Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kubur lengan

Sadeli penduduk desa seputih, jember diserang tiba-tiba dari belakang oleh nasir. sadeli luka-luka dan nasir diseret ke pengadilan. lengan sadeli yang terpotong dijadikan bukti & akhirnya dikuburkan.

14 Maret 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEDANGKAN puntung telunjuk diselamatkan untuk barang bukti, apalagi sebingkah lengan. Ini kisah lain lagi dari Desa Seputih, Jember, Jawa Timur. Syahdan, yang empunya lengan namanya Sadeli, 27. Putra bungsu dari enam anak Pak Buni ini, sampai medio Februari lalu, hanya menelan duka. Ia terus-menerus memandang lengan kirinya tergeletak dalam stoples. Organ tubuh itu terputus karena dibabat kelewang Nasir, November silam. Ternyata, Nasir, 17, termakan asungan Buchori dan Misyono. Kedua orang ini bilang bahwa Nasir pernah dibanting Sadeli. Dan itu mereka dengar dari pengakuan Sadeli sendiri. Keruan saja, Nasir tersengat dan naik pitam. Tanpa mengusut kebenaran cerita kedua kawannya itu, Nasir membokong Sadeli dari belakang. Sabetan pertama segera menghantam pergelangan tangan kiri Sadeli. Putus. Sabetan berikutnya -- membabi buta mengenai bagian perut, dada, dan telinga. Belum puas sampai di situ, jari manis tangan kanan Sadeli disayatnya pula. Sadeli memang tak tewas. Ia dirawat di RS Jember. Sedangkan Nasir diseret ke pengadilan. "Saya sakit hati," begitu Nasir menjawab pertanyaan Jaksa Zainul Arifin. Yang bikin hatinya sakit, ya, kabar yang disampaikan Buchori dan Misyono itu. "'Nggak pernah saya ngomong begitu," Sadeh menyanggah. Setelah empat kali sidang, begitu laporan Jalil Hakim dari TEMPO, Nasir divonis 8 tahun penjara. Dan ia menerimanya. Sadeli, yang sudah minus lengan, kini memang sehat walafiat kembali. Usai sidang, Jaksa bilang, betapa risinya dia ketika bolak-balik mengurus potongan lengan dalam stoples itu. "Mestinya, 'ndak usah dijadikan barang bukti. Wong tangan Sadeli memang sudah jelas terpotong, kok. Nanti, kalau ada orang digorok, kepala yang terpotong apa ikut naik di meja hijau?" kata Pak Jaksa itu. Sadeli sendiri tak berniat mengawetkan potongan lengannya. Dalam sebuah upacara kecil, sembari diiringi doa, sang lengan yang sudah awet itu kemudian dimakamkan di kuburan umum. Kapan-kapan Sadeli mau menziarahi lengannya itu? Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus