Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hantam Mereka Sebelum Kebobolan

29 Mei 2017 | 00.00 WIB

Hantam Mereka Sebelum Kebobolan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

KEPALA Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian tak sempat menikmati jeda sepulang dari Iran pada Jumat pekan lalu. Setelah mendarat di Bandar Udara SoekarnoHatta, ia langsung menuju ke Terminal Kampung Melayu, lokasi ledakan bom yang menewaskan tiga anak buahnya dua hari sebelumnya.

Dari Kampung Melayu, Tito meluncur ke Rumah Sakit Polri untuk menjenguk lima polisi yang terluka akibat bom itu. Malamnya, Tito menghadiri unjukbincang di Kompas TV hingga pukul 22.00. Sampai rumahnya di Jalan Pattimura, ia sudah ditunggu Kepala Detasemen Khusus Antiteror Mabes Polri Brigadir Jenderal Muhammad Syafii.

Selepas pertemuan itu, Tito menerima Wayan Agus Purnomo, Syailendra Persada, dan Raymundus Rikang dari Tempo untuk sebuah wawancara hingga lewat tengah malam. Dia geram mendengar tuduhan bom di Kampung Melayu merupakan rekayasa polisi. "Persepsi itu muncul karena tak mengerti the nature of terrorism," kata dia.

Mengapa polisi kecolongan di bom Kampung Melayu?

Dua pelaku ini sebenarnya sudah masuk radar Densus. Namun kami punya banyak sekali target. Jaringan Jamaah Ansharut Daulah ada di beberapa provinsi, di sana ada mudiriyah (kabupaten/kota), kemudian di bawahnya ada qodiriyah. Mereka ini belajar menghindari deteksi kepolisian. Mereka memiliki buku manual, tahu disadap dan cara menghindari penyadapan.

Apakah mereka juga membuat kontraintelijen?

Di lapangan mereka mengembangkan teknik menghindari surveillance. Mereka pintar, bisa mengetahui kalau ada anggota Densus yang membuntuti. Misalnya pas hendak melewati lampu lalu lintas. Ketika lampu hijau, dia pelanpelan. Begitu lampu merah, dia melesat. Mereka memantau dari kaca spion jika ada yang mengikuti. Mereka yang awalnya ingin bertemu anggota jaringan bisa berbelok. Pernah ada anggota yang membuntuti mereka di jalan tol. Tibatiba mereka berbelok ke kiri. Petugas tidak mungkin ikut berhenti seketika.

Bagaimana soal penyadapan alat komunikasi?

Mereka sekarang lebih memilih memakai sistem kurir. Di rumah Ahmad Sukri, kami menemukan lima telepon seluler. Dia tahu, ponsel mana untuk keperluan biasa, ponsel mana untuk keperluan jaringan.

Benarkah Ahmad Sukri pernah menjenguk Aman Abdurrahman di lembaga pemasyarakatan Nusakambangan pada November 2014?

Iya, pada 2014.

Berapa kali pergerakan keduanya terpantau Densus?

Muhammad Syafii: Ahmad Sukri sempat terpantau putus dari organisasi. Itu kirakira enam bulan yang lalu. Dia seperti menghindar dari organisasi dan pergi meninggalkan Bandung.

Apakah untuk mengecoh polisi?

Muhammad Syafii: Saya kira begitu.

Kapan dia kembali ke organisasi?

Itu yang tak terpantau. Kalau terpantau, tentu sudah kami ambil. Mereka itu bergerak melalui kurir. Kalau mereka berkomunikasi lewat teknologi, pasti bisa kami pantau.

Artinya, bom Kampung Melayu sebenarnya bisa dicegah?

Kasus ini terkait dengan peristiwa besar sebelumnya. Ada kelompok yang tertangkap di Jatiluhur, Jawa Barat, yang berencana menyerang pos polisi simpang lima Pasar Senen, Jakarta Pusat. Mereka juga berencana menghantam Polda Jawa Barat dan pos polisi Taman Pandawa. Hasil penggeledahan di Cicendo, Jawa Barat, kami menemukan 30 kilogram triacetone triperoxide (TATP). Yang kasus Cicendo tidak kami ekspos karena ada kedatangan Raja Salman.

Seberapa besar dampak jika 30 kilogram TATP itu meledak?

Satu gedung bisa habis. TATP itu high explosive dengan kecepatan pancar 5.200 meter per detik. Dengan kuantitas kecil tetap bisa menghasilkan efek ledak besar.

Berapa dana yang diperlukan untuk membuat satu bom panci?

Itu murah. Tidak sampai Rp 2 juta. Bahannya hanya baterai dan tiner, sangat mudah dibuat. TATP yang dibutuhkan hanya dua kilogram.

Untuk bom Kampung Melayu, bagaimana cara kerjanya?

Bom panci tersebut menggunakan switcher bukan timer. Ketika tombol di tekan rangkaian terbakar dengan kecepatan tinggi, membuat tekanan, dan meledak. Ada efek bakar, getar, dan efek menghancurkan lewat gotri.

Siapa yang meledak lebih dulu? Ichwan Nur Salam atau Ahmad Sukri?

Ahmad Sukri. Terjadi ledakan besar. Bom yang kedua, Ichwan Nur Salam, meledaknya kecil, tidak sempurna. Seandainya yang kedua meledaknya besar, korban akan jauh lebih banyak. Keduanya menggunakan panci berukuran sama.

Mengapa mereka memilih Kampung Melayu?

Soal rute, kami belum tahu. Kenapa Kampung Melayu, mereka sudah mengamati, mungkin karena di sana ada polisi. Kelompok teroris yang tertangkap di Jatiluhur juga menargetkan pos polisi Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Densus Antiteror sudah menangkap Jajang Iqin Sodikin, Waris Suyitno, dan Asep Karpet. Apa peran mereka?

Jajang itu Ketua Mudiriyah Bandung Raya. Dia menggalang pendanaan lewat infak. Cuma, kami belum melacak apakah ada pendanaan dari Bahrun Naim untuk kasus ini.

Apakah tiga orang itu bertugas mencari dana?

Kami menemukan ada transaksi dari salah satu orang ini. Ada duit masuk ke rekening Ahmad Sukri, jumlahnya jutaan rupiah.

Setelah Aman Abdurrahman ditahan, siapa sekarang pemimpin kelompok ini di luar penjara?

Zainal Anshori, yang sudah kami tangkap juga di Lamongan, Jawa Timur, pada April lalu. Penangkapan ini berakibat pembalasan. Di Tuban, mereka menembak polisi lalu lintas. Kalau saat itu polisi tertembak, di berita pasti ramai. Kok, cuma polisi lalu lintas?

Lalu, siapa pemegang kendali di luar penjara sekarang?

Mereka sedang disorientasi pimpinan. Sehingga kembali ke pimpinan mudiriyah seperti Jajang. Jajang punya hubungan langsung ke Bahrun Naim.

Apakah Bahrun bisa membentuk sel tanpa setahu Aman Abdurrahman?

Biasanya dia melapor. Tapi Bahrum bisa berhubungan langsung dengan sel yang dia kenal.

Apakah tiap sel sifatnya putus dan tidak saling kenal?

Umumnya tak saling kenal di tingkat bawah, tapi pimpinannya saling kenal.

Daerah mana dengan sel paling banyak?

Jawa Barat, karena Aman Abdurrahman asli Tasikmalaya. Di Bandung dia punya pesantren. Ada juga di Depok.

Kenapa polisi yang diincar?

Mereka menganut asas takfiri, kunci ajaran mereka adalah tauhid, ajaran berasal dari Tuhan. Yang bukan dari Tuhan adalah haram, kalau manusia adalah kafir. Bagi mereka, Indonesia itu kafir. Sehingga siapa pun yang mendukung, termasuk polisi dan TNI, adalah antek kafir alias taghut. Mereka mengkategorisasi kafir menjadi dua, yakni kafir harbi dan dimi. Kafir harbi yang menyerang mereka. Kafir dimi yang tidak agresif. Polisi termasuk kafir harbi.

Apa langkah berikutnya?

Saya sudah minta ke semua kepala kepolisian daerah untuk hatihati. Saya minta ke Kepala Densus, kejar habis yang terkait, termasuk mereka yang berpotensi melakukan serangan ditangkapin. Saya berharap banyak pada Densus. Hantam mereka sebelum kami kebobolan. Anggota lapangan kami minta waspada, bergabung dengan teman yang memiliki senjata. Mereka sasaran lemah: dia tak tahu lawan, lawan tahu dia.

Ada yang bilang bom ini rekayasa polisi....

Masak, kami mau membiarkan anggota kami dibunuh? Tolong dicatat, kalau ada yang mengatakan rekayasa, Polri menganggap mereka tidak mengerti mengenai jaringan. Bom panci itu khas ISIS. Pressure cooker memiliki daya ledak tinggi. Bom Boston adalah bom panci dan korbannya banyak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus