Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kalau lucu sembarang lucu

Pemain : nena rosier, krisna, muklis, pepeng sutradara : bay isbahi resensi oleh : putu setia.

14 Maret 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANUNYA KAMU Pemain: Krisna, Muklis, Pepeng, Nana Krip, Sys N.S, Nena Rosier Sutradara: Bay Isbahi DI saat demam humor melanda perfilman nasional kini, sebuah grup baru "Sersan Prambors" menghadirkan lawak yang tidak bisa dibilang baru. Penonton yang datang berjubel -- pemutaran film mereka di Jakarta sekarang memasuki minggu kedua -- mungkin merasa tergelitik. Buat mereka, Anunya Kamu, demikian nama film itu -- tentu lumayan lucu. Banyak yang terpingkal-pingkal memang, hanya karena Nana Krip terguyur seember air atau terkecoh minum kopi yang ternyata bukan kopi. Maka, gigi-gigi Nana menghitam dan penonton grrr. Lucu-lucu ringan semacam itu masih disukai orang dan agaknya tetap akan terus digandrungi di sini. Lagi pula, "Sersan Prambors" sudah punya penggemar, setidaknya lewat acara tetap Radio Prambors, tempat mereka mengudara tiap Selasa malam. Dan nama "Prambors" -- Sersan ataupun Warkop -- mungkin sudah dianggap jaminan lucu. Sersan, singkatan dari Serius tapi Santai, adalah mata acara populer Prambors sejak satu tahun berselang. Pengisi acara ini lima orang: Krisna, Muklis, Pepeng, Nana Krip, dan Sys N.S. Kebolehan mereka melucu dikembangkan di sini, persis seperti halnya Warkop berberapa tahun berselang. Personel Warkop -- Dono, Kasino, Indro, dan (dulu) Nanu -- pun mula-mula mengadu nasib di radio, baru kemudian hijrah ke layar putih. Mereka sukses besar, bahkan melonjak sebagai bintang yang dibayar paling mahal (hampir semua filmnya meledak: Maju Kena Mundur Kena, Mana Tahan, Sama Juga Bohong). Agaknya sukses itu juga yang membuat Warkop terpaksa melepas atribut "Prambors" yang kini dipakai kelompok penerusnya: Sersan. Tapi bukan cuma itu "asset" Warkop yang disambar Sersan. Cara-cara kelompok ini memancing ketawa adalah cara Warkop, misalnya kata-kata yang dipelesetkan atau mempertentangkan seorang tokoh usil dengan korban keusilan itu. Dalam sejumlah film Warkop, Dono selalu menjadi korban keusilan Indro, dalam Anunya, Sersan menampilkan Nana Krip sebagai korban dan Indronya adalah Sys. Film ini " bercerita" tentang kehidupan para penyiar di Radio Prambors Rasisonia, ya, radio yang memang ada dan tempat mangkal Sersan, baik di luar maupun di dalam film. Para penyiar ini diasramakan dalam film, lho. Maka, sejumlah anekdot di asrama para bujangan itu tergolong lelucon yang sudah klise di film Warkop. Harap maklum saja, di sebagian besar film Warkop anekdot terjadi di tempat pemondokan mereka yang selalu disemarakkan dengan gadis-gadis seksi. Resep unggul Warkop ini, berupa ramuan lawak kasar dan daya tarik seksi, ditiru habis-habisan oleh Sersan. Jika Warkop selalu menampilkan primadona Eva Arnaz (paling sering), Camelia Malik, Lydia Kandou, Ira Wibowo, Nia Zulkarnaen -- Sersan menampilkan Nena Rosier. Fungsinya sama, variasinya tak beda. Si primadona itu ditaksir oleh seseorang, dan seseorang lagi iri, lantas mengganggu. Seperti halnya Warkop, Sersan tidak mementingkan cerita. Yang diperlukan hanya sedikit informasi, menjelaskan status mereka: jadi apa, berada di mana, dan sebagainya. Setelah keberadaan mereka jelas, film dipenuhi fragmen-fragmen, tanpa adanya kesatuan cerita. Adalah pengembangan fragmen itu yang segera membedakan antara Warkop dan Sersan. Dono, Kasino, dan Indro sering melontarkan celetukan yang membuat penonton bertepuk, bukan terbahak. Artinya, ada kritik sosial yang dilemparkan. Pada Sersan, hal ini belum tampak. Malah banyolan Sersan menjurus kekanak-kanakan. Lihat saja bagaimana Nana menangis seperti bocah lima tahunan, ketika ayam kesayangannya mengecil akibat ulah Sys dan kawan-kawannya. Sebaliknya, dalam hal porno-pornoan, Warkop belakangan ini tergelincir ke jenis murahan (lihat Atas Boleh Bawah Boleh, yang pornonya lebih rawan dari film-filmnya terdahulu. Pada Sersan -- kecuali judulnya yang mengundang penafsiran ke sana, dan tempat tidur Sys yang mirip wanita telentang -- tak ada ucapan dan ulah porno. Nena Rosier tak "dimanfaatkan ". Pada saat produser antre bertahun-tahun untuk mendapatkan produksi Warkop (dan grup ini hanya bersedia berproduksi dua film setahun), kemunculan Sersan bisa saja memberikan alternatif. Penonton remaja -- ladang film jenis ini -- di Jakarta, yang memang sudah akrab dengan suara Sersan, tentu ringan langkah menjenguk idolanya di gedung bioskop. Bagaimana remaja di daerah, yang berada di luar jangkauan Radio Prambors ? Untuk merebut minat mereka segala jurus dicoba Sersan. Semua simbol Prambors mereka eksploitasikan, bahkan Warkop dilarangnya memakai nama Prambors. TVRI sudah pula direngkuhnya. Paket tahun baru yang lalu diisi kelompok Sersan ini, sementara Warkop setidaknya dua kali sudah mengisi acara serupa. Sersan juga muncul dalam acara Apresiasi Film di TVRI siaran Februari lalu, disertai cuplikan film Anunya yang cukup panjang. Tapi ini semua baru pemanasan untuk kelompok pemula seperti Sersan. Karena itu, sia-sia mencoba membandingkan Anunya Sersan dengan film komedi yang lebih berbobot seperti Kejarlah Daku dan Bintang Kejora. Mungkin film-film Sersan berikutnya bisa lebih baik, tapi Anunya baru sampai pada tahap menghibur remaja manja yang terpuaskan dengan lawakan konyol-konyol ringan. Mereka dengan mudah tertawa, tapi penonton lainnya justru tidak merasa apa-apa. Putu Setia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus