Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tempo menggelar lomba melukis Hoegeng Iman Santoso untuk sampul laporan khusus.
Ada 320 karya yang menafsir Hoegeng sebagai polisi jujur.
Sebanyak 6 karya menjadi yang terbaik.
BAGI majalah Tempo, laporan khusus selalu menjadi edisi yang spesial, terutama laporan khusus Hari Kemerdekaan. Tahun ini, kami ingin membuat edisi yang lebih spesial dengan mengajak pembaca menyumbangkan ide ilustrasi sampul. Kebetulan tema laporan khusus kali ini juga spesial: menuliskan ulang riwayat Hoegeng Iman Santoso, polisi yang dikenang karena integritas dan kesederhanaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab, ilustrasi sampul majalah seperti jendela etalase sebuah toko. Dengan visual menarik, sebuah etalase bisa membuat orang yang lalu-lalang berhenti untuk melihatnya. Dengan informasi dalam etalase itu, pejalan kaki akan terbetot memasuki toko dan menyesap semuanya. Memakai dasar itu, kami mengajak pembaca menafsir sosok Hoegeng dalam sebuah ilustrasi sampul.
Melibatkan pembaca adalah cara kami mengenalkan sosok Hoegeng kepada khalayak. Juga semacam cita-cita bahwa orang seperti Hoegeng adalah polisi yang diinginkan semua orang. Ia polisi yang multifaset: teguh memegang prinsip, kukuh menegakkan integritas, suka melukis dan bermain musik.
Melalui akun Instagram @majalah.tempo, kami mengundang siapa saja menafsir sosok Hoegeng. Sejak undangan dibuka pada 26 Juli 2021 hingga ditutup pada 9 Agustus 2021, sebanyak 320 karya dari 300 ilustrator kami terima. Para ilustrator umumnya memakai media digital untuk mengeksekusi karya mereka.
Ada tiga juri yang memilih semua karya itu: Aditya Sutanto Hoegeng, putra Jenderal Hoegeng; Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Setri Yasra; dan ilustrator Tempo, Kendra Paramita.
Pertama-tama, mereka menyeleksi 20 karya terbaik dari sisi teknik, pesan, dan eksekusinya. Dari 20 karya itu, para juri mengambil 10. Mereka lalu menentukan enam sampul terbaik: satu untuk muka majalah dan lima sebagai juara favorit.
Setelah sempat ada kekeliruan memilih juara utama karena ketidakcermatan panitia, para juri sepakat bahwa gambar Hoegeng memakai seragam polisi sedang memberi hormat sembari mengepit ukulele adalah gambar terbaik. Gambar karya Chony Wastukancono ini mudah dipahami dalam mengomunikasikan sosok Hoegeng: menjadi pejabat publik seperti berkesenian—ada kompetensi, kejujuran, dan keberanian.
“Selain melihat kreativitas dan filosofi, pilihan ini didasari kebanggaan Hoegeng terhadap institusinya,” kata Aditya Sutanto Hoegeng.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo