasi obat bius itu ternyata dikendalikan dari Amerika. Dan dijalankan oleh orang Amerika. Ada suatu kasus yang membuat para penegak hukum frustrasi. Misalnya sebuah berita mengenai pengiriman obat bius dari Amerika Selatan, ternyata, dikirim via telepon dari sebuah telepon umum di Grand Central Station, New York. CIA jelas dilarang mengintip percakapan telepon di dalam negeri. Begitu juga lembaga intelijen lain. Dengan sendirinya NSA-lah yang tak terbatasi oleh peraturan tertulis yang melarangnya menyadap percakapan telepon dalam negeri -- yang harus mengambil alih tugas tersebut. Betapapun hebat hasil kerja NSA, toh berkali-kali mereka "kena batu"-nya juga. Batu pertama diterima tak lama setelah NSA berdiri, sewaktu Canine masih memimpin lembaga itu. Pada tanggal 9 Oktober 1954 menjelang matahari lingsir ke barat, sebuah mobil yang membawa agen-agen FBI mendatangi apartemen baru di kawasan Arlington, Virginia. Dengan cepat agen-agen itu menangkap dan membawa Joseph Sidney Petersen Jr. Petersen ternyata bukan pelaku tindak kriminal biasa. Petersen adalah orang NSA. Dan karenanya ia pun dikenai dakwaan telah melakukan "kejahatan intelijen" berkenaan dengan pekerjaannya. Petersen, yang lahir di New Orleans, adalah seorang master dari Universitas St. Louis. Ia mengikuti kursus tertulis mengenai dunia persandian. Semasa perang, ia berada di Arlington Hall mempraktekkan keahliannya dalam dunia sandi. Tugasnya adalah memecahkan kode-kode rahasia tentara Jepang. Duduk di sebelahnya, di lembaga yang sama, adalah Kolonel J.A. Verkuyl -- seorang militer Belanda yang dikenal sebagai ahli kriptologi. Hubungan antara Petersen dan Verkuyl menjadi dekat. Setelah kerja sama resmi antara AS dan Belanda berakhir karena perang dunia usai, Petersen masih sering memberi informasi pada kawannya itu. Itulah kesalahannya. Skandal yang lebih besar terjadi pada tahun 1960. Dua orang kepercayaan NSA, Bernon F. Mitchell dan William H. Martin, membelot ke Moskow. Mitchell, pelaut berambut cokelat itu mulanya bertugas di pos pendengar di Kamiseya, Jepang, sedangkan Martin berpangkalan di Alaska. Sudah barang tentu mereka "menyanyi" tentang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dapur NSA, kepada Moskow. Apa boleh buat, itulah dunia intelijen.A. Dahana dan Zaim Uchrowi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus