Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Polemik muncul di tengah perubahan rencana pemilihan Ketua Umum Kadin 2021-2026.
Sinyal dukungan Istana kepada Arsjad Rasjid mengancam optimisme kubu Anindya Bakrie.
Tekanan kepada pengurus Kadin daerah mulai bermunculan.
PEMINDAHAN lokasi Musyawarah Nasional VIII Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sempat menaikkan tensi di grup percakapan WhatsApp ketua Kadin daerah, akhir Mei lalu. Panasnya pembicaraan mulai mereda pada awal Juni, walaupun ekspresi ketidakpuasan masih saja berseliweran di grup yang juga berisi sejumlah pengurus harian Kadin pusat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang ketua Kadin daerah yang menjadi loyalis salah satu calon ketua umum, Anindya Novyan Bakrie, misalnya, mengirim sebuah meme video yang sudah disulih suara dengan narasi meledek kubu pesaing, Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat. “Sudah mau menang, munasnya dipindah. Kayak enggak bisa ngegolin, gawangnya dibesarkan,” begitu bunyinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang pengurus Kadin pusat menunjukkan isi grup percakapan tersebut kepada Tempo, Jumat, 11 Juni lalu, di Jakarta. “Hahaha…. Pas banget, gitu loh,” kata pengusaha yang juga loyalis Anindya tersebut.
Sejak awal tahun lalu, nama Anin—panggilan Anindya Bakrie—memang menjulang sebagai calon Ketua Umum Kadin. Masa kepemimpinan Rosan Perkasa Roeslani, pemilik Grup Recapital yang terpilih sebagai Ketua Umum Kadin dalam Musyawarah Nasional VII di Bandung pada 2015, telah berakhir. Semula Munas VIII dijadwalkan berlangsung pada 2-4 Juni 2021 di Bali.
Kubu Anindya, yang sudah bergerak jauh-jauh hari untuk menghimpun dukungan, semula hakulyakin putra sulung Aburizal Bakrie itu bakal lancar mengambil tongkat estafet kepemimpinan Kadin. Apalagi pesaing terberatnya yang sejak tahun lalu juga santer dikabarkan bakal maju dalam kontes ini, yakni Muhammad Lutfi, malah diangkat menjadi Menteri Perdagangan oleh Presiden Joko Widodo dalam perombakan kabinet, Desember 2020.
Calon Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid (kiri) berbincang dengan Ketua Kadin Rosan Roeslani di Jakarta, Jumat (26/3/2021) . (TEMPO/ Tony Hartawan)
Bahkan ketika Arsjad Rasjid mendeklarasikan pencalonannya pada 27 Maret lalu, kubu Anin masih optimistis dapat merebut suara terbanyak. Anin telah 15 tahun malang-melintang dalam kepengurusan Kadin. Di masa kepemimpinan Rosan, Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk ini didapuk sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Pemberdayaan Daerah. Sedangkan Arsjad, Direktur Utama PT Indika Energy Tbk, baru menjadi pengurus inti Kadin lima tahun terakhir sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional.
Merasa unggul start, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto—salah satu pendukung Anin—sempat menyebut jagoannya itu sudah mengunci 70 persen suara dari 34 provinsi. Dalam pemilihan, satu provinsi berhak atas tiga suara, yang berarti ada 102 suara yang diperebutkan dari Kadin provinsi. Selain itu, ada 30 suara yang diperebutkan dari seratusan asosiasi yang menjadi anggota luar biasa Kadin.
Namun keyakinan para pendukung Anin itu berubah menjadi kekhawatiran sejak akhir Mei lalu. Dalam sebuah rapat virtual pengurus Kadin, 25 Mei lalu, Rosan mengabarkan bahwa pemerintah meminta jadwal pelaksanaan musyawarah nasional diundur menjadi pada 30 Juni mendatang.
Rosan menyatakan ia juga mendapat pesan berisi permintaan dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno, yang mendapat amanat dari Presiden Joko Widodo, agar lokasi penyelenggaraan dipindahkan dari Bali ke Kendari. “Permintaan secara verbal diterima Rosan dari pemerintah,” ucap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan merangkap Ketua Komite Pengarah Musyawarah Nasional (Munas) Kadin, Benny Soetrisno, kepada Francisca Christy Rosana dari Tempo, akhir Mei lalu.
Alasan pemerintah saat itu, menurut Rosan dalam rapat, penyelenggaraan munas dikhawatirkan akan menciptakan kluster penularan pandemi Covid-19 di Bali. Permintaan pengunduran jadwal itu adalah yang kedua setelah hal serupa diterima pengurus Kadin pada akhir 2020 dengan alasan yang sama. Namun kali ini ada pula permintaan pemindahan lokasi penyelenggaraan munas.
Sadar lokasi baru munas di Kendari, sejumlah pengusaha dan pengurus Kadin pendukung Anin langsung jeri. Mereka teringat pada pelaksanaan kongres Partai Amanat Nasional di Kendari, Februari 2020, yang dijaga ribuan polisi tapi tetap berlangsung rusuh. “Kalau ada lempar-lemparan kursi seperti kongres PAN itu, mending kami para pengusaha ini pulang saja,” tutur seorang loyalis Anin.
Sebaliknya, kasak-kusuk juga berlangsung di kubu Arsjad. Kepada Tempo, seorang anggota tim sukses Arsjad mengungkapkan telik sandi mereka menyimpulkan dugaan bahwa lokasi dan agenda munas di Bali sudah dikondisikan untuk memenangkan Anin. Sebagian besar anggota panitia pelaksana dan dewan pengarah panitia munas, juga pengurus Kadin Bali, ditengarai sebagai pendukung Anin. “Kami ada banyak telik sandi di kubu mereka juga. Apa yang mereka rencanakan kami juga tahu,” ujar loyalis Arsjad ini.
Ketua Kadin Bali I Made Ariandi membantah tudingan tersebut. Menurut Made, jauh-jauh hari Kadin Bali telah menyatakan akan berusaha menjaga diri tetap netral sebagai tuan rumah munas. Made juga membantah jika panitia dan Kadin Bali disebut telah mengkondisikan tempat acara. “Tuduhan itu tidak ada dasarnya. Kamar di Bali berlebih. Utusan rapat pleno Kadin Bali ditentukan pada menit terakhir munas. Sudah saya jaga situasinya seperti itu,” kata Made Ariandi saat dihubungi pada Sabtu, 12 Juni lalu. “Tapi kalau saya berpihak saat pencoblosan tertutup, itu adalah bagian dari pemilihan dan tidak melanggar anggaran dasar organisasi.”
Ihwal tudingan mendapat dukungan dari mayoritas anggota panitia munas, Anin mengatakan susunan panitia telah diputuskan oleh pengurus dan Ketua Umum Kadin jauh-jauh hari. Lantaran hanya ada dua calon ketua umum, ucap Anin kepada Tempo, Jumat, 11 Juni lalu, “Sampai kapan pun kalau (panitia) enggak dukung A, ya, dukung B.” Pada hari itu, wawancara digelar virtual lantaran Anin tengah bersafari di luar Jakarta.
Adapun Arsjad juga menampik kabar bahwa pengunduran jadwal dan pemindahan lokasi munas dilakukan karena permintaan kubunya. “Saya sih siap saja kalau di Bali,” tutur Arsjad di kantor pribadinya, Cisanggiri Office, Jakarta Selatan, Jumat, 11 Juni lalu.
•••
NAMA Arsjad Rasjid baru belakangan masuk bursa pemilihan Ketua Umum Kadin 2021-2026. Sepanjang tahun lalu, hanya ada dua nama yang mencuat sebagai pengganti Rosan Roeslani, yakni Anindya Bakrie dan Muhammad Lutfi. Peta berubah ketika Lutfi, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Usaha Kecil-Menengah, diangkat menjadi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat pada September 2020, lalu tiga bulan setelahnya menjadi Menteri Perdagangan menggantikan Agus Suparmanto.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie (kedua kanan), saat deklarasi dukungan Kadin daerah Indonesia Timur, di Manado, Sulawesi Utara. (Foto: dok. Kadin Sulut)
Melihat Anin tanpa pesaing, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Mohamad Suleman Hidayat mengajak Rosan berdiskusi sejak akhir 2020. Dua orang ini menjaring nama-nama calon penantang Anin. Nama Arsjad mencuat di kepala keduanya. “Itu diskusi saya dengan Rosan, mencari orang yang bisa ikut kontestasi pemilihan ketua umum,” kata Hidayat di Jakarta, Jumat, 11 Juni lalu. “Meneruskan kebiasaan berkompetisi secara terbuka dan fair di Kadin.”
Hidayat juga yang menawarkan ide itu kepada Arsjad. Tak langsung menjawab, Arsjad baru menyatakan kesediaan pada awal 2021. Setelah Arsjad mendeklarasikan diri maju sebagai calon Ketua Umum Kadin pada Maret lalu, Hidayat, politikus senior Partai Golkar dan orang lama di Kadin, menjadi salah satu pendukungnya.
Pilihan Hidayat ini berseberangan dengan anaknya, Erik Hidayat, yang mendukung Anin. “Dia katanya lebih nyaman dengan teman pengusaha sebayanya. Ya sudah, berarti sekarang kami menghindari ngomong organisasi Kadin,” ucap Hidayat, terkekeh.
Seusai deklarasi, Arsjad langsung bersafari ke mana-mana. Nyaris semua petinggi partai politik dia datangi. Kawan kuliah Muhammad Lutfi di Amerika Serikat itu juga menemui Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Politik dan Keamanan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Puan Maharani. Kebetulan suami Puan, Hapsoro Sukmonohadi, adalah mitra bisnis Arsjad.
Arsjad juga menemui Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh; Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar; Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto; serta petinggi Partai Keadilan Sejahtera. “Saya ingin terbuka dengan semua partai agar Kadin ini tidak diidentikkan dengan Golkar,” ujar Arsjad dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi media massa di Jakarta, 25 Mei lalu. “Saya ingin mengembalikan Kadin jadi organisasi resmi mitra pemerintah untuk lobi kepentingan pengusaha.”
Upaya menarik dukungan juga dilakoni Arsjad terhadap sejumlah menteri, dari Muhammad Lutfi, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, hingga Menteri Sekretaris Negara Pratikno. “Saya jelaskan pemikiran saya kepada semuanya. Mungkin apa yang saya paparkan, mungkin, sejalan dengan pemerintah,” katanya. Anin juga disebut bertemu dengan Pratikno tak lama setelah kunjungan Arsjad.
Anindya Bakrie (kanan) saat bertemu dengan Menteri Luhut Binsar Pandjaitan, di Jakarta, Senin, 29 Maret 2021. (Foto: Instagram @anindyabakrie)
Lutfi dan Bahlil secara terbuka mendukung Arsjad. Dua anggota kabinet ini juga hadir dalam deklarasi pencalonan Arsjad pada Maret lalu. Bahlil salah satu yang disebut-sebut ikut aktif menggalang dukungan buat Arsjad. “Insya Allah peta dukungan (untuk Arsjad) makin baik dan peluangnya insya Allah menang,” tutur Bahlil saat dihubungi pada Kamis, 10 Juni lalu.
Sinyal dukungan pemerintah kepada Arsjad itu bertambah ketika Presiden Joko Widodo hadir dalam pelaksanaan program vaksin gotong-royong, vaksinasi yang digelar perusahaan untuk para karyawan, di fasilitas produksi Unilever Indonesia, kawasan industri Jababeka, Jawa Barat, 18 Mei lalu. Sejumlah pengurus Kadin turut hadir dalam peluncuran program tersebut. Tapi yang naik ke panggung dan menempel Jokowi cuma Arsjad dan Rosan.
Seseorang yang mengetahui rencana peluncuran program ini mengungkapkan, Istana mengundang langsung Arsjad untuk hadir dan tampil dalam acara tersebut. Saat ditanyai ihwal adanya dukungan Istana kepadanya, Arsjad menjawab diplomatis. “Mungkin itu bonus. Tapi saya kerja sendiri menggalang dukungan. Toh, pemilik suara itu daerah dan asosiasi,” ucapnya.
Dampaknya kini mulai terlihat. Suara dukungan kepada Arsjad mulai berkumandang dari sejumlah ketua Kadin daerah. Salah satunya dari Kalimantan Timur. “Kadin ini kan mitranya pemerintah, jadi kami melihat Arsjad Rasjid sangat dekat dengan pemerintah,” ujar Ketua Kadin Kalimantan Timur Dayang Donna Farouk, Kamis, 10 Juni lalu.
•••
SEBELUM Lebaran, pertengahan Mei lalu, Aburizal Bakrie mengumpulkan sejumlah pengurus dan loyalis Anindya di Bakrie Tower, Jakarta. Ical—sapaan Aburizal—tidak berpidato. Dia hanya meminta tetamu berbicara tentang anaknya yang bakal maju menjadi calon Ketua Umum Kadin itu.
Ical adalah tokoh lama di Kadin. Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini pernah menjadi Wakil Ketua Umum Kadin 1988-1993. Pada 1994, dia menduduki kursi Ketua Umum Kadin. Terpilihnya Ical sebagai Ketua Umum Kadin pada 1990-an tersebut dikatakan sebagai kemenangan kelompok pengusaha “pribumi” terhadap “nonpribumi”—istilah yang dipakai saat itu. Sebutan pengusaha “nonpribumi” kala itu merujuk pada sederet pengusaha keturunan Cina yang dekat dengan lingkaran pemerintah Presiden Soeharto, di antaranya Lim Sioe Liong alias Sudono Salim (Grup Salim), Eka Tjipta Widjaja (Grup Sinar Mas), dan William Soeryadjaya (Grup Astra).
Ical mengempit pucuk kursi kepemimpinan Kadin periode berikutnya, sampai 2004. Sejak saat itu, ada anggapan umum bahwa kepengurusan Kadin dikuasai “Ical Boys”. Organisasi pengusaha yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri itu bahkan berkantor di gedung milik Grup Bakrie yang kini bernama Menara Kadin.
Dalam pertemuan di Bakrie Tower itu, sejumlah loyalis Anin mengeluh lantaran mereka dihubungi dan diajak bertemu oleh orang-orang yang mengklaim sebagai anggota Badan Intelijen Negara (BIN). Sebagian di antaranya menyatakan diminta mengalihkan dukungan kepada Arsjad Rasjid. “Bang Ical cuma bilang, dulu saja dia bisa menang melawan Soeharto yang sedang kuat-kuatnya, jadi santai saja,” kata seorang peserta pertemuan itu.
Keluhan yang sama sempat mencuat dalam sebuah rapat pada akhir Mei lalu yang diikuti panitia pelaksana dan panitia pengarah musyawarah nasional serta sejumlah tokoh senior Kadin untuk membahas persiapan munas. Seorang peserta rapat ini menceritakan ihwal adanya pengurus daerah yang ditemui perangkat intelijen negara yang menanyakan situasi Kadin dan persiapan munas. “Kami bisa kok tidak menjawab atau tidak mau menemui,” tutur seorang peserta rapat tersebut kepada Tempo. “Tapi memang pengurus Kadin daerah yang rata-rata masih muda ini kaget menghadapinya.”
Kepada Tempo, seorang pengurus Kadin dan kader Golkar di daerah membenarkan adanya tekanan dari perangkat negara yang kencang menjelang penyelenggaraan munas. Pendukung Anin yang enggan disebutkan namanya ini mengklaim ditemui oleh kepala BIN daerah yang memintanya mendukung Arsjad. Dia menolak permintaan itu. “Kalau dipaksa terus, saya akan ‘nyanyi’. Saya punya rekamannya,” ucap pengusaha ini. Dia pun menunjukkan beredarnya meme yang memuat foto dirinya di media sosial.
Dugaan keterlibatan BIN yang menghubungi dan menemui orang-orang Kadin rupanya juga mengusik kubu Arsjad. Kubu yang kalah start ini sedang berusaha menyusul dan menghimpun dukungan dari sejumlah daerah. “Padahal kami juga kerja mengejar dukungan ini,” kata sumber tersebut. Arsjad disebut sempat mengklarifikasi dugaan keterlibatan itu kepada BIN.
Dua orang yang mengetahui panas-dingin pemilihan Ketua Umum Kadin menyebutkan, pada pertengahan Mei lalu, Ical sempat bertamu ke Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Saat itu Ical meminta anaknya diberi kesempatan berkompetisi.
Pratikno belum menjawab ketika dimintai klarifikasi tentang kabar pertemuannya dengan Ical, Sabtu, 12 Juni lalu. Adapun Anin menyebut kabar pertemuan itu sebagai spekulasi. “Untuk membuat ceritanya lebih seru. Pak Ical hanya mengamati sebagai mantan ketua umum,” ujar Anindya.
Deputi VII BIN, Wawan Purwanto, yang membidangi komunikasi dan informasi, mengatakan tidak ada perintah daripimpinan BIN untuk mempengaruhi pemilihan Ketua Umum Kadin. BIN, kata Wawan, mendukung siapapun yang terpilih. “Yang jelas kita berharap agar semua lancar,” kata Wawan pada Sabtu, 12 Juni lalu, lewat pesan WhatsApp.
Sebulan berselang, atau pada pekan pertama Juni 2021, giliran Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang memanggil dua kontestan: Anindya Bakrie dan Arsjad Rasjid. Tiga orang yang mengetahui adanya pertemuan itu bersaksi bahwa Luhut meminta Anin legawa. Istana ingin Arsjad yang memimpin Kadin.
Anin, 46 tahun, dianggap masih punya waktu panjang di Kadin. Luhut, menurut sumber Tempo itu, meminta Anin dan Arsjad mencari jalan keluar yang lembut. “Kadin ini akan ‘di-Golkar-kan’,” kata dua dari tiga sumber Tempo itu. Mereka menggambarkan peran Luhut saat ini seperti pada 2019, ketika mantan Kepala Staf Kepresidenan tersebut disebut-sebut menengahi Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo yang kala itu sedang berpacu menuju panggung pemilihan Ketua Umum Golkar. Airlangga, yang sejak awal santer dikabarkan mendapat restu Istana, akhirnya terpilih.
Luhut, yang terbang ke Cina pada 5 Juni lalu, belum dapat dimintai konfirmasi mengenai kabar pertemuannya dengan Anin dan Arsjad. Adapun Staf Khusus Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Bidang Kelembagaan dan Media Jodi Mahardi belum menjawab pertanyaan Tempo.
Anin dan Arsjad sama-sama membenarkan adanya pertemuan dengan Menteri Luhut. Namun keduanya enggan menjelaskan detail isi pertemuan. Yang jelas, Anin membantah kabar bahwa dia diminta mundur dari bursa calon Ketua Umum Kadin. “Seperti mi, ini kriuk-kriuknya. Secara logis pemerintah oke-oke saja siapa yang menang. Yang penting menang karena didukung konstituen,” ucap Anin. “Yang ditekankan jangan membuat pemilihan jadi ramai. Tentu saja kalau bicara dengan pendukung bisa lebih panas.”
KHAIRUL ANAM, RETNO SULISTYOWATI, AISHA SAIDRA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo