Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lee kuan yew dan pemerintahannya

Lee kuan yew, perdana menteri singapura menjaga pe merintahannya dari korupsi secara ketat. juga tentang pergantian kepemimpinan singapura. (fk)

30 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEE Kuan Yew tak merokok. Ia melarang para menterinya, termasuk Rajaratnam, merokok di dekatnya. Seperti Lenin, yang menyediakan sebuah lobang ventilasi di dinding ruang, di mana para tokoh pemerintahan Uni Soviet yang perokok harus antri, seperti anak sekolah, untuk menyemburkan asap sigaretnya ke luar. Lee Kuan Yew juga tak minum. Dulu ia sukar bir, tapi kemudian ini pun distopnya. Dan jika Bung Karno senantiasa membawa tongkat komando. maka Lee (tulis T.S. George dalam Lee Kuan Yew's Singapore) punya lambangnya sendiri: sebuah termos. Isinya teh, yang dibawanya sepanjang hari buat minum dari acara ke acara. Lee tak pernah nampak menenggak sesuatu yang lebih keras dari itu. Ia juga amat mengurangi makan roti dan nasi, supaya jangan terlalu gemuk. Dan berolahraga (tak cuma golf). Tiap pagi ia antara lain berkeringat dengan loncat tali, satu jenis latihan yang menurut Dr. Cooper dari Angkatan Udara AS cukup baik buat menjaga kesegaran jasmani. Dari semua itu sang pemimpin Singapura bisa diduga akan bertahan lama, bukan saja dari proses penggembrotan dan pembuncitan. Menurut perhitungan di atas kertas, Lee juga akan bisa bertahan dalam posisinya kini sampai dua dasawarsa lagi. Apalagi hampir semua orang bilang, bahwa sebagaimana ia menjaga tubuhnya dari lemak, ia pun ketat menjaga pemerintahannya dari nikmat korupsi. Tapi toh ia bicara juga tentang pergantian kepemimpinan Singapura. Dalam wawancara yang disiarkan TV Australia di Sydney 19 Oktober 1176 ia mengakui: " . . . problim kita ialah bagaimana menemukan para pengganti -- orang muda dalam usia 30-an dan awal 40-an yang akan meneruskan kerja ini". Sebab, sebagaimana kadang diakui Lee dalam pembicaraan yang tak untuk disiarkan, para pemuda Singapura kini tak mudah diharapkan akan jadi pemimpin negara. Mereka terbiasa melihat bahwa negara yang berpenduduk ,5 juta itu sudah beres diatur Lee dan kawan-kawan segenerasinya. Mereka memilih jadi akuntan atau lainnya. Tak mengherankan. Menyiapkan pemimpin sebuah republik menghendaki suatu kehidupan politik, di mana bakat terbaik memerlukan saluran. Dan bakat yang terbaik bukanlah pada pak turut yang gampang disuap. Kecuali bila yang dikehendaki ialah kambing. Tapi bagaimana bila negeri dipimpin kambing? Mungkin itulah sebabnya The Straits Times, 23 Oktober 1976 menulis "kritik konstrukti" yang tak tiap kali terdengar: "Salah satu akibat kebijaksanaan PAP di kampus-kampus Singapura ialah depolitisasi komplit para mahasiswa. Ini harus dibalik, dam dengan cepat....".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus