Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Petisi untuk menutup lampu lalu lintas di lokasi terjadinya kecelakaan maut truk Pertamina di turunan Jalan Transyogi, Cibubur, Kota Bekasi, telah ditandatangani 30.585 orang hingga pukul 10.51 WIB, Selasa, 19 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petisi melalui change.org itu dibuat oleh seorang pengguna bernama Umi N dengan target awal tandatangan petisi sebanyak 35.000 orang. Dalam deskripsi petisi, disebutkan penutupan lampu merah ini penting karena jalanan di lokasi itu turunan dan berbahaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lampu lalu lintas itu pun disebutkan hanya untuk keluar masuk kendaraan proyek central business district (CBD) di seberang Citra Grand Cibubur. "Dengan adanya project tersebut dibuat lampu merah untuk keluar masuk kendaraan dari CBD, padahal kontur jalanan tersebut adalah turunan baik dari arah Jakarta maupun Cileungsi," tulis Umi N dalam petisi itu.
Sesuai dugaan masyarakat, lampu lalu lintas arau lampu merah itu berpotensi menimbulkan kecelakaan. Dugaan itu kata Umi N terbukti dengan terjadinya kecelakaan truk tangki Pertamina dengan belasan kendataan kemarin sore, Senin, 18 Juli 2022.
"Terjadi tabrakan yang memakan korban, kendaraan yang berhenti karena lampu merah dihantam oleh truk dari arah belakang karena turunan, apakah karena mengakomodir pembangunan proyek mengabaikan keselamatan pengguna jalan?" ujar dia.
KNKT investigasi kecelakaan di Cibubur
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga telah mulai melakukan proses investigasi menyeluruh atas kecelakaan maut di Jalan Raya Alternatif Transyogi Cibubur, Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
"Pertama kami periksa kendaraan, kemudian kami juga akan mengukur jalan ini, selopnya berapa, panjang landai tipisnya berapa, terus ada isu mengenai 'traffic light' juga, nanti kita amati dan analisa," kata Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan di Bekasi, Selasa, 19 Juli 2022.
Pihaknya juga akan meminta keterangan dari sang pengemudi truk tangki bahan bakar minyak sebagai penyebab tabrakan beruntun untuk mengetahui seperti apa ihwal kejadian yang sebenarnya.
"Kami lakukan evaluasi komprehensif untuk menarik kesimpulan. Jadi, nanti kami akan menganalisis secara holistik semuanya. Kami terfokus pada kejadian di titik itu, atau bisa jadi melebar ke mana, tapi kami belum tahu," ucapnya.
Wildan menyatakan sejauh ini temuan KNKT masih bersifat kualitatif sehingga pihaknya belum dapat memberikan kesimpulan atas peristiwa nahas itu walau untuk sementara waktu.
"Ada yang menyatakan rem blong, turunan panjang, di sini sering terjadi kecelakaan, ada yang bilang 'traffic light'. Itu yang nanti kami analisis, kami hitung, detil, sehingga secara saintifik bisa menjelaskan bagaimana kecelakaan ini terjadi," ucapnya.