Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Satu kilo Kerang Hijau (perna viridis) dalam kondisi hidup itu dimasukkan ke dalam akuarium berisi air yang sangat keruh, cokelat pekat dan tebal oleh lumpur sedimentasi. Di sebelahnya, sebuah akuarium dengan besar yang sama berisi air kotor namun tak ada kerang di dalamnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dua akuarium tersebut dipajang di hadapan peserta kegiatan Restorasi Kerang Hijau di tepian Pantai Ancol, dekat Restoran Bandar Jakarta, Jakarta Utara, Ahad kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bak melihat pertunjukan sulap, air yang kotor di dalam akuarium pertama berubah jernih sedikit demi sedikit. Sementara akuarium yang tak berisi kerang tetap kotor mengeruh.
"Satu kilogram kerang hijau mampu menjernihkan 10 liter air laut dalam waktu satu jam," kata Manajer Konservasi PT Pembangunan Jaya Ancol, Yus Anggoro Saputra menerangkan simulasi tersebut.
Ya, kerang hijau memang diakui memiliki kemampuan untuk menjernihkan air secara alami. Departemen Konservasi PT Pembangunan Jaya Ancol telah melakukan penelitan soal fungsi kerang hijau untuk mengurangi polutan di lautan sejak 2018 lalu, saat program restorasi Kerang Hijau akan dimulai.
Menurut Yus, Ancol pernah melakukan eksperimen pada 13 Februari 2018. Mereka meletakkan lima kilogram kerang hijau dalam akuarium di Karantina Seaworld Ancol dan dalamnya ditambahkan air laut hasil backwash filter sebanyak 50 liter. Setelah didiamkan selama satu jam kondisi air menjadi jernih dan mengalami penurunan N03 (nitrat) dari 13,5 mg/l menjadi 3,4 mg/l.
Kondisi air laut di Teluk Jakarta yang memprihatinkan membuat Ancol merancang program penanaman kerang hijau tersebut. Menurut catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2018, setiap hari sebanyak 21 ton sampah mengalir masuk ke Teluk Jakarta dari 13 sungai yang bermuara di sana. Sampah tersebut membawa material limbah cair dari pemukiman maupun industri yang mencemari perairan Teluk Jakarta hingga mengancam ekosistem hewan laut.
Ancol sebenarnya sudah mulai mengimplementasikan program ini pada akhir 2018 lalu. Hasilnya, menurut Yus yang merupakan dokter hewan, cukup signifikan.
Pada Februari lalu, dua bulan setelah dilakukan penebaran kulit kerang, beberapa biota laut mulai tampak. Jenis ikuan seperti Golden travelly, ikan buntal, sersan mayor, ketang-ketang hingga bulu babi mulai tumbuh subur di area penebaran.
Nantinya, menurut Yus, jika populasi kerang hijau di Teluk Jakarta telah terbentuk, maka keanekaragaman serta jumlah biota laut yang ada di sana akan bertambah, Dia menjelaskan, kerang hijau merupakan substrat atau landasan keras untuk meletakkan telur berbagai biota laut.
"Kerang hijau dapat menjadi struktur berlindung dari berbagai jenis ikan kecil dan sumber makanan dari berbagai jenis ikan," katanya.
Menurut dia, restorasi Kerang Hijau baru dikenal lima hingga 10 tahun terakhir. Program serupa juga dilakukan sejumlah negara di dunia seperti Revive our gulf di New Zealand pada 2012 dan Billion oyster project di New York pada 2009.
Gerakan ini menginspirasi Ancol melakukan upaya serupa merestorasi kerang hijau karena tantangan dan kondisi yang dihadapi pantai Ancol hampir sama yakni kualitas air menurun dan keanekaragamannya berkurang. Untuk Indonesia, Yus mengklaim program yang digagas Ancol ini merupakan yang pertama.
"Di Indonesia, Ancol yang pertama melakukan restorasi Kerang Hijau," kata Yus.
Dia menambahkan, untuk awal program ini ditargetkan bisa memfilter 10 ribu liter air laut perjam. Sementara untuk jangka panjangnya, Ancol menargetkan bisa memfiter 110 juta liter air laut per hari.
"Target tahun ini menumbuhkan 1.000 kg kerang hijau hasil restorasi yang akan memfilter 10 ribu liter air laut per jam secara alami. Target jangka panjang dapat menumbuhkan minimal 450 ton kerang hijau di laut Ancol, dengan asumsi memfilter volume air di laut monumen Ancol sebanyak 110 juta liter per hari," kata Yus.
Soal kerang hijau yang saat ini menjadi salah satu makanan favorit masyarakat, Yus pun berkomentar. Dia menyatakan tak menyarankan kerang jenis ini untuk dikonsumsi terutama yang berasal dari Teluk Jakarta.
"Kerang hijau memiliki peran memfilter kotoran dan logam berat, jadi tidak layak dikonsumsi. Kalau mau makan seafood, mending cari yang lain. Kalau pun mau konsumsi kerang hijau, cari di lokasi selain Jakarta," kata Yus.