Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Kehamilan Meningkat saat Pandemi, Dokter Sarankan Kontrasepsi Ini

Dokter mengatakan kerja bareng di rumah membuat aktivitas seksual meningkat, tanpa kontrasepsi yang memadai sehingga terjadi kehamilan.

29 Mei 2020 | 15.51 WIB

Ilustrasi test pack atau tes kehamilan (Pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi test pack atau tes kehamilan (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Selama diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penularan Covid-19, jumlah kehamilan meningkat. Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) per 20 Mei menunjukkan jumlah kehamilan tidak direncanakan mencapai 400 ribu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Dinda Derdameisya mengatakan bahwa data dari BKKBN tidak mengherankan karena banyak pasien yang datang ke klinik Dokter Dinda yang memeriksakan kehamilan kedua dan ketiga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Mereka cerita kalau pasangan sering di rumah dan berimbas pada aktivitas seksual meningkat. Kalau pasangan kerja biasanya sampai di rumah karena sudah capek, tingkat frekuensi juga menurun. Nah efek kerja bareng di rumah membuat kehamilan terjadi," ucap Dinda saat dihubungi Tempo, Jumat, 29 Mei 2020.

Selama PSBB, banyak klinik kesehatan dibatasi kecuali dalam keadaan darurat, termasuk poli kandungan. Masyarakat pun kesulitan mengakses alat kontrasepsi. Apakah ini menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah kehamilan? 

Dokter yang praktik di Brawijaya Women and Children Hospital ini mengatakan sebenarnya tidak sulit mendapatkan alat kontrasepsi karena metode barrier yakni kondom bisa didapatkan di mana saja, mulai minimarket maupun di apotek yang tetap buka selama masa pandemi.

"Jadi kembali ke pilihan masing-masing mau pakai metode apa. Karena biasanya dengan sistem kalender dan senggama terputus kurang efektif. Meski ada juga tingkat kegagalan saat pakai kondom bukan karena bocor tapi malas pakainya," ucap pemilik akun Instagram @tanyadokdin ini.

Menurut dia kalau kontrasepsi yang lebih kompleks ialah dengan metode hormonal. Namun, ini sedikit lebih rumit bagi yang sebelumnya tidak pernah pakai metode ini. Pasangan harus konsultasi dulu untuk menentukan yang cocok. Tapi pasangan juga bisa konsultasi melalui telemedicine, meski sebenarnya kondom bisa jadi pengaman yang efektif dan mudah dijangkau.

Nah, yang perlu dikhawatirkan ada banyak kasus saat lepas KB karena ada keluhan rasa sakit sehingga perlu ganti dengan metode lain. Di masa transisi tersebut sangat bisa terjadi pembuahan.

"Misal saya ganti pil ke suntik, disarankan ada double protection yakni kondom yang berfungsi sebagai barrier. Ada periode d imana hormon baru efektif bekerja, 2-3 minggu baru bisa bekerja, jadi perlu barrier," pungkasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus