Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cerita Pasutri yang Kecelakaan akibat Tertimpa Bendera Partai di Flyover Kuningan

Salim mengalami luka robek di wajah dan istrinya, Oon, patah tulang kaki usai mengalami kecelakaan di Flyover Kuningan karena tertimpa bendera parpol

20 Januari 2024 | 09.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Salim, 68 tahun dan istrinya, Oon, 61 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas di Flyover Kuningan, Jakarta Selatan, pada Rabu, 17 Januari 2024. Pasangan suami-istri itu tertimpa bendera parpol (partai politik) di penghujung flyover saat melaju dari arah Cawang menuju Semanggi pada pukul 09.45.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo menemui mereka di rumah anaknya di wilayah Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat. Salim dan Oon yang sedang dalam perawatan berbaring di tempat tidur yang diletakkan di ruang tamu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perban cokelat di kaki Salim membalut bagian yang cedera. Sambil menahan sakit, dia bercerita perihal musibah yang dialaminya itu.

Pada hari kejadian, dia membonceng Oon dengan sepeda motor Yamaha Mio J warna putih dan merah. Keduanya berangkat dari rumah anak pertamanya di Cileungsi, Kabupaten Bogor, menuju Jalan Banjir Kanal, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

"Rabu pagi, jalan memang dalam keadaan nyaman, gak begitu rame, macet," tuturnya saat ditemui di Jalan Terate, Kembangan, Jakarta Barat, Jumat, 19 Januari 2024.

Salim melintasi Flyover Kuningan yang memiliki dua jalur, dia melaju yang di sisi kiri. Pembatas jalur itu berupa beton yang di atasnya terdapat dua besi yang dijejerkan sepanjang jalan.

Dia melihat berbagai bendera partai politik berkibar di kayu bambu yang diikat dengan kabel ties hitam pada pembatas flyover. Sisi kiri pembatas terlihat lebih banyak bendera, yaitu Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), PKN (Partai Kebangkitan Nusantara), PPP (Partai Persatuan Pembangunan), Partai Demokrat, dan PDI Perjuangan, sedangkan sisi kanan lebih sedikit, hanya terlihat bendera Partai NasDem.

"Begitu turun, tiba-tiba bambu sama bendera tumbang depan muka. Menutupi pandangan, gak keliatan apa-apa," kata Salim.

Bapak lima anak itu tidak memperkirakan bendera tersebut jatuh di depan wajahnya. Nahas, bambu bendera itu tersangkut di pembatas flyover hingga ikut mengenai Oon yang dibonceng.

Salim panik dan seketika sepeda motornya oleng karena pandangannya tertutup total, lalu dia banting setir ke kiri hingga jatuh tersungkur. Sedangkan Oon, badannya jatuh ke belakang sampai kakinya terseret.

Keduanya mengenakan helm dan tidak mengalami cidera kepala. Walau begitu tetap terasa sakit di beberapa titik, seperti bagian kening pada Oon dan lebam pada mata Salim. "Kalau kelihatan jarak dua atau tiga meter mungkin saya bisa selamat gitu ya," ucap Salim.

Dia merasa saat jatuh badannya terpental sekitar hampir empat meter. Sedangkan istrinya di belakang dari posisi Salim terjatuh.

Salim melihat identitas bendera parpol yang mencelakainya itu merupakan milik PKB. Namun, dia tidak serta merta menyalahkan pihak partai, tapi kepada yang memasang alat peraga kampanye tersebut. "Di situ saya sempat pikir, orang kerja kurang hati-hati, kurang mikirin diri orang lain," ujarnya.

Usai terjatuh, mereka ditolong oleh ojek online (ojol) yang melintas. Lalu ada sopir Grab Car perempuan yang menawarkan tumpangan untuk evakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Mampang.

Kemudian keluarga mereka berdua menyusul ke rumah sakit itu untuk mengurus administrasi pengobatan. Sedangkan kendaraan dibawa juga ke rumah sakit, tapi SIM dan STNK sepeda motor diserahkan ke Gedung Subdirektorat Penegakkan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya di Pancoran, untuk mengurus surat-surat bukti kecelakaan.

Pascakecelakaan, kata Salim, hanya ada personel kepolisian saja yang menjenguknya dan Oon saat di rumah sakit. Tapi tidak ada pihak Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) atau partai politik yang merasa memiliki bendera, untuk datang menengok. "Mungkin kalau ada yang datang cepat-cepat ambil tindakan untuk korban, tapi gak ada," katanya.

Akibat kecelakaan ini, Salim mengalami luka robek di dekat bibir, lecet di kaki dan jari-jari kaki. Sedangkan Oon mengalami patah tulang kering di kaki kiri dan lengan kiri, luka lecet, dan keseleo di pergelangan kaki.

Mereka berdua pulang dari rumah sakit pada malam hari usai kejadian. Kini keduanya menjalani perawatan mandiri di rumah anaknya di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.

Oon mengungkapkan luka yang dialaminya mengakibatkan kesulitan untuk duduk maupun ke kamar mandi. Bagian punggungnya juga masih sakit, tapi ditangani dengan pijat tradisional rutin oleh tukang urut.

Dia turut bersyukur nyawanya tidak melayang di tempat usai kecelakaan. "Untungnya saya gak punya penyakit jantung. Kalau kaget-kaget, mungkin saya udah nggak ada di situ (meninggal)," tuturnya saat ditemui dalam kesempatan yang sama.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus