Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 90 orang mahasiswa dibawa ke RS Pusat Pertamina, Jakarta Selatan pada Selasa, 24 September 2019. Mereka adalah mahasiswa yang sebelumnya menggelar demo dan mengalami bentrokan di DPR dengan aparat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kebanyakan dari mereka ini datang akibat gas air mata, beberapa trauma tumpul dan dua orang kategori merah sehingga harus diobservasi ketat," kata Direktur Utama RSPP Kurniawan Iskandarsyah saat menggelar konferensi pers di kantornya, Rabu pagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kurniawan menjelaskan dari 90 mahasiswa itu, hanya tiga orang yang dirawat dan sisanya dapat pulang ke rumahnya masing-masing. Ia menjelaskan salah satunya mengalami trauma benda tumpul di tengkorak kepala sehingga harus masuk ICU.
Saat ini, kondisi para pasien itu sudah mulai membaik dan tak memerlukan tindakan operasi. "Soal biaya perawatan dijamin oleh Dinas Kesehatan sepenuhnya," kata Kurniawan.
Demo mahasiswa di DPR RI pada Selasa kemarin berakhir ricuh. Bentrokan antara aparat kepolisian dan mahasiswa mengakibatkan korban luka di kedua pihak. Sejumlah fasilitas umum pun rusak. Demo ini dipicu penolakan mahasiswa terdapat RUU KUHP dan RUU KPK yang dibahas dan akan disahkan di DPR.
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono mengatakan sebanyak 39 anggota polisi menjadi korban dalam bentrokan di DPR pada Selasa, 24 September 2019. Polisi disebut mengalami luka-luka dalam peristiwa itu.
"Mereka ada yang terkena batu dan panah, ada juga yang tangannya patah dan lain sebagainya dan sekarang sedang dirawat inap," kata Gatot saat konferensi pers di kantornya, Rabu, 25 September 2019.
Jumlah korban luka imbas bentrokan di DPR jauh lebih banyak dialami oleh kalangan mahasiswa. Menurut Gatot, jumlahnya ada 254 orang. Sebagian besar disebut dirawat jalan dan 11 orang dirawat inap di sejumlah rumah sakit di Jakarta. "Adik-adik mahasiswa terkena gas air mata. kemudian karena dorongan mungkin, dan mereka lari dan sebagainya, kita masih dalami penyebabnya," kata dia.