Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kata Psikolog Soal Tawuran Pelajar di Hari Pertama Masuk Sekolah

Aksi tawuran antar-pelajar menjadi pemandangan awal yang memprihatinkan saat tahun ajaran baru dimulai, termasuk yang terjadi di Bogor.

17 Juli 2018 | 15.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi tawuran. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bogor - Aksi tawuran menjadi pemandangan awal yang memprihatinkan saat tahun ajaran baru dimulai. Hal itu dibuktikan dengan penangkapan puluhan remaja, yang diduga hendak melakukan tawuran, di Bogor, Jawa Barat.

Menanggapi hal tersebut, psikolog Universitas Pancasila, Aully Grashinta, mengatakan aksi tawuran pelajar merupakan mata rantai yang belum bisa diputus hingga saat ini dan menjadi budaya yang turun-menurun.

Baca: Bikin Jam Malam di Bogor, Bima Arya Siap Bubarkan Siapapun

“Memang tawuran remaja bukan hal yang baru. Budaya tawuran ini biasanya memang turun-temurun. Diturunkan dari satu angkatan ke angkatan lainnya,” katanya saat dikonfirmasi Tempo, Selasa, 17 Juli 2018.

Aully menuturkan beberapa faktor yang menyebabkan budaya tawuran tidak bisa hilang karena tidak adanya saluran berprestasi hingga tidak ada prestasi yang bisa dibanggakan bagi si anak.

“Anak anak yang berprestasi, baik di akademik, olahraga, atau kesenian, jarang yang terlibat tawuran karena energinya dihabiskan untuk hal yang positif. Sementara anak-anak ini (suka tawuran), dengan jumlah energi yang sama tapi tidak memiliki saluran berprestasi, ya, akhirnya memilih melakukan tindakan yang negatif,” ujarnya.

Selain itu, Aully menambahkan, faktor lain penyebab aksi tawuran adalah tidak ada arahan yang cukup kuat terhadap anak, terutama yang beranjak remaja, pada hal yang positif. Padahal anak yang beranjak dewasa sedang dalam tahap menemukan jati diri.

Simak juga: Penyebab Komisi ASN Selidiki Pencopotan Wali Kota Oleh Gubernur Anies

“Yang bisa dia lakukan adalah meng-attach dirinya dengan kelompok tertentu. Bisa kelompok teman sebaya (geng teman main), kelompok teman sehobi (sepeda motor, basket, dan sebagainya), atau teman sekampung. Pada saat itulah mereka menemukan sebenarnya siapa dirinya dan apa yang diinginkan,” ucap Aully.

Salah satu kelompok yang terkait dengan potensi tawuran adalah kelompok di sekolah, dan mereka menjadi bagian dari kelompok tersebut. Jadi, agar tetap diterima, mereka conform terhadap apa yang dilakukan kelompoknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ade Ridwan Yandwiputra

Ade Ridwan Yandwiputra

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957. Memulai karier jurnalistik di Tempo sejak 2018 sebagai kontributor. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus