Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Maoisme dan konfusionisme

Pendapat kesinambungan maoisme dengan tradisi cina: maoisme suatu elite kekuasaan birokratis baru, sambungan tradisi cina yang sama dengan marxisme. sikap praktis-pragmatis sangat diutamakan. (ln)

30 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejauh mana Maoisme berakar pada tradisi China? Pengganyangan kaum radikal, yang dianggap penerus faham Maois murni, menyebabkan masalah ideologi itu peting. Sebab semangat "pragmatis" bisa mengendorkan pegangan ideologi -- kecuali jika akarnya cukup kokoh. Di bawah ini sebuah tinjauan: DUA ribu tahun lamanya Konfusianisme jadi pandangan hidup orang Cina. Tapi sebagai ideologi politik, ajaran yang berasal dari ahli filsafat Kung Tsu itu (abad ke-6 S.M.) baru di abad kedua sebelum Masehi mendapatkan bentuknya sebagai ideologi politik. Konfusimisme meski punya beberapa persamaan dengan agama-agana yang ada, ia sesungguhnya terutama merupakan filsafat politik yang menjunjung tinggi suatu sistim pemerintahan yang mengabdi pada kepentingan rakyat. Berhasil tidaknya seorang kaisar, selalu diukur dari loyal tidaknya rakyat terhadap pemerintahannya. Konfusianisme membenarkan adanya suatu masyarakat bertingkat. Salah satu cara mencapai tingkatan-tingkatan ini adalah ujian-ujian negara yang dimulai oleh kaisar Wu Ti (141-87 S.M.). Pejabat pemerintah bekerja demi kesejahteraan rakyat. Konfusianisme juga menekankan pembentukan etika tiap individu. Moralitas Kaisar amat menentukan berhasil tidaknya suatu pemerintahan. Seluruh negara dibentuk oleh keluarga yang terikat dalam hubungan susila antar anggota-anggotanya. Hal ini tercermin jelas pada kepatuhan pada orang tua, ketaatan iseri pada suami, loyalitas pada Kaisar. Moralitas sosial tercapai lewat perluasan dari moralitas dalam unit-unit masyarakat tersebut. Dalam kenyataan, Konfusianisme itu tidaklah sedemokratis dengan sangkaan semula. Ujian-ujian untuk mendapat kedudukan lebih tinggi nyatanya cuma terbuka untuk kelas yang lebih tinggi. Ini merupakan akibat dari mahalnya biaya belajar di kota-kota. Tidak adanya ketunggalan penafsiran terhadap ajaran ini pada gilirannya menimbulkan munculnya macam-macam penafsiran. Pandangan-pandangan yang dianggap berlainan dengan penafsiran orang yang sedang berkuasa, dengan segera ditindas. Orang-orangnya disebut penyeleweng. Bisakah tradisi yang demikian lama berakar bisa dengan segera dihilangkan tanpa bekas'? Betulkah bahwa Maoisme merupakan bukti keterlepasannya dengan tradisi dan ajaran yang ada sebelumnya di Cina? SECARA garis besar, terdapat tiga macam pendapat mengenai kesinambungan Maoisme dengan tradisi Cina: þ Maoisme merupakan fikiran moderen Barat (Marxisme), dan persamaannya dengan ideologi tradisionil Cina hanya kebetulan. Persamaan itu paling banter hanya mempermudah diterimanya Marxisme. Pendirian ini terutama dianut oleh para Maois. þ Maoisme merupakan suatu elite kekuasaan birokratis baru yang melanjutkan praktek-praktek tradisionil setelah suatu intermezzo selama 40 tahun. þ Maoisme merupakan sambungan tradisi Cina, tapi tidak pada Konfusianisme. Dalam hal ini, Taoisme yang dianggap palingan kaum Maois itu. Tapi persamaan menyolok antara Konfusianisme -- yang diganyang Mao -- dengan Maoisme adalah dalam cara berfikir. Kedua-duanya a-teoritis. Paling tidak, menurut ukuran Barat. Dalam Konfusianisme pandangan teoritis dianggap tiada arti sama sekali. Ilmu pengetahuan hanya dianggap berguna jika bisa langsung dipraktekkan, dan praktek itulah yang menentukan nilai suatu ilmu pengetahuan . Hal semacam ini mempermudah Marxisme diterima di Cina. Yang pasti Marxisme lebih menekankan praktek dibanding dengan kebanyakan filsafat Barat. Di Cina, peranan praktek lebih dipertajam terutama setelah Revolusi Kebudayaan secara terus menerus dikampanyekan penggunaan filsafat Mao untuk tujuan praktis, bukan cuma di bidang politik tapi juga dalam bidang produksi bahkan juga dalam penelitian ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka yang punya kedudukan penting adalah mereka yang menguasai filsafat Mao, bukan mereka yang punya keahlian khusus. Ini menjurus pada pendewaan fikiran Mao -- kebiasaan yang juga ada pada Konfusianisme. Juga gagasan tentang oto-kritik introspeksi, agar tiap individu memperbaiki diri sendiri, sebenarnya sudah dikenal dalam zaman neo-Konfusianisme. Kedudukan Mao yang merupakan pusat dalam sistim Maois itu sebenarnya juga bukan hal baru bagi tradisi Cina. Peranan pemimpin sebagai pusat segala kegiatan juga merupakan doktrin penting Konfusianisme. Maka seperti halnya para Kaisar, Ketua Mao juga menjadi sandaran rakyat dan menjalankan kepemimpinannya demi rakyat. Ia dianggap sebagai halnya Konfusius, guru besar yang menjadi panutan. Rakyat belajar dari sang guru dan kebijaksanaan sang guru menjamin kelancaran tata pemerintahan. Semboyan Maois memang menyebut rakyat sebagai guru dari kaum elit. Toh sementara itu berjuta-juta rakyat tidak bisa berbuat apa-apa terhadap garis kebijaksanaan yang ditetapkan seorang Mao. Dalam sejarah Cina dikenal juga aliran lain, Taoisme. Pada mulanya, Taoisme ini hanya sebuah aliran filsafat mistik yang tidak ada bersentuhan dengan politik. Aliran ini pernah jadi tempat pelarian kaum elit yang tidak bisa menyesuaikan diri pada masa kekuasaan asing di Cina. Tapi sejak dinasti Han -- 200 tahun sebelum dan sesudah Masehi -- Taoisme juga muncul sebagai aliran filsafat kaum pemberontak. Pemberontakan Pici Kuning dan Tai Ping mendapatkan inspirasinya dari ajaran ini. Oleh pengaruh Mohisme -- suatu aliran filsafat Cina kuno -- Taoisme kemudian Juga memperjuangkan persamaan. Ciri menonjol dari Mohisme adalah penyatuan gagasan politik dengan agama organisasi militer, ketaatan penuh pada pemimpin, persamaan setia kawan dan simpati yang besar pada sentimentalitas rakyat jelata. Kombinasi Taoisme dan Mohisme ini juga memusuhi kebudayaan yang tidak mendukung perombakan masyarakat dan manusia. Taoisme bahkan memusuhi segala kemapanan dan cenderung untuk selalu kembali pada sikap impulsif. Karena itulah maka tidak mengherankan jika Taoisme ini juga tidak bersimpati pada pembawa kultur tinggi, yakni kaum intelektuil dengan segala bentuk hirarkinya. Dalam Zuang-zi, karya klasik Tao is, pekerjaan tangan amat dipuji sebagai contoh bagaimana orang harus bekerja. Dan ini dengan mudah ditemukan kembali dalam doktrin Maoisme.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus