Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Masih Banyak Kartu di Tangan

Setumpuk tugas diplomasi, terutama di kancah internasional, terus dipercayakan kepadanya sampai sekarang.

19 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

10 Desember 2006, sore hari. Ali Alatas baru saja mendarat di lapangan udara Cebu, Filipina, untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN. Belum lagi membuka koper, rombongan delegasi diberi tahu bahwa taifun menyerang kawasan itu sebentar lagi jadi Konferensi dibatalkan. ”Malam itu, tanpa membuka koper kami tidur. Esoknya, pagi-pagi pesawat dari Jakarta menjemput kami pulang,” tutur mantan Menteri Luar Negeri itu.

Ali Alatas memang sudah menjadi mantan menteri, tetapi kesibukannya sebagai diplomat tidak mereda. Negara masih melibatkan diplomat senior ini dalam berbagai kancah politik internasional. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN adalah salah satunya.

Alex—demikian ia disapa—pensiun sebagai Menlu ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden. Pemerintahan baru ini memintanya menjadi penasihat Menteri Luar Negeri. ”Posisi ini terus saya pegang hingga kini,” katanya. Dua presiden setelah Wahid, yakni Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono, memintanya menjadi penasihat presiden dan utusan khusus. Sebagai utusan khusus, Alex pernah ditugaskan ke Myanmar, Swedia, Palestina, dan sejumlah negara lain.

Diplomasi adalah dunia yang tak lekang dari jalan hidup Alex. ”Saya akan tetap bertugas sampai tak mampu lagi,” kata suami Junisa Alatas ini. Panggilan tugas memang selalu menyerunya. Dari Tanah Air maupun dunia internasional. Bekas Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan memintanya ikut mempersiapkan konferensi masalah reformasi PBB. Dia juga didapuk menjadi anggota beberapa panel internasional, umpamanya High Level Group on the Alliance of Civilization, High Advisory Panel on OIC (Organisasi Negara-negara Islam) Charter, serta Expert and Eminent Persons Group on Asian Regional Forum.

Jejak kerja Alex masih hangat terasa dalam kedudukannya sebagai anggota Eminent Persons Group on ASEAN Charter. Akhir tahun lalu, tim ini berhasil menyusun rekomendasi Piagam ASEAN. Alex juga menyalurkan perhatiannya pada dunia hukum dengan menjadi penasihat di kantor pengacara Makarim dan Taira S.

Dalam sebuah kesempatan, dia membagikan pengalaman pribadinya sebagai diplomat. Dunia diplomasi, katanya, ibarat orang bermain kartu. Jadi, ”Jangan tunjukkan semua kartu pada orang lain. Dan, kita harus menjatuhkannya satu per satu.”

Alex jelas masih banyak memegang kartu: di usia 74 tahun dia masih melanglang ke berbagai belahan dunia untuk menjalankan misi diplomatik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus