Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dari Gang Becek Ke Lahore

Proyek MHT di Jakarta mendapat penghargaan Aga Khan, penghargaan untuk arsitektur islam masih punya tantangan. (kt)

8 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIDAK merasa ikut bertanding, proyek MHT (Mohammad Husnie Thamrin) DKI Jakarta memenangkan hadiah Agha Khan.Suatu penghargaan yang diberikan kepada arsitektur Islam di berbagai negara. Wakil Gubernur DKI, Ir. Piek Mulyadi dan Kepala Bappem (Badan Perencanaan dan Pembangunan) Proyek MHT, Darrundono yang menerima penghargaan itu 2 3 Oktober di Lahore, Pakistan, mengaku tidak menyangka proyek MHT akan menang. Bahkan kedua pejabat itu, tidak tahu bahwa selama 3 tahun ini proyeknya dinilai oleh sebuah tim yang berkedudukan di Jenewa. Tanah Proyek ME IT dimulai 11 tahun lalu, di zaman Gubernur Ali Sadikin. Sampai tahun lalu proyek ini dinilai berhasil meningkatkan kehidupan 450.000 orang warga di beberapa kampung wilayah DKI. Perbaikan jalanjalan kampung, gang-gang, selokan, WC umum, air bersih dan klinik kesehatan berhasil menata kembali bagian-bagian wilayah Jakarta yang sebelumnya selalu becek dan kumuh, terutama di musim hujan. Yang lebih penting lagi perbaikan itu berhasil pula meningkatkan inisiatif penduduk untuk memperbaiki perumahan mereka masing-masing. Dinilai juga Proyek MHT telah meningkatkan kondisi kehidupan warga sekitarnya. Penghargaan Agha Khan untuk arsitektur Islam, menurut pertimbangan para juri The Aga Khan Award for Architecture 1980, memang bukan hanya diukur dari megahnya monumen, tapi juga dari peningkatan harkat masyarakat Islam. Kebetulan, 95% penduduk kampung-kampung DKI beragama Islam. Para juri terdiri dari Prof. Titus Burckhardt (Swiss), Sherban Cantacuzino (Inggris), Giancarlo De Carlo (Italia), Dr. Mahbub ul Haq (Pakistan), Mazharul Islam (Bangladesh) Prof. Aptullah Kuran(Turki), Dr. Mona Serageldin (Mesir), Soedjatmoko (Indonesia) dan Kenzo Tange (Jepang). Produktivitas penduduk yang terkena MHT2 menurut Ir. Piek Mulyadi2 meningkat walau tidak ada angka-angka yang pasti tentang itu. Misalnya, jika sebelum MHT, penduduk tidak datang ke tempat kerja kalau hujan turun, sekarang sudah tidak menjadi masalah lagi. Saat ini Proyek MHT sudah berhasil memperbaiki 204 kelurahan di DKI, dengan biaya Rp 79 milyar. Usaha yang mulai dijalankan tahun ini di wilayahwilayah yang sudah terkena MHT adalah merangsang kegiatan kerja (kerajinan rumah tangga), seperti konpeksi di Sukabumi Udik, pembuatan sepatu karet di Kuningan dan kerajinan membuat tas di Tanah Abang. Untuk mereka Pemda DKI juga akan memberi rangsangan- berupa peralatan, peningkatan ketrampilan dan kredit-kredit bersyarat lunak. "Ini berarti satu langkah lagi lebih maju," kata Ir. Piek Mulyadi sesaat setelah menerima hadiah Agha Khan berupa medali dan uang sebanyak US $ 40.000. Proyek MHT diperkirakan Ir. Piek Mulyadi akan berjalan sampai 10 tahun mendatang. Rencana selanjutnya, "bagaimana membuat kampung ini lebih hidup, baik sosial ekonomi maupun lingkungannya," ujarnya lagi. Untuk itU misalnya diperlukan tempat-tempat pertemuan sebagai sarana berkomunikasi antar warga masyarakat. Kebutuhan selanjutnya, tentunya tanah untuk membangun gedung, "padahal tanah di DKI susah," gumam Ir. Piek Mulyadi membayangkan tantanKan yang akan dihadapi kelak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus