Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Yumsari (65), warga penerima program bedah rumah oleh Pemerintah DKI Jakarta, berlinang air mata menatap rumahnya kini. Temboknya yang retak-retak telah berganti dinding putih yang bersih dan kokoh. Tak ada lagi sisa ruang-ruang kamar yang keropos oleh rayap. Gantinya adalah tiga ruang kamar baru beralas keramik yang rapi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yumsari adalah satu di antara tujuh kepala keluarga penerima program bedah rumah oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang didukung Yayasan Buddha Tzu Chi tersebut. Program menyasar sejumlah RW kumuh di lima wilayah di Jakarta. Yumsari dan kelompoknya adalah yang berlokasi di RW 07 Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka menjalani serah terima rumah hasil renovasi gratis itu langsung dari Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono pada Minggu, 10 September 2023. "Alhamdulillah keker sekarang, dulu kan temboknya pada retak, jadi kena angin aja, jalan di tangga tuh goyang-goyang, takutnya jatuh," kata dia saat ditemui di rumahnya itu.
Yumsari menuturkan, proses pengurusan bedah rumah sampai dibangun kembali berlangsung selama hampir satu tahun. Selain melalui survei dan seleksi, persyaratan yang ditetapkan adalah warga memiliki sertifikat hak milik atas tanah lokasi rumahnya berdiri.
Pemerintah tak menanggung biaya hidup sementara rumah dibongkar. Karenanya Yumsari menceritakan kalau dia ke luar uang kontrak rumah sebesar 750 ribu rupiah untuk bulan pertama dan kedua. Bulan ketiga sampai kelima Rp 800 ribu, setengah bulan selanjutnya, bayar Rp 500 ribu.
Dia yang sudah tidak bisa berjalan itu mengaku rela dengan pengeluaran tersebut. Sebaliknya, senang dan berterima kasih kepada Pemerintah DKI. "Jika tidak ada program ini, kami tidak akan mampu merenovasi rumah, karena untuk makan sehari-hari sudah susah."
Yumsari kemudian menjelaskan keadaan rumahnya yang berukuran 30 meter sebelum dibongkar. Rumah tersebut meskipun atapnya tidak bocor, namun ada banyak rayap yang bahkan membuat ia tak lagi memiliki tempat tidur.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono saat penyerahan hasil program bedah rumah secara simbolis kepada warga di RW 07, Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, pada Minggu, 10 September 2023. Tempo/Nur Khasanah Apriliani
Rumah Yumsari juga sebelumnya tidak memiliki kamar dan hanya ada lantai atas yang terbuat dari pagar bilik. Bagian atas tersebut tadinya dibuat untuk dua anaknya yang saat ini sudah besar, sehingga ia cukup sering khawatir.
"Jadi takutnya kena angin ngerubuh ke depan, soalnya udah pada rapuh," katanya.
Kini Yumsari bisa tak khawatir lagi. Rumahnya kini sudah kokoh dengan tiga ruang kamar dan aerasi yang lebih sehat. Rumah juga memiliki ruang dengan meja dapur lengkap dengan fasilitas sink.
Di wilayah itu, penerima bedah rumah lainnya adalah Lubis (55) yang sehari-hari berjualan gorengan. Berbeda dari Yumari, Lubis mengungkap kondisi rumahnya sebelumnya kerap bocor jika hujan. Rumah seluas tak sampai 30 meter persegi itu menjadi tempat bernaung 3 keluarga berjumlah 10 jiwa.
"Rumah kami sudah tidak layak huni, kalau untuk membangun sendiri ya dengan penghasilan kami yang seperti ini, gak mungkin ya," ucap Lubis juga.
NUR KHASANAH APRILIANI
Pilihan Editor: Atap Stasiun Kereta Cepat Halim Perdanakusuma Terbakar Dinihari