Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nasib malang menimpa tim Gegana Detasemen 88 Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Ketika sedang berlatih menjinakkan bom, Rabu pekan lalu, tiba-tiba terjadi ledakan. Akibatnya, empat orang tewas dan tujuh terluka.
Korban tewas adalah Brigadir Dua Syahrial, Brigadir Dua Syahnul, Bha-yang-kara Kepala Relensius Malau, dan Bha-yangkara Kepala Sugiharso. Inspektur Satu Sutoyo, yang memimpin latihan, terluka parah. Demikian pula Brigadir Sa-tu Aswin Sitepu dan Brigadir Dua Rony Hendrik.
Anggota tim penjinak bom yang ter-luka ringan adalah Brigadir Satu Sugiarto, Brigadir Hartono, Inspektur Dua Daud Pelawi, dan Brigadir Dua Sunardi. Mereka dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Gleneagles, Medan, tak jauh dari tempat ledakan.
Bom meledak sekitar pukul 13.30 WIB di lantai dua Laboratorium Forensik Asrama Brigade Mobil Polda Sumatera Utara, Medan. Ledakan menghancurkan kaca gedung, meretakkan tembok, serta meruntuhkan plafon ruangan latihan. Menurut saksi, getarannya terasa hingga radius 500 meter.
Kepala Polda Sumatera Utara Irjen Bambang Hendarso Danuri mengatakan, anggota tim itu sedang berlatih merakit dan menjinakkan bom dengan metode baru. Materi yang dipakai antara lain potasium klorat, karbit, dan gula. Mereka tidak memakai pelindung khusus. "Jadi, begitu ada insiden, akibatnya fatal," tutur-nya.
Diduga ledakan terjadi karena mereka alpa mencabut detonator saat berlatih menjinakkan bom. Namun, Kepala Polda tak bersedia menjelaskan hal ini. Para kor-ban luka ringan yang bisa diajak bicara juga enggan memberikan keterangan.
Kapal Pembawa Ternak Tenggelam
Kapal Motor New Fuji yang memuat ternak dan sejumlah penumpang dari Pelabuhan Tenau, Kupang, Nusa Tenggara Timur, tenggelam, Ahad dini hari pekan lalu. Musibah terjadi sehari setelah kapal meninggalkan Tenau, tapi ba-ru diketahui tiga hari kemudian. Lokasi kecelakaan berada di Laut Sawu, wilayah perairan antara Pulau Timor dan Sumba atau 165 kilometer dari Tenau.
Saat berangkat, kapal berbobot mati 682 ton itu meng-angkut 10 kontainer, 32 pe-numpang termasuk awak ka-pal, 71 balok marmer, dan 265 sapi. Menurut Kepala Ad-ministrator Pelabuhan Te-nau, F.X. Bambang Julianto, kecelakaan diketahui setelah Kapal Motor Tanker Plaju milik PT Pertamina mene-mukan tiga korban yang terapung di laut. Tiga orang itu diselamatkan dan dimin-tai keterangan. Penumpang lainnya kini masih terus dicari.
Nurhamin, mualim III KM New Fuji yang selamat, menuturkan, saat kapal bertolak dari Tenau, laut tenang meski langit mendung. Namun, setelah berlayar sekitar 13 jam, angin berubah kencang, hujan deras, dan ge-lombang mencapai tiga meter lebih. "Kapal dihantam ge-lombang besar dari lambung kanan, membuat semua muat-an berpindah ke lambung kiri. Tak lama kemudian kapal tenggelam," tuturnya.
Lombok Terendam Banjir
Ratusan rumah nela-yan di sepanjang pantai sela-tan Lombok, Nusa Tenggara Barat, terendam banjir pekan lalu. Air laut naik ke d-aratan mencapai tiga me-ter lebih. Sebagian menggu-lung daerah nelayan di Kabu-pa-ten Lombok Tengah seperti De-sa Teruwai dan Gerupuk. Dua desa di Kabupaten Lom-bok Timur, Desa Pe-ras dan De-sa Tanjung Luar, juga te-rendam. Musibah ini tak sampai menelan korban ji-wa.
Selain menggena-ngi ru-mah, hantaman ombak m-enghanyutkan seju-mlah perahu nelayan. Di Desa Gerupuk, ratusan tambak udang, ke-ramba ikan, dan usaha rumput laut milik nelayan musnah digulung o-mbak.
Menurut Amaq Bin-dung, Ketua Kelompok Nela-yan G-erupuk, air laut mulai m-enggenangi rumah pada Jumat malam, 31 Maret lalu. Kejadian ini pertama kali. Biasa-nya, pada Juli dan Oktober, ombak laut memang tinggi namun tidak sampai naik ke darat. Kini, sekitar 360 nelayan terpaksa me-nganggur. "Kami rugi besar, tidak tahu kapan melaut lagi," katanya.
Badan Meteorologi dan Geo-fisika menjelaskan, bencana itu disebabkan adanya tropical cyclone Glenda. Siklon ini menyebabkan hujan lebat disertai petir. Menurut Wakodim, Pelaksana Tugas Kantor BMG Mataram, fenomena alam ini memang melewati pantai selatan Lombok dan berakhir di daratan Australia. Diperkira-kan cu-rah hujan tinggi ini akan ber-akhir pada per-tengahan April. Pesisir Jember dan Banyuwangi terancam pula banjir serupa.
Bekas Konsul Jenderal Ditangkap
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap mantan Konsul Jenderal RI di Penang, Erick Hikmat Setiawan, Selasa pekan lalu. Dia dinyatakan sebagai tersangka kasus pungutan liar pengurusan perpanjangan visa warga negara Indonesia di Malaysia. Selain ditahan, Erick juga dicegah ke luar negeri.
Erick terlihat tenang saat digiring tiga petugas KPK. "Jujur, saya memang mene-rima," ujarnya. Ia dijemput oleh petugas dari rumah-nya di kawasan Pondok Labu, J-akarta Selatan. Alu-mnus Akademi Angkatan Ber-senjata Republik Indonesia 1973 itu mengaku menerima uang berkisar 5.000-10.000 ringgit Malaysia atau Rp 4,7-9,4 juta per bulan. Total yang ia terima 150 ribu ringgit (Rp 141 juta). "Uang itu un-tuk operasional," katanya.
Wakil Ketua KPK Tum-pak Hatorangan menjelaskan, pungutan itu dilakukan dengan menempelkan s-urat keputusan palsu tentang ta-rif perpanjangan visa sementara. Kasus pungutan ini juga melibatkan M. Khusnul Yakin Payopo, Kepala Subdirektorat Imigrasi Konsul Jenderal di Penang. Dari-nya, KPK menyita Rp 1 miliar yang diduga hasil pungutan. "Uang juga dinikmati pe-jabat konsulat lainnya," kata Tumpak.
Pelaut Indonesia Disandera
Sembilan orang warga ne-gara Indonesia dipastikan disandera di perairan Somalia. Mereka disandera saat berlayar dengan Kapal Dongwon, yang berbendera Ko-rea Selatan. Menurut juru bica-ra Departemen Luar Nege-ri, Desra Percaya, Kapal Dongwon kini ber-ada di Ob-bia, 200 kilometer sebelah uta-ra ibu kota Somalia, Moga-dishu. "Kapal dalam ke-adaan kosong, awak kapalnya disandera," kata Desra, Jumat pekan lalu.
Pemerintah kini berusaha menekan perusahaan Dongwon Fisheries and Co. agar bertanggung jawab atas keselamatan warga Indonesia yang ikut disandera. Kapal Dongwon dibajak sejak Selasa pekan lalu. Perusahaan pemilik kapal itu su-dah melakukan perundingan sebanyak dua kali dengan pa-ra pembajak, namun hasil-nya nihil.
Kapal berbobot mati 361 ton itu membawa 25 awak, yak-ni delapan dari Korea Se-la-tan, sembilan dari I-ndo-nesia, lima dari Vietnam, dan tiga dari Cina. Kapal di-ba-jak oleh kelompok bersenjata dan penum-pangnya disan-dera di sebuah per-kampungan di k-a-wasan O-bbia.
Larangan Berciuman di Tangerang
Pemerintah Kota Tang-e-rang akan menangkap orang yang berciuman di tempat umum lebih dari lima menit. "Ini sesuai dengan rancang-an petunjuk pelaksana-an pa-sal berciuman di tempat umum," kata Kepala Bagian Hukum Kota Tangerang, Erlan Rusnar-lan. Aturan teknis itu diterapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Larangan Pelacuran.Menurut Erlan, pihaknya telah menyelesaikan ran-cangan petunjuk pelaksa-na-an peraturan daerah yang disahkan DPRD Kota Tangerang pada Oktober 2005 tersebut. Rancangan ini segera dikirim ke Biro Hukum Departemen Dalam Negeri.
Sesuai dengan rancangan itu, seseorang juga bisa ditangkap jika melakukan tindakan yang mengarah pada hubungan seksual. Semisal, tangan pelaku mulai menggerayangi bagian sensitif, dan terbukanya sebagian pa-kaian lawan jenisnya. Petunjuk itu akan jadi pedoman aparat Dinas Ketenteraman dan Ketertiban atau Satuan Polisi Pamong Praja ketika melakukan razia.
Ahmad Djunaidi Dituntut 16 Tahun
Bekas Direktur Utama PT Jamsostek, Ahmad Djunaidi, akhirnya dituntut hukuman 16 tahun penjara. Tuntutan itu di-sampaikan ketua tim jaksa, Heru Chairudin, dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa pekan lalu. Jaksa juga menuntut terdakwa membayar denda Rp 200 juta subsider enam bulan kurungan dan uang pengganti Rp 133,250 miliar.
Menurut jaksa, saat menjadi Dirut Jamsostek, Djunaidi telah melakukan investasi jangka menengah tanpa seizin rapat umum pemegang saham. Akibatnya, negara dirugikan lebih dari Rp 311 miliar. Investasi itu ditanam di empat per-usahaan, yakni PT Daha-na, PT Sapta Pranajaya, Surya Indo Pradana, dan Volgreen.
Terdakwa menolak tu-duhan itu. Menurut Dju-nai-di, PT Jamsostek justru memperoleh keuntungan. Keuangan perusahaan itu pernah mengalami rugi Rp 37 miliar pada pertengah-an 2000. Setelah dilakukan pembenahan, akhirnya me-raih laba Rp 130 miliar. Pada 2002 investasi jangka menengah itu bahkan memberikan keuntungan sampai Rp 1 triliun. "Laba itu dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, pinjaman uang muka perumahan bagi peserta Jamsostek, dan bantuan pemutusan hubungan kerja," kata Djunaidi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo