Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mendukung sikap civitas akademika Universitas Indonesia yang tak ingin belajar tatap muka. Menurut dia, sebaiknya pembelajaran bagi anak di atas 18 tahun tak sepenuhnya tatap muka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat ini risikonya jauh lebih tinggi daripada yang (berumur) di bawah itu," kata dia saat dihubungi, Selasa, 20 April 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mayoritas dosen dan mahasiswa Universitas Indonesia tidak lagi menginginkan belajar tatap muka secara penuh setelah setahun belajar daring. Hal itu terungkap dalam hasil survei kesiapan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara tatap muka di lingkungan UI.
Dari total responden mahasiswa UI sebanyak 18.923 orang, yang memilih opsi KBM Bauran sebanyak 9.083 (48 persen), KBM daring penuh sebanyak 5.298 (28 persen) dan yang memilih pembelajaran tatap muka penuh hanya 4.542 (24 persen).
Menurut Dicky, vaksinasi Covid-19 bukan satu-satunya syarat yang harus dipenuhi. Pihak kampus juga perlu memperhatikan kesiapan infrastruktur untuk diterapkan belajar tatap muka. Hal ini mengingat penghuni universitas, mulai dari mahasiswa hingga staf bisa berasal dari beragam daerah.
Untuk itu, Dicky menilai, perlu ada persiapan lebih detail dalam menjalankan belajar tatap muka di universitas ketimbang sekolah. "Di negara-negara lain biasanya universitas belakangan banget dibuka setelah sekolah SD-SMA," kata itu.