Sejauh mana Maoisme berakar pada tradisi China?
Pengganyangan kaum radikal, yang dianggap penerus faham
Maois murni, menyebabkan masalah ideologi itu peting. Sebab
semangat "pragmatis" bisa mengendorkan pegangan ideologi
-- kecuali jika akarnya cukup kokoh.
Di bawah ini sebuah tinjauan:
DUA ribu tahun lamanya Konfusianisme jadi pandangan hidup
orang Cina. Tapi sebagai ideologi politik, ajaran yang berasal
dari ahli filsafat Kung Tsu itu (abad ke-6 S.M.) baru di abad
kedua sebelum Masehi mendapatkan bentuknya sebagai ideologi
politik. Konfusimisme meski punya beberapa persamaan dengan
agama-agana yang ada, ia sesungguhnya terutama merupakan
filsafat politik yang menjunjung tinggi suatu sistim
pemerintahan yang mengabdi pada kepentingan rakyat. Berhasil
tidaknya seorang kaisar, selalu diukur dari loyal tidaknya
rakyat terhadap pemerintahannya.
Konfusianisme membenarkan adanya suatu masyarakat bertingkat.
Salah satu cara mencapai tingkatan-tingkatan ini adalah
ujian-ujian negara yang dimulai oleh kaisar Wu Ti (141-87 S.M.).
Pejabat pemerintah bekerja demi kesejahteraan rakyat.
Konfusianisme juga menekankan pembentukan etika tiap individu.
Moralitas Kaisar amat menentukan berhasil tidaknya suatu
pemerintahan. Seluruh negara dibentuk oleh keluarga yang terikat
dalam hubungan susila antar anggota-anggotanya. Hal ini
tercermin jelas pada kepatuhan pada orang tua, ketaatan iseri
pada suami, loyalitas pada Kaisar. Moralitas sosial tercapai
lewat perluasan dari moralitas dalam unit-unit masyarakat
tersebut.
Dalam kenyataan, Konfusianisme itu tidaklah sedemokratis
dengan sangkaan semula. Ujian-ujian untuk mendapat kedudukan
lebih tinggi nyatanya cuma terbuka untuk kelas yang lebih
tinggi. Ini merupakan akibat dari mahalnya biaya belajar di
kota-kota. Tidak adanya ketunggalan penafsiran terhadap ajaran
ini pada gilirannya menimbulkan munculnya macam-macam
penafsiran. Pandangan-pandangan yang dianggap berlainan dengan
penafsiran orang yang sedang berkuasa, dengan segera ditindas.
Orang-orangnya disebut penyeleweng.
Bisakah tradisi yang demikian lama berakar bisa dengan segera
dihilangkan tanpa bekas'? Betulkah bahwa Maoisme merupakan bukti
keterlepasannya dengan tradisi dan ajaran yang ada sebelumnya di
Cina?
SECARA garis besar, terdapat tiga macam pendapat mengenai
kesinambungan Maoisme dengan tradisi Cina:
þ Maoisme merupakan fikiran moderen Barat (Marxisme), dan
persamaannya dengan ideologi tradisionil Cina hanya kebetulan.
Persamaan itu paling banter hanya mempermudah diterimanya
Marxisme. Pendirian ini terutama dianut oleh para Maois.
þ Maoisme merupakan suatu elite kekuasaan birokratis baru yang
melanjutkan praktek-praktek tradisionil setelah suatu intermezzo
selama 40 tahun.
þ Maoisme merupakan sambungan tradisi Cina, tapi tidak pada
Konfusianisme. Dalam hal ini, Taoisme yang dianggap palingan
kaum Maois itu.
Tapi persamaan menyolok antara Konfusianisme -- yang diganyang
Mao -- dengan Maoisme adalah dalam cara berfikir. Kedua-duanya
a-teoritis. Paling tidak, menurut ukuran Barat. Dalam
Konfusianisme pandangan teoritis dianggap tiada arti sama
sekali. Ilmu pengetahuan hanya dianggap berguna jika bisa
langsung dipraktekkan, dan praktek itulah yang menentukan nilai
suatu ilmu pengetahuan .
Hal semacam ini mempermudah Marxisme diterima di Cina. Yang
pasti Marxisme lebih menekankan praktek dibanding dengan
kebanyakan filsafat Barat. Di Cina, peranan praktek lebih
dipertajam terutama setelah Revolusi Kebudayaan secara terus
menerus dikampanyekan penggunaan filsafat Mao untuk tujuan
praktis, bukan cuma di bidang politik tapi juga dalam bidang
produksi bahkan juga dalam penelitian ilmiah. Dalam kehidupan
sehari-hari, mereka yang punya kedudukan penting adalah mereka
yang menguasai filsafat Mao, bukan mereka yang punya keahlian
khusus. Ini menjurus pada pendewaan fikiran Mao -- kebiasaan
yang juga ada pada Konfusianisme. Juga gagasan tentang
oto-kritik introspeksi, agar tiap individu memperbaiki diri
sendiri, sebenarnya sudah dikenal dalam zaman
neo-Konfusianisme.
Kedudukan Mao yang merupakan pusat dalam sistim Maois itu
sebenarnya juga bukan hal baru bagi tradisi Cina. Peranan
pemimpin sebagai pusat segala kegiatan juga merupakan doktrin
penting Konfusianisme. Maka seperti halnya para Kaisar, Ketua
Mao juga menjadi sandaran rakyat dan menjalankan kepemimpinannya
demi rakyat. Ia dianggap sebagai halnya Konfusius, guru besar
yang menjadi panutan. Rakyat belajar dari sang guru dan
kebijaksanaan sang guru menjamin kelancaran tata pemerintahan.
Semboyan Maois memang menyebut rakyat sebagai guru dari kaum
elit. Toh sementara itu berjuta-juta rakyat tidak bisa berbuat
apa-apa terhadap garis kebijaksanaan yang ditetapkan seorang
Mao.
Dalam sejarah Cina dikenal juga aliran lain, Taoisme. Pada
mulanya, Taoisme ini hanya sebuah aliran filsafat mistik yang
tidak ada bersentuhan dengan politik. Aliran ini pernah jadi
tempat pelarian kaum elit yang tidak bisa menyesuaikan diri pada
masa kekuasaan asing di Cina. Tapi sejak dinasti Han -- 200
tahun sebelum dan sesudah Masehi -- Taoisme juga muncul sebagai
aliran filsafat kaum pemberontak. Pemberontakan Pici Kuning dan
Tai Ping mendapatkan inspirasinya dari ajaran ini.
Oleh pengaruh Mohisme -- suatu aliran filsafat Cina kuno --
Taoisme kemudian Juga memperjuangkan persamaan. Ciri menonjol
dari Mohisme adalah penyatuan gagasan politik dengan agama
organisasi militer, ketaatan penuh pada pemimpin, persamaan
setia kawan dan simpati yang besar pada sentimentalitas rakyat
jelata. Kombinasi Taoisme dan Mohisme ini juga memusuhi
kebudayaan yang tidak mendukung perombakan masyarakat dan
manusia.
Taoisme bahkan memusuhi segala kemapanan dan cenderung untuk
selalu kembali pada sikap impulsif. Karena itulah maka tidak
mengherankan jika Taoisme ini juga tidak bersimpati pada pembawa
kultur tinggi, yakni kaum intelektuil dengan segala bentuk
hirarkinya. Dalam Zuang-zi, karya klasik Tao is, pekerjaan
tangan amat dipuji sebagai contoh bagaimana orang harus bekerja.
Dan ini dengan mudah ditemukan kembali dalam doktrin Maoisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini