Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Polemik putusan Mahkamah Konstitusi sempat membuat goyah koalisi Prabowo Subianto.
Nama Erick Thohir sempat mencuat menggantikan Gibran Rakabuming Raka, yang semula menjadi calon wakil presiden Prabowo.
Namun pada ujungnya Gibran tetap menjadi calon wakil presiden Prabowo.
HAWA panas Senin siang, 16 Oktober lalu, tak menembus ke ruang pertemuan rumah Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. Sejumlah elite partai pendukungnya sudah berkumpul di rumah itu sambil memantau para hakim Mahkamah Konstitusi membacakan putusan atas gugatan menurunkan batas usia calon presiden dan wakil presiden dalam Undang-Undang Pemilihan Umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hakim konstitusi menolak dua gugatan yang meminta Mahkamah Konstitusi menurunkan syarat usia calon presiden dan wakil presiden dari 40 tahun menjadi 35 tahun. Hakim yang dipimpin Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman lalu membacakan putusan untuk gugatan ketiga: mempertahankan usia minimal 40 tahun, tapi menambahkan klausul pernah menjadi penyelenggara negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para elite partai Koalisi Indonesia Maju memutuskan menyudahi pertemuan di rumah Prabowo pada Senin siang itu. Mereka bubar dengan keputusan mengusung Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo, sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo dalam Pemilihan Umum 2024 pada Februari tahun depan.
Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Habiburokhman, yang hadir di Kertanegara, mengatakan elite Koalisi Indonesia Maju—terdiri atas Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Bulan Bintang, Partai Demokrat, Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), dan Partai Prima—bulat mengusung Gibran, anak sulung Presiden Joko Widodo, mendampingi Prabowo. “Fixed para ketua umum partai pendukung anak muda yang gagah berani,” kata Habiburokhman.
Saat pertemuan di Kertanegara itu bubar, Anwar Usman belum membacakan putusan. Padahal gugatan ketiga ini penting karena menyangkut langsung Gibran Rakabuming Raka. Mahasiswa Universitas Surakarta, Almas Tsaqibbirru Re A, terang-terangan mengklaim sebagai pengagum Gibran. Karena itu, ia meminta hakim konstitusi menambahkan frasa “pernah menjadi pejabat negara”.
Lima dari sembilan hakim mengabulkan gugatan Almas. Namun narasinya tak sama dengan gugatan. Hakim konstitusi mempertahankan usia minimal calon wakil presiden 40 tahun atau pernah terpilih melalui pemilihan langsung. Gibran belum cukup umur menurut Pasal 169 huruf q Undang-Undang Pemilu lama. Namun ia lolos karena sedang menjabat Wali Kota Solo.
Maka tak ada sorak-sorai di rumah Prabowo di Kertanegara. Para ketua partai seperti sudah tahu putusan Mahkamah Konstitusi karena mereka telah bulat mengusung Gibran. Dalam pertemuan di rumahnya itu, dua petinggi partai bercerita, Prabowo menginformasikan percakapannya di telepon dengan Menteri Sekretaris Negara Pratikno yang meminta Koalisi Indonesia Maju segera mengumumkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Beralasan putusan MK belum sah, Prabowo menolak permintaan Pratikno. Ia juga beralasan ingin melihat reaksi publik lebih dulu atas putusan Mahkamah Konstitusi. Dalam pertemuan di rumah Prabowo pada Senin itu, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto mengusulkan deklarasi Prabowo-Gibran dibacakan esoknya pukul 17.00. Namun skenario ini pun batal.
Habiburokhman tak menjawab secara gamblang ihwal cerita Prabowo yang ditelepon Pratikno. “Kami menikmati keleluasaan waktu. Ojo kesusu. Tuhan bersama orang yang sabar,” ucapnya. Adapun Pratikno menyangkal jika disebut meminta Prabowo segera mengumumkan nama pasangannya. “Saya tidak pernah meminta pasang baliho Prabowo-Gibran, tidak pernah menyampaikan perihal calon wakil presiden kepada Pak Prabowo,” katanya kepada Tempo pada Jumat, 20 Oktober lalu.
Seperti diduga Prabowo, putusan Mahkamah Konstitusi menuai penolakan keras masyarakat. Sekitar 200 tokoh akademikus, aktivis, hingga ekonom berkumpul di Jalan Juanda, Jakarta, dan membacakan Deklarasi Juanda bertajuk “Reformasi Kembali ke Titik Nol”. Menurut mereka, putusan Mahkamah Konstitusi akan melegalkan politik dinasti.
Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia juga menggelar protes pada Jumat, 20 Oktober lalu. Bukan hanya di Jakarta, mahasiswa di pelbagai daerah juga menyuarakan protes serupa. Poster “Tolak Politik Dinasti” merebak di mana-mana.
Bahkan Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra mengkritik putusan Mahkamah Konstitusi dengan menyebutnya cacat hukum. Kendati begitu, sebagai anggota Koalisi Indonesia Maju, Yusril menyatakan tetap mendukung keputusan koalisi meski Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto.
Penolakan publik yang keras dan meluas itu tak urung membuat pendirian elite partai Koalisi Indonesia Maju goyah. Menurut seorang petinggi partai, para ketua umum terkaget-kaget dengan reaksi publik. Mereka tak menyangka penolakan begitu keras mengingat angka keberterimaan (approval rating) Presiden Joko Widodo, ayah Gibran, sebesar 81 persen.
Mereka pun berkumpul lagi untuk membahas kemungkinan mencari calon wakil presiden selain Gibran. Mereka kembali kepada pilihan semula, yakni Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir atau Airlangga Hartarto. Erick mendapat dukungan dari PAN. Ia terlacak membuat surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) diikuti Yusril Ihza Mahendra.
Di Solo, Jawa Tengah, Gibran juga disebut-sebut telah mengurus SKCK sebagai salah satu syarat mendaftarkan diri sebagai calon wakil presiden. Dimintai konfirmasi soal itu, dengan gaya khasnya Gibran balik bertanya kepada wartawan. “Di mana? Saya kan di sini terus,” ucapnya.
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi tak memungkiri respons negatif publik atas putusan Mahkamah Konstitusi. Karena itu, Viva mengatakan PAN kembali mengajukan Erick Thohir sebagai pendamping Prabowo Subianto. “Survei menunjukkan elektabilitas tiga calon presiden tipis sehingga peran calon wakil presiden menjadi penting,” tuturnya.
Masalahnya, lingkaran dekat Prabowo menolak Erick. Golkar bahkan mengancam akan keluar dari koalisi jika Prabowo memilih Erick sebagai calon wakil presiden. “Jika bukan Erick, kami patuh pada putusan majelis ketua umum,” kata Eddy Soeparno, Sekretaris Jenderal PAN.
Presiden Joko Widodo bersama Erick Thohir menyaksikan pertandingan tim nasional Indonesia melawan tim nasional Brunei Darussalam di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 12 Oktober 2023. Antara/Dhemas Reviyanto
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Dito Ariotedjo tak menjawab dengan gamblang penolakan partainya terhadap Erick. Juga meredupnya nama Gibran sebagai pendamping Prabowo setelah reaksi negatif publik atas putusan Mahkamah Konstitusi. “Sepengetahuan saya, semua nama dibahas bersama dan sama rata,” ujarnya, Sabtu, 21 Oktober lalu.
Artikel lain:
- Bagaimana Anwar Usman Mengatur Putusan Mahkamah Konstitusi
- Mengapa Megawati Memilih Mahfud Md Sebagai Pendamping Ganjar Pranowo?
- Mahkamah yang Kehilangan Muruah
- Krisis Demokrasi Setelah Putusan Mahkamah Konstitusi
Toh, pada akhirnya Golkar kembali mengajukan Gibran Rakabuming Raka. Dalam rapat pimpinan nasional Partai Golkar di Jakarta pada Sabtu, 21 Oktober lalu, Airlangga Hartarto mengatakan partainya mengusulkan dan mendukung Gibran sebagai calon pendamping Prabowo untuk dibawa ke forum ketua partai koalisi.
Dalam pidato pembacaan hasil rapat pimpinan partai, Airlangga bahkan menyamakan Gibran dengan Sutan Sjahrir, politikus Partai Sosialis Indonesia, yang menjadi partner tangguh bagi Sukarno di masa awal kemerdekaan Indonesia. Airlangga lupa, Sjahrir adalah politikus tulen yang naik ke kekuasaan bukan karena ayahnya seorang presiden.
Dengan mengusung Prabowo-Gibran, Airlangga mengatakan, Golkar juga hendak melanjutkan kebijakan Presiden Jokowi dalam pembangunan infrastruktur dan kebijakan penghiliran sumber daya alam. Prabowo menyambut pidato Airlangga Hartarto dengan memujinya karena Airlangga merelakan kansnya sebagai calon wakil presiden diambil Gibran. “Dari lubuk hati yang paling dalam, saya hormat,” kata Prabowo.
Gibran Rakabuming Raka terbang dari Solo khusus untuk menghadiri rapat pimpinan Golkar itu. Ia hadir di kantor pusat Golkar di Slipi, Jakarta Barat, 45 menit setelah Prabowo meninggalkan arena rapat. Kepada wartawan, Gibran menyatakan mengapresiasi keputusan Golkar yang mencalonkannya sebagai calon wakil presiden. “Selanjutnya kami akan koordinasi dengan Pak Prabowo,” ujar Gibran.
Sebelum merapat ke Koalisi Indonesia Maju, Golkar menjajaki koalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Koalisi belum terbentuk, Kejaksaan Agung memanggil Airlangga dengan menyoal kebijakannya dalam distribusi minyak goreng yang sarat korupsi dan dugaan penyelewengan dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Sejumlah politikus Golkar juga menyuarakan digelarnya musyawarah nasional luar biasa. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia bahkan sempat bergerilya mencari dukungan munaslub Golkar untuk mendongkel Airlangga. Digempur kiri-kanan, Airlangga menemui Prabowo Subianto dan menyatakan bergabung dengan koalisinya. Waktu itu Presiden Jokowi agak terang mendukung Prabowo ketimbang menyokong kolega separtainya, Ganjar Pranowo.
Dukungan Golkar disusul dengan pernyataan Partai Gelora, pecahan Partai Keadilan Sejahtera yang sudah mendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Ketua Umum Gelora Anis Matta mengatakan Gibran bisa melanjutkan rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo setelah polarisasi “cebong-kampret” dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyerahkan surat keputusan Rapat Pimpinan Nasional ke-2 Partai Golkar kepada Gibran Rakabuming Raka di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, 21 Oktober 2023. Antara/Sigid Kurniawan
Sebelum Golkar dan Gelora mendeklarasikan Gibran, Prabowo sempat mencurahkan kegundahannya kepada Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Elite Partai Demokrat menyebutkan Prabowo cemas bila respons negatif atas putusan Mahkamah Konstitusi berdampak buruk pada elektabilitasnya. Prabowo, menurut petinggi Demokrat, bertanya apakah Yudhoyono juga turut mendukung Erick Thohir.
Melihat Prabowo bimbang, Yudhoyono mengatakan partainya tidak akan lari apa pun keputusan Prabowo. Mendengar pernyataan itu, kata mereka yang mengetahui pertemuan tersebut, Prabowo semringah. Saat merayakan ulang tahunnya yang ke-72 pada 17 Oktober 2023 malam, Prabowo memberikan kue kepada keluarganya dan Agus Harimurti Yudhoyono.
Agus tak banyak bercerita ihwal pertemuan ayahnya dengan Prabowo sehari sebelumnya. Agus malah memuji Prabowo sebagai pemimpin yang mendengarkan pendapat orang lain. “Walau kami semua memberi ruang luas kepada beliau menjadi penentu koalisi, beliau mengatakan semangat koalisi adalah kolektif,” ucap Agus.
Suara Golkar dan kepastian Demokrat membuat pendirian partai lain berubah. Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga, yang semula berkukuh mengusung Erick Thohir, melunak dengan mengatakan kemungkinan besar partainya mendukung Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil Prabowo. Sikap PAN kian jelas ketika Ketua Umum Zulkifli Hasan mengunggah foto pertemuannya dengan Gibran di akun media sosialnya dengan takarir: “Agar Indonesia maju terus, silaturahmi tidak boleh terputus. Bismillah, Mas Wali”. “Nama wakil sudah dikantongi Pak Prabowo. Tinggal diumumkan,” kata Zulkifli kepada Tempo pada Sabtu, 21 Oktober lalu.
Viva Yoga mengatakan deklarasi pasangan Prabowo-Gibran paling cepat dilakukan pada Senin, 23 Oktober, dua hari menjelang akhir pendaftaran calon presiden dan wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum. Prabowo menjadi kandidat terakhir yang mendaftar setelah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Namun elite partai lain mengatakan deklarasi belum jelas hingga Sabtu sore, 21 Oktober lalu.
Ketua Umum Projo, relawan Jokowi, Budi Arie Setiadi, mengaku sudah mengetahui Prabowo kemungkinan besar memilih Gibran sebagai pasangannya. Ia mendengar kepastian itu dari Prabowo langsung pada Sabtu, 14 Oktober lalu, di saat pengurus organisasi relawan Jokowi tersebut bertandang ke rumah Prabowo di Jalan Kertanegara. “Prabowo bilang semua partai mendukung Gibran,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika ini kepada Tempo pada Rabu, 18 Oktober lalu.
Bagaimana sikap Jokowi? Budi Arie Setiadi menjawab lugas: “Masak, anaknya tarung bapaknya enggak ikut?”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Fracisca Christy Rosana, Hussein Abri Dongoran, dan Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Timbul-Tenggelam Nama Gibran"