Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kecelakaan bus di Tanjakan Emen, Subang telah menelan korban tewas 26 orang dan puluhan korban luka-luka. Menurut supir bus PO Hasta Putra Utama, Suranto, perlu teknik dan skill dalam menghadapi jalur perbukitan yang penuh dengan kelokan dan turunan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Suranto melanjutkan jika bus melaju di kendaraan menurun, usahakan perseneling berada di gigi rendah, “Kalau turunan jangan pakai gigi tinggi, maksimal gigi tiga,” kata pria berusia 58 tahun tersebut kepada Tempo, Ahad 11 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurutnya, penggunaan gigi tinggi akan menambah beban pada rem, sehingga rem akan semakin panas dan kemungkinan akan terbakar. “Kalo pakai gigi tinggi kan mobil berarti jalannya kencang, rem juga harus sering ditekan. Nah semakin ditekan maka akan semakin panas, lama lama bisa blong,” ujar Suranto yang sudah menjadi supir bus sejak 1990.
Baca: Tabrak Pesepeda, Dodge Journey Bertenaga Hingga 173 HP
Senada dengan Suranto, supir PO Budiman, Dedi juga memberikan pernyataan serupa. Menurutnya, penggunaan gigi tinggi akan membahayakan dan berpotensi menimbulkan kepanikan. “Kalau rem tiba-tiba blong dalam kondisi kecepatan tinggi itu biasanya banyak supir-supir yang panik,” kata Dedi yang sudah 20 tahun menjadi supir bus.
Suranto juga menjelaskan bahwa supir bus wajib bisa membaca kondisi bus yang mereka bawa melalui panel instrumen yang ada di dasbor kemudi. “Harus tau kalau ini (jarum penunjuk pada panel instrument) sudah di warna merah, itu tandanya kompresor rem atau kanvas rem sudah habis,” jelasnya.
Sebelumnya, kecelakaan maut menimpa bus pariwisata di Tanjakan Emen, Ciater, Kabupaten Subang, pada Jumat, 10 Februari 2018. Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Ajun Komisaris Budhy Hendratno menuturkan kecelakaan itu bermula saat bus bernomor polisi F-7959-AA melaju dari arah Bandung menuju Subang.
Saat bus yang dikemudikan Amirudin itu melintasi jalan yang menurun dan berkelok, ternyata bus itu berjalan tidak terkendali, diduga lantaran remnya blong. "Bus itu pun menabrak sepeda motor Honda Beat bernomor polisi T-4382-MM," ujar Budhy.
Baca: Showroom Subaru Ini Tak Terjamah Manusia Selama Hampir 30 Tahun
Terkait dengan kondisi rem, baik Suranto ataupun Dedi mengaku pihaknya selalu melakukan pengecekan rem, oli, tekanan angin dan komponen kelistrikan pada busnya sebelum melakukan perjalanan.