Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lumpuh Sebelum Bergerak

4 Januari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gubernur-gubernur Jakarta datang dan pergi, silih berganti. Begitu pula mimpi-mimpi tentang angkutan massal yang diharapkan bisa memecahkan persoalan kota. Memang, penduduk Jakarta mengeluarkan duit relatif lebih tinggi dibandingkan dengan warga kota lain di dunia. Pengamat kota Marco Kusumawijaya menyebut, warga Jakarta menghabiskan 15-20 persen penghasilannya untuk biaya transportasi—dihitung dari pendapatan regional bruto. Padahal warga Singapura, Hong Kong, dan Tokyo hanya membayar 3-5 persen dari pendapatannya. Sementara itu, warga kota besar di Amerika dan Eropa hanya merogoh 5-8 persen dari koceknya untuk biaya transportasi. Tapi banyak kepentingan terlibat dalam setiap pembangunan sistem angkutan massal. Dan masyarakat hanya salah satunya. Gubernur Wiyogo Atmodarminto (1987-1992) 1. O-bahn Inilah bus terpadu, dengan rangkaian bus gandeng yang berjalan di jalur khusus, di sepanjang Blok M-Kota. Masing-masing punya daya tampung 90 penumpang. Jelas, Wiyogo, bekas Duta Besar RI di Jepang, terilhami model angkutan umum di Tokyo. Bisnis bergerak lebih cepat dibandingkan dengan realisasinya. Pemerintah daerah cepat menggandeng PT Citra-Summa (konsorsium yang dibentuk Grup Bimantara dan Summa). Beberapa instansi seperti Departemen Perhubungan dan Kantor Menteri Riset dan Teknologi dilibatkan. Proyek itu menelan biaya Rp 190,86 miliar. Namun uji coba proyek itu hanya bertahan tiga bulan lantaran tidak ada dana. Saat uji coba di jalur Sudirman-Thamrin, bukan kelancaran lalu lintas yang didapat, tapi taman-taman menjadi rusak karena terinjak-injak calon penumpang. Gubernur Surjadi Soedirdja (1992-1997) 2. Subway (kereta bawah tanah) Juga menghubungkan Blok M-Kota dengan 17 stasiun pemberhentian. Pemerintah daerah membuat desain dasar dengan bantuan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan akan menerapkannya pada 1997. Namun konsep ini dimentahkan oleh kekhawatiran terhadap struktur tanah di Jakarta, yang sebagian besar bekas rawa. Jika tiba-tiba terjadi gempa, bisa-bisa subway itu hancur berkeping-keping. 3. Triple Decker Ide angkutan yang membelah kota ini juga terlontar di masa Surjadi Soedirdja. Tapi proyek yang dikerjakan pihak PT Citra Marga Nusaphala Persada ini dihentikan. 4. Mass Rapid Transit (MRT) Masih di era Surjadi. Melalui Departemen Perhubungan, Pemda Jakarta pernah berencana mengembangkan sarana angkutan umum massal (SAUM) atau mass rapid transit (MRT) di Jabotabek. Proyek ini kabarnya akan selesai pada 2015. Namun proyek-proyek tersebut tidak terdengar lagi kelanjutannya. Sutiyoso, gubernur dua periode (1997-2007) 5. Busway Akan beroperasi pada awal 2004, busway bagian kecil dari sistem makro-angkutan umum terpadu di Jakarta, yang meliputi jaringan bus, kereta api bawah tanah, kereta api atas tanah (layang atau gantung), serta angkutan sungai dan penyeberangan. Tempo News Room

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus