Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Kanker Payudara, Ada Sadari Ada Pula Sadanis. Apa Bedanya?

Sadanis penting karena tak semua kelainan pada payudara bisa terlacak oleh jemari tangan.

14 Oktober 2017 | 15.04 WIB

Sorang pasien diperiksa payudarahnya menggunakan alat mammogram saat pemeriksaan kanker di Paoli-Calmette institute, 9 Oktober 2017. Mammogram adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah. AFP PHOTO / ANNE-CHRISTINE POUJOULAT
material-symbols:fullscreenPerbesar
Sorang pasien diperiksa payudarahnya menggunakan alat mammogram saat pemeriksaan kanker di Paoli-Calmette institute, 9 Oktober 2017. Mammogram adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah. AFP PHOTO / ANNE-CHRISTINE POUJOULAT

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Melakukan Sadari atau pemeriksaan payudara sendiri tidaklah cukup. Untuk mendeteksi kanker payudara, Anda perlu menjalani Sadanis atau Periksa Payudara secara Klinis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sadanis penting karena tak semua kelainan pada payudara bisa terlacak oleh jemari tangan Anda. Sadanis bisa dilakukan dengan metode ultrasonografi atau USG, mamografi, dan magnetic resonance imaging atau MRI. Apa fungsinya dan apa saja yang mesti diperhatikan saat menjalani Sadanis?

Dr. Erik Rohmando Purba, Sp.PD dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta mengatakan, ancaman paling berbahaya bagi payudara adalah kanker. Banyak yang menyebut kanker payudara dipicu hormon estrogen. Estrogen adalah hormon seks yang dihasilkan tubuh. Estrogen dihasilkan ovarium atau indung telur. Selain ovarium, hormon ini juga diproduksi liver dan sel-sel lemak. Itu sebabnya, laki-laki juga punya estrogen dalam jumlah sangat terbatas.

Ilustrasi pasien memeriksakan payudaranya menggunakan alat mammogram. AFP PHOTO / ANNE-CHRISTINE POUJOULAT

Estrogen membantu pertumbuhan organ-organ seks seperti uterus, payudara, dan menunjang siklus menstruasi perempuan. Selain untuk pertumbuhan organ intim, estrogen disebut memperbesar risiko perempuan terkena kanker payduara. Erik mengatakan, sebanyak 80 persen kanker payudara dipicu reseptor estrogen.

Erik menjelaskan, di antara miliaran sel pada tubuh manusia, terdapat reseptor estrogen. Jika ikatan estrogen dan reseptor sangat tinggi, maka ia merangsang sel-sel payudara bertumbuh terus. "Pertumbuhan sel payudara yang tak terkendali memicu kanker. Jadi, kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak normal," katanya. Apabila dibiarkan, sel kanker ini akan menjalar ke organ di sekitarnya.

Ilustrasi USG payudara. AFP PHOTO / ANNE-CHRISTINE POUJOULAT

Masalahnya, reseptor estrogen negatif juga bisa memicu kanker terutama ketika terjadi mutasi gen BRCA1 dan BRCA2. Kasus ini terjadi pada aktris Angelina Jolie. "Jika BRCA1 dan BRCA2 bermutasi, risiko kanker semakin tinggi. BRCA1 dan BRCA2 berfungsi menjaga agar cikal bakal sel kanker tidak tumbuh. Ketika BRCA1 dan BRCA2 bermutasi, tidak ada lagi yang mengontrol cikal bakal sel kanker di payudara," ujar Erik.

Melakukan Sadanis dengan mamografi dan USG efektif untuk melacak keberadaan sel-sel kanker payudara. Mamografi direkomendasikan bagi perempuan usia 40 tahun ke atas. Di usia 40 sampai 50 tahun, Anda disarankan menjalani pemeriksaan ini 1 sampai 2 tahun sekali. Di atas 50 tahun, lakukan sekali setahun. Jika ada anggota keluarga memiliki riwayat kanker payudara, kanker indung telur, atau hasil pemeriksaan BRCA1 dan BRCA2-nya positif (lewat pemeriksaan genetik), lakukan Sadanis lebih sering.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus