Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Empu Kesayangan Sukarno

Solo melahirkan Go Tik Swan, maestro batik berdarah Tionghoa yang mendapat gelar Panembahan Hardjonagoro dari Keraton Kasunanan Surakarta. Go adalah empu batik kesayangan Presiden Sukarno yang pernah diminta menciptakan ”batik Indonesia”, yang beberapa motifnya bertahan hingga saat ini.

5 Oktober 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GO seniman serba bisa. Pria kelahiran 11 Mei 1931 ini adalah penari yang pernah membuat Sukarno terpukau. Ia juga ahli membuat keris dan membatik. Pada 1960, Bung Karno memintanya untuk membuat batik yang menyimbolkan kekayaan dunia perbatikan Tanah Air.

Demi memenuhi permintaan Presiden Indonesia pertama itu, Go mengunjungi sentra-sentra batik. Dia menggali pola-pola batik langka yang menjadi pusaka Keraton Surakarta dan Yogyakarta, lantas mengolahnya dalam warna-warni seperti batik pesisir. Inilah yang kemudian diperkenalkan sebagai batik Indonesia, yaitu batik dengan motif pedalaman yang terkenal kehalusannya dan dipadukan dengan warna khas pesisiran yang cerah.

Go menciptakan sederet motif batik halus dengan kelir yang segar, seperti sawunggaling, rengga puspita, kembang bangah, dan kuntul nglayang. Karyanya banyak dikoleksi pejabat dan kalangan papan atas pencinta batik. Dia menjadikan rumahnya yang bergaya art deco di Kampung Kratonan sebagai bengkel batik.

Kini rumah dan usaha batiknya itu diwariskan kepada pasangan Hardjosuwarno dan Supiyah, yang merupakan anak angkatnya. Sampai sekarang masih banyak pencinta batik yang memburu batik Indonesia. ”Harus pesan lebih dulu,” kata Hardjosuwarno. Para pembeli harus bersabar karena Hardjosuwarno tidak pernah menyediakan stok batik Indonesia yang siap jual.

Kerumitan motifnya membuat batik Indonesia baru dapat dirampungkan dalam waktu delapan bulan. Pola titik atau garis sehalus guratan pensil sulit digarap dengan canting. ”Perlu kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan,” ucap Supiyah, yang tiap bulan hanya bisa membuat sepuluh helai batik. Soal harga, sehelai batik karya Go Tik Swan dibanderol Rp 2,5-7,5 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus