Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dalang-dalang nsa

Sekilas para bekas direktur NSA (National Security Agency). tercatat nama-nama: ralph julian canine, john alexander samford, laurence hugh frost, dll. NSA ternyata dipimpin oleh seorang "manajer".

28 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEAMBUT putih, seorang jenderal berbintang dua, veteran dua perang dunia: Mayor Jenderal Ralph Julian Canine, dialah "Bapak NSA". Dalam usia 55 tahun, Canine diangkat untuk memimpin lembaga intelijen National Security Agency (NSA) yang pertama. Sesungguhnya Canine lebih merupakan militer ketimbang intel. Ia telah menghabiskan hampir seluruh kariernya di dunia militer. Ketika Perang Dunia I pecah, ia terjun ke gelanggang menjadi komandan unit artileri di Prancis. Dalam Perang Dunia II, ia langsung terlibat dalam Pertempuran Bulge. Pengalamannya di bidang intelijen ia peroleh setelah bergabung di AFSA (Armed Forces Security Agency) Pentagon cikal bakal NSA -- dan menjadi salah seorang pejabat bidang intelijen di Departemen Pertahanan AS. Canine tak memiliki latar belakang universitas. Biarpun begitu, dengan segera ia bisa menjalani dunia militer dan sipil dengan sama baiknya. Tentang orang-orang di lingkungan kerjanya, ia punya komentar. "Orang-orang yang mendukung badan inilah andalan kita yang terpenting," ujarnya. "Bergantung pada tangan dan otak merekalah kami menghasilkan sukses. Saya yakin, yang menjamin keberhasilan tugas-tugas kami adalah karena kami menggaji orang-orang terbaik dan memberi mereka iklim kerja yang enak buat mengembangkan gagasan." Ternyata, Canine benar. Di tangannya, NSA tumbuh mantap dan kuat. Karya besarnya bukan kepiawaian teknis, tetapi justru iklim organisasi yang "tidak egoistis" tidak seperti banyak lembaga intelijen lain, yang menjalankan cara kerja sipil tapi tak mengasingkan diri dari lingkungan militer. Pada tahun 1956, setelah lima tahun memimpin AFSA-NSA, Canine pensiun. John Alexander Samford kemudian menggantikannya. Marsekal muda berusia 51 tahun ini memulai karier dari kokpit pesawat tempur. Ia lulusan West Point dan seluruh pengalamannya dalam bidang intelijen didapatnya di Pentagon. Samford pun melanjutkan ekspansi pos-pos NSA ke seluruh dunia, sebagaimana yang sudah dirintis Canine. Pada zamannya, kaki dan mata NSA menjadi banyak. Namun, malang, beberapa bulan sebelum ia mengakhiri masa jabatannya pada November 1960, badai menerjang. Dua orang stafnya lari ke Moskow. Inilah skandal paling buruk yang tercatat dalam sejarah NSA. Di tengah heboh itu, Laksamana Muda Laurence Hugh (Jack) Frost naik. Perwira tinggi yang ceking dengan rambut keperakan ini punya pengalaman banyak di bidang komunikasi dan intelijen -- makanan utama NSA. Dalam Perang Dunia II, ia komandan kapal perusak USS Waller, yang menerobos kepungan Jepang di Kepulauan Solomon. Tapi Frost hanya sebentar memimpin NSA. Ia kemudian dipindahkan kembali ke lingkungan angkatan laut. Pengganti Frost, Gordon Aylesworth Blake juga orang yang sudah kenyang urusan komunikasi. Selama perang dunia, perwira angkatan udara berbintang tiga ini adalah komandan sistem komunikasi Pasifik AU. Sejak tahun 1957, Blake sudah bergabung di NSA. Hasil terpenting dari direktur NSA ini adalah upayanya menjalin hubungan baik dengan lembaga kriptologi -- pembaca sandi -- lain. Caranya unik. Di AS, ada piala yang namanya Piala Travis. Semula piala itu diperebutkan dalam kejuaraan antara angkatan bersenjata dan orang-orang Sigint, misalnya untuk lomba catur atau softball. Oleh Blake, fungsi piala itu diubah. Piala Travis kemudian hanya diperebutkan di antara badan kriptologi secara tahunan. Setiap tahun, lembaga yang mampu menghasilkan karya besar untuk bidangnya memperoleh Piala Travis. Iklim persaingan itu sengaja dipupuk Blake bukan hanya untuk lingkungan kerjanya sendiri, tapi juga untuk memacu prestasi lembaga intelijen yang maksimal bagi Amerika Serikat. Usai Blake, giliran Marsekal Muda Sylvester (Pat) Carter memegang tongkat pimpinan. Orang inilah yang disebut-sebut direktur NSA yang terbaik dan berpengalaman luas -- setidak-tidaknya paling terkenal. Ia lulusan West Point dan memperoleh gelar master dari MIT. Beberapa tahun sebelumnya, nama Carter sudah melejit. Tahun 1962, ia menerobos lingkungan Washington menjadi wakil direktur CIA, yang saat itu dipimpin John A. McConey. Karena McConey memberikan kebebasan, Carter yang aktif itu memang mencuat. Ia menghabiskan 25 persen waktunya untuk menggantikan tugas atasannya. Misalnya, Carterlah orang pertama yang menerima hasil foto-foto U-2 yang memperlihatkan kehadiran peluru-peluru kendali Uni Soviet di Kuba. Dan ia juga yang memperlihatkan pornography -- skandal yang menyangkut Menteri Pertahanan Robert S. McNamara -- pada Presiden Kennedy. Permusuhan Carter dengan McNamara memang tak tersembunyikan. Menurut Carter "McNamara tak pernah mengerti, saya bekerja langsung pada presiden dan pada pemerintah adalah sesuai dengan ketentuan hukum." Sementara itu, bagi McNamara, seorang berbintang tiga bagaimanapun harus tetap bekerja di bawah koordinasinya. Setelah Carter masuk CIA menggantikan Charles P. Cabell yang jenderal penuh itu, McConey merekomendasi agar Carter dinaikkan menjadi jenderal penuh. Namun, McNamara menolak. Di NSA, Carter menolak campur tangan Pentagon. Ia bahkan mengubah kop surat dan amplopnya, serta mengganti tulisan "Departemen Pertahanan" dengan tulisan "Amerika Serikat". Ia juga menghapus kesan masyarakat bahwa orang-orangnya adalah spionase model kuno yang suka berdiri di pojok jalan, mengenakan topi dan mantel panjang, sambil sebentar-sebentar melirik, atau kadang menggunakan wanita buat mengorek informasi. Sewaktu merekrut tenaga baru, ia bilang, "Apa yang kupikirkan agaknya adalah kesediaanmu di setiap waktu, di setiap periode, untuk menjalankan tugas khusus di berbagai kasus di seluruh negeri. " Lalu, tambahnya, "Dan itu bukan, sekali lagi bukan, mencakup menembak mata-mata menyadap telepon, mengorganisasi kudeta, atau menyamar bak ular seperti Mata Hari (mata-mata Belanda kelahiran Indonesia yang cantik dan terkenal)." Sebuah majalah Soviet yang mendengar bahwa Carter diangkat menjadi direktur NSA menghadiahkan julukan "Pat, si Telinga Mesin". Tanggal 1 Agustus 1969, sesuai dengan jangka waktunya, Carter diganti. Setelah Carter yang terkenal itu pergi, tampil Laksamana Muda Noel Gayler yang ganteng. Sehabis perang dunia, personel lembaga macam ini 99 persen masih militer. Di bawah Gayler, "dari 2.000 posisi puncak, hanya 5 persen yang berbaju hijau." Agaknya, di masa damai, peran tentara mau tidak mau memang harus berkurang. Termasuk dalam dunia intelijen. Pengganti Gayler adalah Letnan Jenderal Samuel C. Phillips, yang banyak berkecimpung dalam program ruang angkasa dan peluru kendali. Hanya setahun ia menduduki kursi pimpinan NSA, lalu Letnan Jenderal Lew Allen Jr. menggantikannya. Yang mencolok dalam kepemimpinan Allen adalah usahanya mempertahankan "istananya" dari serangan Senat dan lembaga lain. Pencipta sejarah NSA yang lain adalah penerus Allen: Laksamana Muda Bobby Ray Inman. Dalam usia 46 tahun, Inman menempati kamar direktur bernomor 9A197 itu. Ia menjadi direktur NSA termuda sepanjang sejarah. Dalam tugas pertamanya, Inman menjadi saksi atas terguling dan terbunuhnya Nuri Said dan Faisal dalam kudeta di Irak 1958. Kemudian kariernya makin mengarah dalam dunia intelijen. "Saya adalah analis yang selama tiga puluh tiga bulan mengamati Angkatan Laut Soviet," ujarnya. Pada masa Inman, di NSA terjadi kehebohan yang menggelikan. Tiba-tiba saja terbetik ketakutan akan adanya homoseksualitas di kalangan stafnya. Bukti-bukti kasus itu memang ada. Hal itu mengingatkan pada skandal NSA yang terburuk di tahun 1960, ketika dua staf NSA kabur ke Soviet. Menurut dugaan, mereka yang kabur dulu adalah orang-orang homoseksual. Untuk menghadapi isu tersebut, NSA melakukan investigasi dan bersih lingkungan dari orang-orang yang dianggap homoseksual. Beberapa hari kemudian terbukti ada seorang staf yang dinilai seorang gay. Tetapi persoalan itu kemudian ramai. Staf NSA yang tertuding itu kemudian mengontak Franklin E. Kemeny -- seorang pembela hak-hak kaum gay di kawasan Washington. Maka, berlangsunglah perdebatan panjang tentang apakah seorang homoseksual tidak boleh aktif dalam kegiatan intelijen. Maret 1981, kursi direktur lowong lagi. Seorang perwira angkatan udara berbintang tiga, Lincoln D. Faurer, lalu mengisinya. Faurer tak seperti Inman, pendahulu dan sekaligus kawan dekatnya. Ia lebih suka menjadikan NSA tidak berada dalam sorotan publik, dan perlahan-lahan membangun kembali "dinding" yang membatasi lembaga itu dengan dunia sekelilingnya. Kalaulah ada tokoh bukan direktur yang pantas disebut, dialah Ann Z. Caracristi. Wanita ini mencapai karier tertinggi di NSA -- sebagai wakil direktur. Caracristi yang tidak pernah menikah ini setiap hari melaju dari rumahnya di kawasan elite Washington, Georgetown, ke kantornya di Fort Meade. Sejak tahun 1942, Caracristi telah menerjuni dunia kriptologi. Lalu terlibat dalam penyusunan sistem kriptologi dalam penyerbuan Jepang semasa perang dunia. Kemudian ia dipilih menjadi pimpinan Grup A, kelompok Sigint, yang khusus bertugas memantau sepak terjang Uni Soviet dan sekutunya. Itulah Ann. Mungkin orang bertanya, apa, sih, kerja para direktur NSA itu. Menurut Jenderal Carter: mereka yang terpilih untuk menempati kursi yang pernah didudukinya bukan jenis orang yang mampu memecahkan atau membikin sandi. Mereka ternyata manajer senior yang mampu menyeimbangkan anggaran, memimpin orang, juga menjalin hubungan lembaga itu dengan lembaga yang lain.Z.U.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus