Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Lalu lintas di Jalan Cikini Raya tersendat sejak beberapa pekan lalu. Antrean kendaraan ini terjadi akibat adanya pengerjaan trotoar di sepanjang jalan itu. Kendaraan melambat mulai dari depan swalayan Menteng Huis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pengamatan Tempo pada Sabtu lalu, jalan di depan gedung Menteng Huis itu hanya satu lajur yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Sebab, trotoar di sisi kanan dan kiri Jalan Cikini Raya sudah dibongkar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Macetnya parah karena jalan lebih sempit," kata Arif, juru parkir di Jalan Cikini Raya. "Apalagi sebagian badan jalan masih digunakan untuk parkir kendaraan."
Menurut Arif, sebelum proyek revitalisasi dikerjakan, trotoar di sisi timur memang difungsikan untuk parkir tepi jalan menggunakan sistem parkir elektronik. Biasanya di sana bisa digunakan untuk 20 mobil dengan posisi serong. Namun saat ini hanya bisa digunakan untuk 15 mobil dengan posisi sejajar jalan. "Katanya, kalau trotoar sudah jadi, sudah tak ada lagi parkir di sini," kata Arif.
Chandra, pegawai di salah satu kafe di Cikini, mengatakan pengerjaan trotoar tidak mempengaruhi jumlah pelanggan yang datang ke tempat usahanya. Sebab, sebagian besar pengunjung datang dengan berjalan kaki. Mereka yang membawa kendaraan biasanya memarkir kendaraan di tempat lain. "Paling cuma terganggu, karena trotoar dibongkar, jalan jadi berpasir," kata Chandra.
William, pengunjung kafe, mengatakan sudah mengetahui ihwal perbaikan trotoar di Jalan Cikini Raya. "Biasa lewat, jadi sudah tahu (jalan) macet. Kalau maksa juga, pasti susah cari parkir," katanya. Karena itu, ia memilih menggunakan ojek online untuk datang ke tempat itu.
Tidak sedikit juga pengendara yang menghindari Jalan Cikini Raya agar tidak terjebak dalam antrean. Contohnya adalah Handayani, seorang karyawan. Dari Jalan Menteng Raya, dia memilih memutar lewat Jalan Cut Meutia, kemudian berbelok ke Jalan Pangeran Diponegoro, lalu tembus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. "Ya, tak apa-apa memutar lebih jauh asal tidak kena macet," katanya.
Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, Hari Nugroho, mengatakan pemerintah ingin memberi prioritas bagi pejalan kaki. Karena itu, trotoar dilebarkan dan jalan untuk kendaraan dikurangi. "Trotoar itu idealnya sekitar 6 meter," kata Hari.
Sebelum direvitalisasi, lebar trotoar di dua sisi jalan hanya 1 meter. Setelah direvitalisasi, lebar trotoar di sisi timur nanti menjadi 3 meter dan di sisi barat menjadi 2 meter.
Menurut Hari, proyek revitalisasi trotoar Cikini-Kramat-Salemba menjadi bagian dari program "Wajah Baru Jakarta". Proyek ini juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah Jakarta untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor demi menjaga kualitas udara. Pengguna kendaraan pribadi akan didorong untuk beralih ke transportasi umum yang terus dikembangkan oleh pemerintah Jakarta.
Hari menyebutkan, total trotoar Cikini-Kramat-Salemba yang direvitalisasi sepanjang 10 kilometer dan memakan biaya Rp 75 miliar. Proyek ini sudah dimulai pada Juni lalu dan ditargetkan selesai pada Desember nanti.
Sebelumnya, Gubernur Anies Baswedan mengatakan pembenahan di Ibu Kota yang dilakukan pemerintah saat ini dimaksudkan sebagai representasi "wajah baru Jakarta". Pembenahan itu antara membangun transportasi publik yang terintegrasi dan revitalisasi trotoar. Ia menyebutkan, revitalisasi trotoar dilakukan agar menjadi fasilitas publik yang ramah bagi semua orang. ANTARA | FRANSISCO ROSARIANS
Trotoar Ibu Kota Dibenahi
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo