Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu faktor yang mempengaruhi perceraian dalam keluarga ialah menikah di usia muda. Sebab, di usia muda biasanya emosi belum matang, finansial pun belum mapan.
Psikolog Klinis Roslina Verauli mengatakan, menikah di bawah usia 20 tahun memperbesar risiko kesulitan menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga.
Begitu juga ketika menikah di atas usia 35 tahun. Karena sudah merasa aman di zona mandiri, orang yang menikah di usia ini memiliki permasalahan kompleks.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Fungsi keluarga baru bisa berjalan dengan baik ketika secara kematangan emosi sudah kuat," ucap Verauli dalam Webinar Sonora Membangun Ketahanan Keluarga di Tengah Pandemi Covid 19, Rabu, 1 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Belum lagi ditambah konsepsi keliru soal perbedaan usia, terlebih jika perempuan lebih tua.
"Sebenarnya tidak ada dampak signifikan pada kualitas hubungan suami istri dari segi usia. Kebahagiaan dan keharmonisan tidak ditentukan oleh usia," kata Verauli.
Berikut 5 kunci menjaga pernikahan tetap harmonis menurut Verauli.
1. Motif pernikahan
Motif pernikahan saat awal memutuskan menikah, apakah menikah karena alasan tertentu yang tidak terencana dan sejenisnya. "Kembali ke motif positif yakni karena cinta dan punya pasangan hingga tua," ucap Verauli.
2. Mandiri secara finansial dan emosional
Siap menikah bukan karena umur, tapi apakah secara emosional kita sudah mandiri atau belum. "Keluarga besar punya peran penting termasuk mertua dan ipar, pastikan independen secara finansial dan emosional agar tidak tergantung," saran verauli.
3. Mau belajar
Proses belajar selama menikah dan sepanjang usia pernikahan. "Bisa mengatasi konfilk dengan baik dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan," ucapnya.
Baca: Meminimalisir Konflik Saat Menikah dengan Duda Cerai
4. Berbagi peran
Pembagian peran dalam keluarga disepakati bersama dalam segala aspek. Termasuk para suami sebagai ayah sudah terlibat dalam pengasuhan anak.
"Sebab faktanya, meski suami dan istri sama-sama bekerja, yang banyak mengasuh anak tetap dan urusan domestik perempuan terlibat hingga 2/3 persen. Pusat emosional di rumah adalah perempuan. Kalau suami stres tertekan pulang ke istri, begitupun anak stres juga ke istri," lanjut Verauli
5. Kerja sama keuangan
Kerjasama dalam berbagai hal, termasuk soal keuangan. Terlebih masalah kekuatann finansial juga berpengaruh karena berhubungan dengan kendali. "Perlu penyesuaian lebih banyak lagi baik secara emosional matang, interaksi positif, kerja sama dalam aspek ekonomi dan pengelolaan rumah tangga," kata dia.