Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Begini Alasan Kue Keranjang Wajib Ada di Perayaan Imlek

Kue keranjang yang berwarna cokelat dan sangat lengket ini selalu ada, bahkan wajib disajikan dalam perayaan Imlek.

12 Februari 2018 | 19.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pedagang makanan khas Imlek di kawasan Pecinan, kota Tangerang, Banten, (26/1). Beragam makanan khas Imlek seperti dodol, kue keranjang, kue kering, dan lainnya mulai banyak di jual dan di buru warga keturunan Tionghoa di Tangerang untuk menyambut Imlek 2565. ANTARA/Lucky R

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO. Tangerang - Kue keranjang yang berwarna cokelat dan sangat lengket ini, selalu ada bahkan wajib disajikan dalam perayaan Imlek. Tak hanya bentuknya yang mirip dodol, rasa kue keranjang juga legit dan manis. 

Selain suguhan untuk keluarga dan tamu pada saat perayaan Imlek, kue ini juga digunakan dalam ritual persembahyangan. "Untuk persembahyangan, kue ini disusun berbentuk seperti menara, ada langsam satu, tiga, lima, dan tujuh," kata Tjoen Teh, warga Cina Udik, di Kampung Nalagati, Desa Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, Ahad, 11 Februari 2018.

Kue dari tepung beras ketan dan gula ini wajib ada dalam perayaan Imlek, karena merupakan simbol keharmonisan keluarga. Kue bundar itu, kata Tjoen The, melambangkan lingkaran keluarga yang selalu lengket, awet, dan menjalin hubungan mesra nan manis.

Baca: Alasan Sandiaga Uno Izinkan Perayaan Imlek 2018 Digelar di Monas

Kue keranjang yang terdiri atas tiga susun ini, khusus untuk persembahan kepada dewa atau Tuhan. Sementara kue dengan susun tujuh dan sembilan dimaksudkan untuk persembahan kepada leluhur.

Tjoen Teh juga menjual dodol yang diberi merek Yap Nalagati. Nama itu merujuk Kampung Nalagati, tempat tinggalnya. Dia membuat beberapa varian rasa dodol, yaitu orisinal, durian, lapis, dan wijen.

Pemesanan kue keranjang, kata Tjoen Teh, sudah dia terima sejak sebulan sebelum Imlek. Namun sekitar dua pekan menjelang Imlek, pemesanan dihentikan karena banyaknya permintaan. "Takut kewalahan, ini saja sudah lima kuintal kami buat kue keranjang, untuk dodol tiga kuintal ketan," ujarnya yang telah berusia 70 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ayu Cipta

Ayu Cipta

Bergabung dengan Tempo sejak 2001, Ayu Cipta bertugas di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Lulusan Sastra Indonesia dari Universitas Diponegoro ini juga menulis dan mementaskan pembacaan puisi. Sejumlah puisinya dibukukan dalam antologi bersama penyair Indonesia "Puisi Menolak Korupsi" dan "Peradaban Baru Corona 99 Puisi Wartawan Penyair Indonesia".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus