Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Di atas air di tengah api

Banjarmasin merupakan kota yang sering mengalami kebakaran. karena tata bangunan semrawut dan jalan sempit. alat pemadam kebakaran sulit mencapai sasaran. (kt)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN kebakaran yang terjadi akhir bulan lalu, cukup memadai bila Banjarmasin disebut sebagai kota juara dilalap api. Angka dari Balaikota Banjarmasin mencatat, selama 9 bulan terakhir (tahun ini) tersebut 53 kali kebakaran. Terbesar di antaranya terjadi pertengahan Agustus lalu dengan melalap habis Pasar Gelora Antasari, kebanggaan warga kota itu. Klakaran di Kampung Bayiur akhir September itu sempat menelan puluhan rumah. Di Antasari yang kerugian sampai sekitar Rp 800 juta. Jika ditilik penyebabnya pada bangunan-bangunan rumah penduduk yang masih banyak menggunakan bahan mudah dijilat api-ini semua sudah bukan rahasia lagi. Yaitu berdinding dan berlantai papan dengan atap sirap ulin atau rumbia. Jika bukan itu lagi soalnya, maka warga kota ini sudah lama juga menuding ke tata letak bangunan dan keadaan kota pada umumnya. Letak bangunan-bangunan serba semraut, dijepit gang-gang sempit. Jalan-jalan yang ada sejak beberapa waktu belakangan ini tak mungkin dilewati mobil pemadam kebakaran secara buru-buru -- serba rusak dan hanya pantas untuk jalan pedati. Lalu, lebih penting lagi, kota ini hampir seluruhnya berdiri di atas air, yaitu Sungai Barito dan anak-anaknya. Dengan keadaan serupa itu tak sulit dibayangkan bahwa alat-alat pemadam kebakaran amat sulit mencapai sasaran. Kota ini hanya memiliki 3 unit mobil pemadam kebakaran (besar ditambah 2 unit mobil pemompa kecil (portable pump) berikut 40 petugas, termasuk supir. Dalam kebakaran-kebakaran yang terjadi umumnya hanya mobil pemompa itu saja yang mampu mencapai sasaran. Sedang mobil pemadam lainnya, kalau tidak terlambat muncul, pastilah ada di antaranya sedang rusak. "Sebab ratarata mobil itu sudah berumur 18 tahun," tutur seorang petugas di asrama pemadam kebakaran Jalan Kamboja Banjarmasin. Klotok Itu bila terjadi kebakaran di daratan. Tapi apa daya jika api menggulung kawasan perumahan di atas atau tepi sungai. Warga kota hanya mengerutkan kening. Padahal, "DPRD sudah berulangkali mencantumkan dalam APBD biaya untuk membeli kapal pemadam kebakaran," ungkap Hijaz Yamani, Ketua DPRD Kodya Banjarmasin. Namun setiap kali pula Pemda berdalih tak punya anggaran cukup untuk itu. Beberapa tahun lampau kota ini pernah memiliki sebuah klotok (perahu dengan mesin tempel) pemadam kebakaran. "Tapi sudah lama rusak," kata Zakaria Saberan, Ka-Humas Kodya Banjarmasin. Sementara Walikota Kamaruddin tetap menuding warga kota yang lalai sebagai penyebab kebakaran, ia juga rupanya tak ingin bicara panjang tentang pembelian kapal pemadam kebakaran. "Bila ada yang memberi sumbangan tentu kita sambut dengan gembira," begitu ucap Kamaruddin. Dari pihak lain disamping tetap memandang perlu segera membeli kapal pemadam kebakaran, juga menilai agar tata letak bangunan di kota ini segera dibenahi. Sebab drs. Aspul Anwar, bekas Walikota Banjarmasin dan sekarang Wakil Ketua DPRD Kal-Sel misalnya melihat tata bangunan yang semraut adalah pangkal utama empuknya kota ini bagi sasaran api. Selain keadaan serupa itu memungkinkan api cepat merambat, juga amat menghalangi mobil-mobil pemadam kebakaran mendekati sasaran. Kamaruddin mengakui kebenaran pendapat itu. Bahkan menurutnya, "DPRD sudah berulangkali meminta Pemda melakukan penertiban bangunan melalui pemutihan izin sebagai langkah pertama." Namun rupanya tak semudah itu. "Jangankan memberi pemutihan izin, penyelesaian izin-izin baru saja masih menumpuk," kata Kamaruddin. Kalau begitu halnya, barangkali cerita mengenai kebakaran di kota ini masih akan panjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus