Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Manula demam menyanyi

Sejumlah orang gaek mengikuti lomba nyanyi manula se-kalimantan selatan. dari 80 peserta, 6 maju ke final. m.n. doni,60, juara pertama. pensiunan guru seni suara mempersiapkan diri dengan baik termasuk tak merokok selama 10 hari.

1 Mei 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA bilang pada usia senja orang hanya sekadar membunuh waktu. Buktinya, sejumlah orang gaek di Kalimantan Selatan masih mampu meraih prestasi dalam Lomba Nyanyi Manula se- Kalimantan Selatan. Malam finalnya, di Gedung Sasana Bina Krida Budaya, Banjarmasin, pertengahan April lampau, dihadiri sekitar 2.000 pengunjung sebagian besar manusia usia lanjut (manula). Acara dimulai oleh ''bintang tamu'', bekas Ketua DPD PDI Kalimantan Selatan, H. Imansyah, 84 tahun. Ia mengalunkan Bengawan Solo, dan beroleh tepuk tangan panjang dari penonton. ''Kalau ikut lomba, beliau bisa-bisa menjadi juara,'' komentar seorang tamu. Ia menerima bingkisan khusus dari Gubernur H.M. Said. Lomba itu berhasil membuat demam 80 peserta. Enam lulus ke final. ''Andai mereka ada yang fals atau salah menyanyikan lagu, harap jangan dicemooh,'' kata M.P. Lambut, ketua juri. Menurut dosen Universitas Lambung Mangkurat itu, dewan juri tidak mencatat kesalahannya. ''Yang kami cari hanyalah yang terbaik dari mereka,'' kata Lambut menutup pidatonya. Karena seorang absen, finalisnya hanya lima. Mereka membawakan lagu pilihan dan lagu wajib Aku Ingin Hidup Seribu Tahun Lagi. Iramanya menjiplak lagu Tinggi Gunung Seribu Janji, tapi syairnya digubah oleh Santoso Lawoto, ketua panitia, begini: Kutercipta untuk siapa, membela nusa dan bangsa/Demi tugas yang mulia, kurela korban untuknya/Kini aku sudah tua, semangatku masih menyala/ harapanku bahagia, hidup aman sentosa/Untuk selamanya/Seribu tahun lamanya, dan seterusnya. Untung, kelima kontestan gaek itu tidak ada yang tersengal atawa terbatuk di pentas. Penampilan mereka lumayan apik. H.M. Suriansyah, 60 tahun, misalnya, berjas dan dasi, persis peserta lomba Bintang Radio dan Televisi. Kakek ini menjadi juara harapan kedua. Lain lagi Nyonya Yance Said, 64 tahun. Nenek tiga cucu pensiunan guru SD ini tampil berkebaya merah menyala. ''Inilah pertama kali seumur hidup saya mengikuti lomba nyanyi. Langsung juara kedua,'' komentarnya. Juara pertama adalah M.N. Doni, 61 tahun. ''Saya memang serius mengikuti lomba ini. Saya latihan full-time seminggu, dan sepuluh hari tidak merokok,'' katanya kepada Almin Hatta dari TEMPO. Kakek empat cucu ini pensiunan guru seni suara SMP Negeri 8 Banjarmasin. Ia menerima piala setinggi setengah meter plus uang Rp 300 ribu. ''Soalnya, ketika usia 30-an, saya berkali-kali ikut lomba Pemilihan Bintang Radio, tapi prestasi tertinggi cuma juara harapan,'' katanya. Dari pengalaman lomba yang disebut Santoso Lawoto pertama kalinya di Indonesia itu, sang ketua panitia berencana mengadakannya tiap tahun. ''Kalau mungkin, pesertanya manula di seluruh persada ini,'' katanya. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus