Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Jalur Gaza merupakan wilayah daratan yang terletak di antara Israel dan Laut Tengah, serta berbatasan dengan Mesir. Kawasan tersebut menjadi sasaran utama dari serangan militer Israel yang ditujukan sebagai balasan atas serangan dari kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip Britannica, Jalur Gaza disebut sebagai salah satu wilayah permukiman terpadat di dunia. Berdasarkan sensus yang dilakukan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat Mesir, jumlah populasi di Jalur Gaza diperkirakan mencapai 2,2 juta jiwa pada 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lantas, seberapa luas Jalur Gaza bila dibandingkan dengan Jakarta?
Perbandingan Luas Jalur Gaza dan Jakarta
Jalur Gaza memiliki wilayah seluas 140 mil persegi atau sekitar 363 kilometer persegi. Kawasan itu tidak diakui secara de jure sebagai bagian dari negara mana pun.
Jalur Gaza terletak di dataran pantai yang relatif datar. Suhu rata-ratanya berada di antara 50 derajat Fahrenheit (sekitar 13 derajat Celcius) pada musim dingin dan 70 derajat Fahrenheit hingga terendah 80 derajat Fahrenheit (sekitar 20 derajat Celcius) pada musim panas. Daerah tersebut menerima curah hujan rata-rata sekitar 12 inci (300 milimeter) setiap tahunnya.
Pertanian menjadi sektor utama perekonomian warga di Jalur Gaza. Hampir tiga perempat lahan di daerah itu ditanami tanaman pangan, seperti jeruk, gandum, dan zaitun. Hasil panen dari buah-buahan tersebut diekspor ke beberapa negara di Eropa berdasarkan perjanjian dengan Israel.
Sementara itu, Jakarta, kota terbesar di Indonesia, terletak di sisi barat laut pulau Jawa. Pada 1966, wilayah itu dinyatakan sebagai ibu kota khusus yang statusnya kira-kira setara dengan provinsi.
DKI Jakarta memiliki luas sekitar 255 mil persegi atau sekitar 661 kilometer persegi. Kota itu juga menjadi kota industri, pusat perekonomian, dan pusat pendidikan yang disokong dengan daerah-daerah penyangga di sekitarnya, meliputi Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, atau disebut sebagai Jabodetabek.
Jakarta merupakan kota tropis dan lembab dengan suhu tahunan rata-rata 75 dan 93 derajat Fahrenheit atau setara 24 dan 34 derajat Celcius. Sedangkan curah hujan tahunannya lebih dari 67 inci atau 1.700 milimeter.
Sejarah Jalur Gaza dan Jakarta
Setelah kekuasan Ottoman berakhir pada Perang Dunia I (1914-1918), Gaza menjadi bagian dari mandat Liga Bangsa-Bangsa Palestina di bawah kendali Inggris. Kemudian, Majelis Umum PBB pada November 1947 menerima rencana pembagian Palestina-Arab-Yahudi atas wilayah Gaza.
Setelah mandat Inggris berakhir pada 15 Mei 1948, pasukan Mesir segera memasuki kota Gaza. Akibat dari pertempuran sengit pada musim gugur itu, wilayah sekitar kota yang berada di bawah pendudukan Arab dikurangi menjadi area sepanjang 25 mil (40 kilometer) dan lebar 4-5 mil (6-8 kilometer). Daerah itu selanjutnya dikenal sebagai Jalur Gaza.
Sementara permukiman pertama di Jakarta didirikan di muara sungai Ciliwung, sekitar awal abad ke-5 Masehi. Akan tetapi, sejarah resmi dari Jakarta dimulai pada 1527 ketika Sultan Banten mengalahkan Portugis dan menyebut daerah kekuasaannya sebagai Jayakerta (bahasa Sunda yang berarti Benteng Agung).
Pada 1619, Belanda di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen berhasil merebut dan menghancurkan Jayakerta. Setelah itu, ibu kota Hindia Belanda didirikan di wilayah Jayakerta dengan nama Batavia.
Nama Batavia tetap diakui secara internasional sampai Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Namun, Batavia resmi diproklamasikan sebagai ibu kota negara sekaligus diubah namanya menjadi Jakarta pada 27 Desember 1949.
MELYNDA DWI PUSPITA