Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Sardjono Jhony Tjitrokusumo menyaksikan langsung perusakan di Halte Tosari.
Polisi menduga ada aktor yang menggerakkan kelompok tertentu untuk melakukan perusakan fasilitas publik.
JAKARTA – Kabar itu diterima Direktur Utama PT Transjakarta Sardjono Jhony Tjitrokusumo pada Kamis petang pekan lalu. Sejumlah halte bus Transjakarta di Jalan Jenderal Sudirman dirusak massa. Saat itu memang ada unjuk rasa besar untuk menolak pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja.
Jhony segera beranjak dari kantornya untuk mengecek informasi itu. Tujuan pertamanya adalah Halte Bundaran Hotel Indonesia. Namun, di Dukuh Atas, mobil yang ditumpanginya tidak bisa bergerak. Jalan dipenuhi oleh pengunjuk rasa. Jhony terpaksa turun dari mobil dan berjalan kaki.
Dalam perjalanan itu, Jhoni melihat sekitar 20 orang, yang sebagian besar mengenakan pakaian serba hitam, sedang merusak Halte Tosari. Mereka mencopot paksa kipas angin dan layar monitor yang menempel di dinding. Benda-benda itu dijadikan alat untuk memecahkan kaca halte. Tanpa pikir panjang, Jhony menghampiri dan mendorong mereka agar keluar dari halte. Sempat terjadi adu mulut. Namun akhirnya orang-orang itu meninggalkan Halte Tosari.
Jhony pun urung melanjutkan perjalanan ke Bundaran HI. Dia memilih bertahan di Halte Tosari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak berapa lama, muncul lagi segerombolan orang. Satu di antaranya membawa kayu dengan api menyala di ujungnya. Lalu mereka membakar ember plastik di jalur bus Transjakarta, tepat di samping Halte Tosari. Beberapa temannya kemudian menyiram pintu masuk halte dengan bensin. "Enggak lama kemudian, sudah menyala api di sini, sudah enggak bisa dicegah," kata Jhony, kemarin.
Pada saat hampir bersamaan, dia juga mendapat informasi Halte Sarinah dan Halte Bundaran HI dibakar. Perusakan halte Transjakarta meluas hingga ke kawasan Senen, Harmoni, dan Sawah Besar. Bahkan sejumlah halte yang cukup jauh dari lokasi aksi massa ikut dirusak. “Total ada 46 halte,” katanya. Tiga halte yang mengalami kerusakan paling parah adalah Halte Tosari, Bundaran HI, dan Sawah Besar.
Jhony mengatakan tiga halte itu harus dibangun ulang dari fondasi awal. Hal itu dilakukan untuk memastikan tak ada dampak jangka panjang akibat terbakar. "Jadi mau dirobohkan, keruk ulang, fondasi ulang," katanya. Sedangkan untuk melayani penumpang, Transjakarta telah membangun fasilitas sementara.
Perusakan halte itu sebenarnya terekam kamera CCTV yang terpasang di halte. Namun rekaman CCTV musnah terbakar atau dirusak para pelaku. "CCTV kami yang analog soalnya," kata Jhony lagi. Tempo memperlihatkan foto tiga pemuda berpakaian serba hitam yang tengah membakar halte Transjakarta. Foto ini sudah menyebar di dunia maya.
Menurut Jhony, kelompok pemuda yang ia lihat mirip dengan orang-orang yang ada dalam foto. "Tapi (orang yang bertemu saya) lebih kurus, gerak-geriknya lebih selengean, dan tidak seberani ini," katanya sambil menunjuk foto yang diberikan Tempo.
Kepolisian saat ini masih menyelidiki orang-orang yang terlibat dalam perusakan sejumlah fasilitas publik pada Kamis lalu itu. Selain Halte Transjakarta, perusakan terjadi pada 18 pos polisi, ratusan sepeda bike share, dan gedung bioskop.
Polisi menduga ada aktor tertentu yang memang berniat membuat kerusuhan dengan memanfaatkan momentum unjuk rasa. "Ini masih kami kumpulkan semua (bukti) untuk mencari aktor di belakang kelompok ini," ujar Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Yusri Yunus.
Menurut Yusri, bukti yang sudah dikantongi polisi antara lain rekaman CCTV dan keterangan saksi. Penyidik masih mempelajari semua bukti itu. Ada indikasi, aktor utama perusakan telah menyiapkan logistik hingga alat yang digunakan oleh kelompok perusuh. Namun Yusri tidak bersedia menjelaskan lebih detail ihwal indikasi tersebut.
INGE KLARA SAFITRI | JULNIS FIRMANSYAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo