Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan polisi memasuki markas Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII), Jakarta Pusat pada Selasa malam, 13 Oktober 2020 untuk mencari massa Aksi 1310 dan perusuh. Sebelumnya, kata dia, ada aksi pembakaran ban dan penutupan jalan di sekitar Menteng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Petugas sudah mengimbau untuk segera dimatikan (apinya) karena mengganggu ketertiban masyarakat dan juga untuk membuka jalan itu. Imbauan tidak diindahkan sehingga petugas mencoba mendorong, dan mereka melarikan diri ke dalam (Markas GPII)," kata Yusri di kantornya, Rabu, 14 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan sebanyak empat orang kemudian ditangkap petugas di markas GPII. Saat ini, kata dia, pemeriksaan masih berlangsung. Jika tidak terbukti melakukan pidana, mereka disebut bakal dipulangkan.
Seorang warga Menteng Raya 58 yang ditemui Tempo, sebut saja Oji, mengatakan ada lima warga yang ditangkap dari markas GPII. Ia berujar mereka tetap dibawa kendati sudah menjelaskan bukan demonstran.
"Salah satu yang dibawa tadi Pak RT. Empat sudah pulang, tinggal satu lagi," kata Oji ketika ditemui Tempo di sekitar GPII, Rabu dinihari, 14 Oktober 2020.
Oji mengatakan ketua RT pulang dengan luka robek di kepala. Seorang remaja berusia 16 tahun yang sempat ditangkap juga pulang dalam kondisi luka di kepala dan bibir. Oji mengatakan polisi memasuki kawasan itu sekitar pukul 19.30 WIB. Ketika itu, sebagian warga memang sedang berada di pinggir Jalan Menteng Raya untuk menonton bentrokan di kawasan Kwitang.
Tiba-tiba, kata Oji, polisi datang dari dua arah. Mereka menembakkan gas air mata ke arah markas GPII dan perkampungan yang terletak di belakang bangunan GPII. Sisa-sisa pedih gas air mata masih terasa ketika Tempo menyambangi markas GPII pada Rabu dini hari.
Di salah satu ruangan, darah berlumuran di lantai. Pecahan kaca juga berserakan. Oji mengatakan belasan orang terluka sebelumnya ditampung di ruangan itu."Gas air mata ke arah kampung, padahal banyak ibu-ibu dan anak-anak," kata Oji.
Sekitar sepuluh pria berjaga di pintu gang di samping markas GPII. Mereka juga menutup gerbang yang mengarah ke perkampungan warga. Seorang relawan medis, Akbar (bukan nama sebenarnya) mengatakan aparat memukuli orang-orang yang ditangkap. Ia mengatakan tim medis termasuk yang menjadi korban.
"Meskipun sudah menyebut petugas medis tetap dipukuli," kata Akbar saat ditemui di lokasi yang sama.
M YUSUF MANURUNG | BUDIARTI UTAMI PUTRI