TIDAK merasa ikut bertanding, proyek MHT (Mohammad Husnie
Thamrin) DKI Jakarta memenangkan hadiah Agha Khan.Suatu
penghargaan yang diberikan kepada arsitektur Islam di berbagai
negara.
Wakil Gubernur DKI, Ir. Piek Mulyadi dan Kepala Bappem (Badan
Perencanaan dan Pembangunan) Proyek MHT, Darrundono yang
menerima penghargaan itu 2 3 Oktober di Lahore, Pakistan,
mengaku tidak menyangka proyek MHT akan menang. Bahkan kedua
pejabat itu, tidak tahu bahwa selama 3 tahun ini proyeknya
dinilai oleh sebuah tim yang berkedudukan di Jenewa.
Tanah
Proyek ME IT dimulai 11 tahun lalu, di zaman Gubernur Ali
Sadikin. Sampai tahun lalu proyek ini dinilai berhasil
meningkatkan kehidupan 450.000 orang warga di beberapa kampung
wilayah DKI. Perbaikan jalanjalan kampung, gang-gang, selokan,
WC umum, air bersih dan klinik kesehatan berhasil menata kembali
bagian-bagian wilayah Jakarta yang sebelumnya selalu becek dan
kumuh, terutama di musim hujan. Yang lebih penting lagi
perbaikan itu berhasil pula meningkatkan inisiatif penduduk
untuk memperbaiki perumahan mereka masing-masing. Dinilai juga
Proyek MHT telah meningkatkan kondisi kehidupan warga
sekitarnya.
Penghargaan Agha Khan untuk arsitektur Islam, menurut
pertimbangan para juri The Aga Khan Award for Architecture 1980,
memang bukan hanya diukur dari megahnya monumen, tapi juga dari
peningkatan harkat masyarakat Islam. Kebetulan, 95% penduduk
kampung-kampung DKI beragama Islam. Para juri terdiri dari Prof.
Titus Burckhardt (Swiss), Sherban Cantacuzino (Inggris),
Giancarlo De Carlo (Italia), Dr. Mahbub ul Haq (Pakistan),
Mazharul Islam (Bangladesh) Prof. Aptullah Kuran(Turki), Dr.
Mona Serageldin (Mesir), Soedjatmoko (Indonesia) dan Kenzo Tange
(Jepang).
Produktivitas penduduk yang terkena MHT2 menurut Ir. Piek
Mulyadi2 meningkat walau tidak ada angka-angka yang pasti
tentang itu. Misalnya, jika sebelum MHT, penduduk tidak datang
ke tempat kerja kalau hujan turun, sekarang sudah tidak menjadi
masalah lagi.
Saat ini Proyek MHT sudah berhasil memperbaiki 204 kelurahan
di DKI, dengan biaya Rp 79 milyar. Usaha yang mulai dijalankan
tahun ini di wilayahwilayah yang sudah terkena MHT adalah
merangsang kegiatan kerja (kerajinan rumah tangga), seperti
konpeksi di Sukabumi Udik, pembuatan sepatu karet di Kuningan
dan kerajinan membuat tas di Tanah Abang. Untuk mereka Pemda DKI
juga akan memberi rangsangan- berupa peralatan, peningkatan
ketrampilan dan kredit-kredit bersyarat lunak. "Ini berarti satu
langkah lagi lebih maju," kata Ir. Piek Mulyadi sesaat setelah
menerima hadiah Agha Khan berupa medali dan uang sebanyak US $
40.000.
Proyek MHT diperkirakan Ir. Piek Mulyadi akan berjalan
sampai 10 tahun mendatang. Rencana selanjutnya, "bagaimana
membuat kampung ini lebih hidup, baik sosial ekonomi maupun
lingkungannya," ujarnya lagi. Untuk itU misalnya diperlukan
tempat-tempat pertemuan sebagai sarana berkomunikasi antar warga
masyarakat. Kebutuhan selanjutnya, tentunya tanah untuk
membangun gedung, "padahal tanah di DKI susah," gumam Ir. Piek
Mulyadi membayangkan tantanKan yang akan dihadapi kelak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini