Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GO seniman serba bisa. Pria kelahiran 11 Mei 1931 ini adalah penari yang pernah membuat Sukarno terpukau. Ia juga ahli membuat keris dan membatik. Pada 1960, Bung Karno memintanya untuk membuat batik yang menyimbolkan kekayaan dunia perbatikan Tanah Air.
Demi memenuhi permintaan Presiden Indonesia pertama itu, Go mengunjungi sentra-sentra batik. Dia menggali pola-pola batik langka yang menjadi pusaka Keraton Surakarta dan Yogyakarta, lantas mengolahnya dalam warna-warni seperti batik pesisir. Inilah yang kemudian diperkenalkan sebagai batik Indonesia, yaitu batik dengan motif pedalaman yang terkenal kehalusannya dan dipadukan dengan warna khas pesisiran yang cerah.
Go menciptakan sederet motif batik halus dengan kelir yang segar, seperti sawunggaling, rengga puspita, kembang bangah, dan kuntul nglayang. Karyanya banyak dikoleksi pejabat dan kalangan papan atas pencinta batik. Dia menjadikan rumahnya yang bergaya art deco di Kampung Kratonan sebagai bengkel batik.
Kini rumah dan usaha batiknya itu diwariskan kepada pasangan Hardjosuwarno dan Supiyah, yang merupakan anak angkatnya. Sampai sekarang masih banyak pencinta batik yang memburu batik Indonesia. ”Harus pesan lebih dulu,” kata Hardjosuwarno. Para pembeli harus bersabar karena Hardjosuwarno tidak pernah menyediakan stok batik Indonesia yang siap jual.
Kerumitan motifnya membuat batik Indonesia baru dapat dirampungkan dalam waktu delapan bulan. Pola titik atau garis sehalus guratan pensil sulit digarap dengan canting. ”Perlu kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan,” ucap Supiyah, yang tiap bulan hanya bisa membuat sepuluh helai batik. Soal harga, sehelai batik karya Go Tik Swan dibanderol Rp 2,5-7,5 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo