Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Depok – Sebelum kepergiannya, paranormal Isan Masardi alias Ki Gendeng Pamungkas meninggalkan pesan agar anak-anaknya tidak menjadi seorang yang pengecut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anak kedua Ki Gendeng Pamungkas, Gebyar Nusantara Masardi mengatakan, sang ayah tak henti-hentinya mendorong kelima anaknya agar selalu kuat dan tidak menjadi pengecut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Setiap hari, setiap saat, dia pasti berikan pesan dan pesan yang paling membekas itu dia bilang kemerdekaan itu tidak mengajarkan seseorang untuk menjadi pengecut,” kata Gebyar ditemui di rumah duka di Sawangan, Kota Depok, Sabtu malam 6 Juni 2020.
Gebyar mengatakan, Ki Gendeng Pamungkas merupakan sosok ayah idaman. “Almarhum menurut saya ayah terbaik di dunia ini ya, kalau ada seorang anak yang mengenal sosok beliau pasti pengen jadi anaknya, menurut saya begitu,” kata Gebyar.
Salah satu kekaguman Gebyar terhadap sosok ayahnya adalah tidak pernah mencari keuntungan setiap melakukan aktivitasnya. Ki Gendeng Pamungkas selalu mencari kesenangan baik terhadap dirinya maupun orang di sekitarnya.
“Beliau itu punya sikap altruistik yang sangat besar, jadi care sama orang banyak,” kata Gebyar.
Ki Gendeng Pamungkas meninggal di Rumah Sakit Mulia, Jalan Pajajaran, Kota Bogor pada Sabtu 6 Juni 2020 sekitar pukul 14.54, karena komplikasi penyakit diabetes dan jantung.
Keluarga membawa jenazah ke rumah duka di Sawangan, Depok pada pukul 16.47. Jenazah paranormal tersebut langsung dimakamkan hari itu juga.
Ki Gendeng sempat mencalonkan diri jadi Wali Kota Bogor pada tahun 2008. Dirinya juga sempat viral karena penolakan kedatangan Presiden Amerika Serikat George W Bush ke Bogor pada 20 November 2006, dengan melakukan ritual voodoo (tradisi ilmu hitam asal Afrika) di bawah Tugu Kujang.
Ki Gendeng Pamungkas juga sempat berurusan dengan pihak kepolisian karena ujaran kebencian SARA. Pada tahun 2017 Ki Gendeng ditangkap karena merekam dan menyimpan video antiCina.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA