A BELAKANGAN ini Muhidin sering termenung. Seperti ada yang mengganjal pikirannya. "Saya banyak utang," kata petani dari Kampung Panyebrangan, Serang. ini. Karena itu, Desember lalu ia jadi kuli bangunan di rumah Asep, dengan harapan dapat tambahan uang. Setelah bekerja beberapa hari, upahnya belum juga dibayar. Padahal, ia berniat membayar bakinya itu. Ia semakin gundah "Saya bingung dan ma~u," ujar Muhidin kepada Riza Sofyat dari TEMPO. Dalam kebingungan itu sebatang golok diraih. Lalu ... sreet. Sebutir "kelereng" tiba-tiba melejit. Keruan saja, Muhidin menjerit sejadi-jadinya, "Aduh, tolong ... tolong ...." Ujang, yang kebetulan lewat di depan rumah Asep, tersentak melihat Muhidin mengerang kesakitan sembari memegangi kemaluannya yang berdarah. Laki-laki berusia 26 tahun itu kemudian digotong ke RSU Serang. "Kondisinya tak membahayakan," kata Dokter Saiful Karim, yang merawat Muhidin. "Mungkin pendarahannya yang membikin orang-orang pada ngeri," ujarnya. Yang disesalkan Muhidin ~~tanpa ~~disengaja ia telah mengebiri dirinya sendiri. "Abdi teu~ w~aktu itu benar-benar nanaon terang. Terang aya di rumah sakit," tutur Muhidin dalam logat Indonesia campur Sunda. Pria yang pernah beristri tiga itu mengaku sangat sedih. Lambang kejantanannya turun satu peringkat gara-gara sebutir buah zakarnya raib entah ke mana. Dicari-cari tak ketemu. Dipatuk ayam? Yusroni Henridewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini