Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKARANG telah menjadi lautan api. Mari Bung, rebut kembali!” Ketika lagu Halo-halo Bandung itu dinyanyikan, para hadirin berdiri dan bersenandung bersama. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono memasuki Gedung Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung. Sesaat sebelumnya, kedatangan SBY-Boediono juga disambut salawat badar.
Jumat malam pekan lalu, Gedung Sasana Budaya ingar-bingar. Di kota ini Yudhoyono dan Boediono resmi mendeklarasikan diri sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu Presiden 2009. ”Jika Allah SWT meridloi dan rakyat memberikan mandat, kami bertekad menuntaskan tugas pengabdian sampai 2014,” kata Yudhoyono, disambut tempik-sorak dua ribuan kader Partai Demokrat dan tamu undangan.
Gedung Sasana yang mampu memuat 3.000 orang disulap menjadi hall berwarna merah putih biru, khas Partai Demokrat. Diperkirakan, untuk hajatan itu, Partai Demokrat merogoh kocek Rp 10 miliar.
Yudhoyono menyebut Bandung sebagai ”kota bersejarah untuk mengukir sejarah”. Dipilihnya Bandung diharapkan memberikan inspirasi dan semangat bagi pendukung SBY karena Bandung adalah kota pendidikan, perjuangan, kemajuan, dan peradaban.
Dipilihnya Bandung sebagai tempat deklarasi telah direncanakan Yudhoyono jauh-jauh hari. Pada saat kampanye Partai Demokrat di Bandung, Maret lalu, Yudhoyono berkata kepada Solihin G.P., bekas petinggi militer dan eks-Gubernur Jawa Barat, ”Saya ingin deklarasi (presiden) di Bandung.” Waktu itu Solihin memperkirakan duet SBY-JK masih berlanjut.
Namun kepastian deklarasi baru disampaikan secara resmi ke pengurus Partai Demokrat pada Jumat dua pekan lalu. Alasannya, ”Karena ada ikatan emosional antara SBY dan Bandung,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Jawa Barat Iwan Sulanjana. Menurut Iwan, separuh lebih masa karier militer Yudhoyono, sejak dilantik menjadi perwira berpangkat letnan dua, dihabiskan di Jawa Barat. ”Dua anaknya juga lahir di Bandung,” tutur Iwan.
Menurut Ketua Partai Demokrat Ruhut Sitompul, selain soal sejarah, Bandung dipilih sebagai tempat deklarasi karena Yudhoyono ingin berterima kasih kepada warga Jawa Barat.
Di Jawa Barat, suara Demokrat paling moncer ketimbang daerah lain. Dari 91 kursi Dewan Perwakilan Rakyat yang diperebutkan di sana, Demokrat mengantongi 26 kursi—atau naik 300 persen dari Pemilu 2004. Suara di Bandung saja meroket 42 persen—suara terbanyak Demokrat di Tanah Air. Wakil Ketua Partai Demokrat Ahmad Mubarok berharap, ”SBY kelak akan menjadi tokoh yang membawa semangat Bandung untuk kemajuan negeri Asia dan Afrika”. Pada 1955, Bandung dipakai sebagai tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika.
Semula panitia berniat memakai Gedung Asia-Afrika sebagai tempat deklarasi. Tapi pengelola bangunan tak mengizinkan gedung itu dipakai untuk kegiatan politik. Akhirnya, acara dipindahkan ke Sabuga ITB.
Bandung juga mengingatkan pada pidato Soekarno ”Indonesia Menggugat” ketika diadili di pengadilan Landraad, Belanda. Boediono, sang wakil presiden, menyadari pentingnya momentum itu. ”Sekarang kita menggugat penjajahan dari luar dan dari dalam yang membuat kita terpuruk dan tak mampu memperbaiki diri,” katanya dalam sambutan saat deklarasi. ”Saya akan bekerja keras untuk lebih sanggup. Karena kerja belum selesai, belum apa-apa.”
Agus Supriyanto (Jakarta), Rana Akbari Fitriawan, Widiarsi Agustina (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo