MALAM itu Berce Mandagi dan Lasut Lumi meluncur dengan sepeda motor dari arah Kota Tondano menuju Desa Touliang Oki. Rencananya, kedua anak muda itu hendak mencari angin setelah seharian bekerja sebagai penjagal ternak. Selagi asyik ngebut, Lasut yang memegang setir kehilangan kontrol. Di sebuah belokan, motornya oleng. Tubuh mereka terbanting di aspal jalanan. Lasut, yang mengenakan helm, hanya lecet di beberapa tempat. Namun, Berce parah. Saat itu juga Lasut membawanya ke rumah sakit. Apa mau dikata, kendati pertolongan sudah diusahakan, Berce tak tertolong. Ia meninggal esoknya. Begitulah versi Lasut dan dipercaya oleh keluarga korban. Tapi beberapa saat sebelum keranda jenazah Berce diusung ke makam, Ani, seorang kakak Berce, tiba-tiba kesurupan. Konon, yang merasuk tidak lain roh Berce. Ia lantas berkicau tentang kejadian sesungguhnya. Dan inilah cerita versi roh: Sewaktu Lasut memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, Berce menegurnya. Rupanya, teguran tersebut membuat berang Lasut. Di tengah sawah yang sepi Lasut menghentikan motornya. Lalu dengan ganas ia menjambak rambut Berce. Selanjutnya, leher Berce diplintir mirip kalau sedang membantai babi. Kendati Berce mengaduh minta ampun, Lasut tak bergeming. Pada saat itulah muncul sebuah mobil. Berce sempat tertolong sejenak. Kepada pengemudi mobil, Lasut mengatakan bahwa ia dan temannya baru saja mengalami kecelakaan. Keluarga Lasut mulai terpengaruh. Apalagi setelah Ani terus menerus kesurupan. Tak hanya di rumah, tapi juga di ruang Satlantas Polres Tondano. "Kami berharap polisi mengungkapkan lebih jauh latar belakang kematian adik kami," kata Ferry Mandagi, kakak Berce yang lain, kepada Phill M. Sulu dari TEMPO belum lama ini. Ia menyodorkan dua bukti. Pertama, tanda gigitan di dada Lasut yang menandakan adanya perlawanan. Kedua, baju Berce penuh lumpur. Kalau soal itu, polisi sependapat untuk mengadakan pengusutan. Namun, kesaksian roh tampaknya sulit dijadikan pegangan. "Kami tidak mungkin mengandalkan bukti seperti itu," kata Serda. A. Karim dari Polres Minahasa.Yusroni Henridewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini