Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peserta kampanye "Kebaya Goes to UNESCO" terdiri dari perempuan dengan busana kebaya menyanyikan lagu nasional Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki sehingga menarik perhatian pengunjung hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD), di Bundaran HI Jakarta, Minggu.
"Indonesia tanah air beta. Pusaka abadi nan jaya. Indonesia sejak dulu kala. Selalu dipuja-puja bangsa!" demikian penggalan nyanyian tersebut bergema sehingga menjadi perhatian warga Jakarta.
Meski banyak yang berusia 50 tahun ke atas, para perempuan berkebaya itu terus kuat melangkah dari Jalan Jenderal Sudirman (depan gedung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) ke Bundaran HI yang sekitar 6,6 kilometer jauhnya itu.
"Enggak kelelahan, enggak, karena ramai-ramai jadinya senang. Saya juga suka ke kondangan, ke mana-mana, pakai kebaya dan jarik. Jadi lebih langsing gitu," kata Pertiwi mewakili teman-teman alumni SMA Negeri 8 angkatan 84 di Bundaran HI, Jakarta, Minggu.
Perempuan berusi 57 tahun dari Jakarta Selatan itu senang tampil mengenakan setelan kebaya encim dengan kain jarik melilit pinggang, dipadukan dengan sepatu kets saat berolahraga di CFD hari ini. Tak lupa kacamata hitam menghiasi bagian wajahnya yang memiliki rambut pendek.
Menurut Pertiwi, sudah semestinya kebaya menjadi setelan pakaian perempuan Indonesia sehari-hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebaya warisan budaya dunia
Sebagaimana pesan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, bahwa perempuan Indonesia harus menunjukkan betapa kebaya sebagai warisan budaya dunia sangat dicintai masyarakatnya, dan digunakan dalam berbagai kesempatan, termasuk saat berolahraga.
"Dari nenek moyang dulu sudah mengenakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari. Jadi kita mesti meramaikan, supaya lebih leluasa, lebih enak begitu kita aktivitas dengan kebaya," kata Pertiwi.
Lebih lanjut, kata Pertiwi, cara mengenakan kebaya oleh para perempuan Indonesia sekarang lebih modern. Kebaya tidak lagi dipakai mengetat, tapi bisa dibuat longgar untuk kenyamanan. Selain itu, ketika dipadukan dengan sepatu kets ternyata kebaya cocok juga. "Kami pun biar nyaman pakai sepatu kets untuk jalan," kata Pertiwi.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi turut ikut serta dan sangat mendukung ajang 'Gerak Jalan Berkebaya' pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor pada Minggu.
Meski baru pulang usai perjalanan dari kota Praha (Republik Ceko), Brussel (Belgia), dan New Delhi (India), tapi pagi ini Retno berkenan hadir di CFD Jakarta untuk menunjukkan kecintaannya pada kebaya dan perempuan Indonesia. Retno Marsudi mengatakan, "Kebaya hendaknya dipelihara seperti bagian dari pusaka kita bersama".