Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

STO dalam konteiner

Sentral telepon otomat (sto) pontianak sudah beroperasi. karena masih menggunakan 2 buah kontiner hubungan baru bisa ke jakarta, cibinong dan bekasi. (ksh)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WARGA Kota Pontianak sudah bisa berceloteh secara langsung lewat telepon. Karena Sentral Telepon Otomat (STO) di ibukota Kalimantan Barat yang berpenduduk sekitar 300 ribu orang itu telah diresmikan akhir bulan lalu . Sentral telepon itu berupa seperangkat bangunan tak bertingkat yang di halamannya mendekam 2 konteiner berisi peralatan telepon otomat lengkap dan modern. Sek-Jen Dephub Achmad Tahir menyaksikan peresmian peralatan yang melahap biaya Rp 2,02 milyar yang dilakukan Sekwilda Kal-Bar drs. Basuni Abubakar. "Dengan terujudnva sentral telepon ini, masyarakat Pontianak boleh lega," ucap ir. Boedi Santoso, Pengganti Sementara Dirut Telekomunikasi. Sebelumnya, bila sesama warga kota ingin berbicara lewat telepon, diperlukan waktu menunggu sedikitnya seperempat jam. Maklum, dulu telepon di kota yang berpenduduk mayoritas pedagang dan pengusaha itu, masih menggunakan sistem manual. Yakni dengan cara harus minta sambungan ke sentral lebih dulu. Apalagi untuk interlokal. "Daripada melalui telepon, lebih baik datang sendiri," kata seorang warga kota menggambarkan baga ana lamanya menunggu sambungan telepon dulu. Dengan kapasitas 2.000 sambungan STO ini baru mampu berhubungan ke Jakarta, Cibinong dan Bekasi--selain di dalam kota Pontianak sendiri. "Kota Pontianak merupakan kota yang letaknya cukup strategis," ucap Sek-Jen Dephub Achmad Tahir, "kegiatan perekonomian di sini amat tergantung pada sarana perhubungan yang cepat." Sementara menurut ir. Boedi Sanroso "daerah ini memang mempunyai potensi besar di sektor perekonomian, terutama hasil hutannya." Tentang STO Pontianak yang masih mendekam dalam konteiner itu, menurut Kepala Wilayah Telekomunikasi Kalimantan, Soeratmo, memang bersifat sementara. "Masalahnya hanya karena persoalan tanah," tutut Soeratmo. Sebab katanya, tanah peruntukan gedung permanen STO Pontianak itu kurang baik karena terletak di tepi pantai hingga agak lembek. Selain itu, juga di sekitarnya banyak rumah rakyat yang dirasa mengganggu. Tapi menurut sumber TEMPO di DitJen Postel di Jakarta sebenarnya proyek STO Pontianak sudah harus selesai dalam Pelita II lalu. Tapi karena kesulitan dana dan tanah, pelaksanaannya digeser ke Pelita III. Untuk mempercepatnya dipakailah sistim konteiner itu. "Selain biayanya murah, juga masalah tanah tak jadi soal," kata sumber itu, "tapi secara tehnis kekuatannya sampai 25 tahun." Toh bukan persoalan mendesak. Karena menurut Ilyasin Yunus, 55 tahun, Kepala STO Pontianak, langganannya kini baru berjumlah 980 di samping yang menungu 500-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus