Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Kisah Debussy & Sari Oneng

Claude Debussy dikenal sebagai komponis dunia yang terpukau oleh gamelan. Setelah dia mendengarkan gamelan, beberapa karya agungnya lebih mementingkan nuansa dan impresi. Itu bertolak belakang dengan musik romantik yang bergejolak dan meledak-ledak.

Tapi tak banyak yang tahu gamelan yang pernah dilihatnya dalam Exposition Universelle (pameran semesta) di Paris pada 1889 dan kemudian mempengaruhinya itu sesungguhnya adalah gamelan Sunda, bukan gamelan Jawa. Gamelan yang membikin terkesima Debussy itu kini bahkan masih ada di Sumedang.

Sepanjang tahun lalu, pemerintah Prancis memperingati 150 tahun Debussy dengan mengadakan konser Debussy di mana-mana. Tempo menulis "hubungan gelap" Debussy dengan gamelan tua Sunda yang mengantarkannya menjadi komponis "pemberontak".

13 Januari 2013 | 00.00 WIB

Kisah Debussy & Sari Oneng
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Denting piano yang terdengar lamat-lamat itu membuka komposisi karya Claude Debussy bertajuk Pagodes (Pagoda). Irama piano itu bergerak lamban bagaikan aliran air sungai yang tenang. Musiknya mengalir pelan seperti tak diburu-buru waktu. Paduan nadanya terasa bebas mengambang dan berputar-putar seakan-akan tiada berujung.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus