Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menimbang Pasangan Prabowo-Puan

Gerindra dan PDIP menyatakan saling dekat. Prabowo Subianto memiliki potensi berpasangan dengan Puan Maharani.

28 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Puan Maharani (kanan) dan Prabowo Subianto di kediaman Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta, 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Partai Gerindra menyatakan terus mencermati munculnya dukungan bagi Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

  • Gerindra juga sedang mesra dengan PDIP.

  • Prabowo memiliki potensi untuk berpasangan Puan Maharani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Partai Gerindra menyatakan terus mencermati munculnya dukungan bagi Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada 2024. Partai ini juga tak memungkiri adanya pandangan bahwa Prabowo berpotensi dipasangkan dengan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Puan Maharani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengatakan dukungan dari kader dan pengurus partai berlambang burung garuda ini masih solid. Meski begitu, Dasco mengatakan akan ada forum khusus untuk menetapkan calon presiden pilihan Gerindra dan pasangannya. “Mengenai kalau Pak Prabowo jadi maju atau misalnya Pak Prabowo berpasangan sama siapa, itu akan dibahas di forum resmi nantinya,” kata Dasco kepada Tempo, kemarin.

Dasco menuturkan partainya saat ini berfokus melakukan konsolidasi internal. Prabowo, kata dia, juga meminta izin untuk berfokus menjalankan tugasnya sebagai Menteri Pertahanan.

Dalam sejumlah survei sejak awal 2021, Prabowo menjadi nama teratas yang akan dipilih untuk menjadi calon presiden dalam pemilihan umum 2024. Menurut survei Puspoll Indonesia pada akhir April lalu, misalnya, Prabowo Subianto berada di tingkat teratas dengan suara 20,9 persen; disusul Gubernur DKI Anies Baswedan 15,4 persen; dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 13,8 persen.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) dan Prabowo Subianto di Jakarta, 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat

Sementara itu, Puan belum memiliki angka keterpilihan yang moncer sebagai calon presiden. Berdasarkan survei Puspoll Indonesia, angka keterpilihan Puan baru 0,5 persen. Dalam survei Y-Publica yang dipublikasikan pada Rabu lalu, elektabilitas Puan hanya 0,7 persen. Sesuai dengan hasil survei Y-Publica ini, elektabilitas Ganjar Pranowo 20,2 persen; Prabowo Subianto 16,7 persen; Ridwan Kamil 15,9 persen; dan Anies Baswedan 7,6 persen.

Dalam survei yang sama, nama Puan Maharani menjadi yang terkuat dalam hal elektabilitas calon wakil presiden. Survei ini menampilkan elektabilitas anak Megawati Soekarnoputri itu sebesar 16,2 persen. Angka ini hanya ditempel tipis oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno—yang pernah menjadi calon wakil presiden—dengan torehan sebesar 15,6 persen.

Meski demikian, jika nama Prabowo-Puan dikombinasikan dalam satu pasangan calon, tingkat keterpilihannya menjadi yang teratas. Hal itu terlihat dalam riset Polmatrix Indonesia pada April lalu, yang menyatakan elektabilitas pasangan ini sebesar 19 persen. Angka tersebut berada di atas dua pasangan lainnya, yaitu Jusuf Kalla-Anies Baswedan (16 persen) dan Ganjar Pranowo-Khofifah Indar Parawansa (15,6%).

Setelah pemilihan presiden 2019, PDIP dan Gerindra disebut-sebut kembali membuat perjanjian Batutulis jilid II untuk mendukung Prabowo sebagai calon presiden dalam pemilu 2024. Sedangkan calon wakil presiden pendamping Prabowo berasal dari usulan PDIP. Perjanjian ini disebut sebagai kompensasi Gerindra bergabung ke kabinet pemerintahan Jokowi.

Kepada Tempo, Dasco menyebut informasi itu sebagai spekulasi yang tidak berdasar. “Setelah saya cek, tidak ada lagi perjanjian Batutulis,” kata dia.

Perjanjian Batutulis moncer menjelang pemilihan presiden 2009 saat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Prabowo mengikat ikrar saling mendukung. Terdapat dua poin krusial dalam perjanjian ini. Pertama, PDIP dan Gerindra sepakat mencalonkan Megawati sebagai calon presiden dan Prabowo sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan presiden 2009. Kedua, Megawati mendukung pencalonan Prabowo dalam pemilihan presiden 2014. PDIP dianggap mengingkari perjanjian ini dengan memajukan Joko Widodo sebagai calon presiden pada 2014.

Dasco mengklaim hubungan PDIP dan Gerindra di DPR tetap harmonis. Hanya, kata dia, kedua pihak belum membicarakan kesepakatan seputar pemilu 2024 karena masih berfokus melakukan konsolidasi internal.

Bambang Wuryanto .TEMPO/Imam Sukamto

Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP, Bambang Wuryanto, menyatakan tidak mengetahui informasi seputar perjanjian Batutulis itu. Perihal Puan, dia mengemukakan bahwa Megawati memberikan dukungan kepada anak-anaknya, termasuk Puan, untuk bertarung dalam pentas pemilihan presiden 2024.

Bambang mengatakan Puan memiliki sederet prestasi di pentas politik dan pemerintahan. Anggota Fraksi PDIP di parlemen pun bulat memilihnya sebagai Ketua DPR karena berhasil meraup suara terbanyak dalam pemilihan legislatif 2019 dibandingkan dengan kader partai banteng lainnya.

Meski prestasi Puan diklaim sudah berderet, Bambang mengatakan Megawati belum memutuskan calon presiden yang diusung dalam pemilihan presiden mendatang. “Sampai saat ini, belum ada keputusan dari Ketua Umum,” ujar Bambang.

Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad, mengatakan opsi Prabowo-Puan sebagai calon presiden-wakil presiden bisa saja disepakati oleh Gerindra dan PDIP. Ia mengatakan peluang ini dapat terjadi lantaran hubungan kedua partai tengah harmonis dalam koalisi pendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.

Apalagi, kata Nyarwi, Megawati dan Prabowo pernah berpasangan dalam pemilihan presiden 2009. “PDIP dan Gerindra juga memiliki kedekatan ideologis karena sama-sama partai nasionalis,” ujar Nyarwi.

Nyarwi mengatakan, jika kesepakatan Gerindra dan PDIP terjadi, kedua partai harus bekerja lebih keras untuk meraup suara karena memiliki tipikal pemilih yang hampir sama. Baik PDIP maupun Gerindra harus mencari cara untuk menggaet pemilih dari kelompok Islam.

Persoalan lainnya adalah elektabilitas. Meski berasal dari dua partai besar, Nyarwi mengatakan elektabilitas Prabowo cenderung stagnan. Sedangkan Puan dirasa kurang populer di tataran akar rumput.

Nyarwi menaksir, jika pemilu 2024 memunculkan tokoh yang lebih terkenal sebagai calon presiden, peluang Prabowo Subianto-Puan Maharani menuju Istana dapat terganggu. “Partai-partai lain bisa menyuarakan dukungannya juga untuk tokoh populer itu,” ujar Nyarwi.

PRAMONO | ANT | ROBBY IRFANY
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus