Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah orang membuat minuman herbal untuk diri sendiri, kemudian mereka juga menjualnya.
Minuman herbal kaya manfaat bagi kesehatan, termasuk menyembuhkan sakit ringan.
Tren membuat minuman herbal kian meningkat sejak pandemi Covid-19.
Bunyi menderu-deru dari mesin penggiling memecah kesunyian rumah pasangan suami-istri Faizal Ainul Adha dan Indah Rohana Nasution di sebuah gang di Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, pada Kamis, 9 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua mesin berbahan stainless steel yang berada di teras rumah itu tengah melumatkan kiloan kunyit, temulawak, dan kencur. Hasil penggilingan tanaman rimpang ini selanjutnya bakal diolah menjadi minuman herbal atau jamu bagi penderita maag dan GERD. Indah tengah menyiapkan stok minuman herbal ini untuk ia konsumsi, sekaligus dijual dengan jenama Jamuslimah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum menjadi pedagang jamu, perempuan berusia 28 tahun ini sudah rutin membuat minuman herbal sejak empat tahun terakhir. Ia terinspirasi oleh dokter sekaligus pendakwah, Zaidul Akbar, yang menggagas Jurus Sehat Rasulullah (JSR). Dalam kampanye tersebut, Zaidul membagikan resep ramuan kesehatan. “Jadi kayak tren juga. Ya, sudah saya aplikasikan ke diri sendiri, ternyata sesimpel itu bisa berkhasiat dan lumayan memberi efek pada tubuh hanya dengan merebus bahan-bahan di dapur,” kata Indah.
Indah memanfaatkan empon-empon yang ada di dapur, seperti jahe, sereh, kunyit, dan kencur. Rimpang tersebut sesekali juga dikombinasikan dengan daun salam dan diberi pemanis, seperti madu atau gula aren. Alumnus S-1 Teknologi Pangan Universitas Sriwijaya ini rutin meminumnya setiap pagi. Kalaupun membuat satu teko untuk sekeluarga, bisa dikonsumsi untuk pagi dan sore. “Dan itu saya bikin resep tergantung yang ada saja. Bukan berarti harus pakai resep A, B, C. Kalau lagi ada kayu manis, kapulaga, dan sereh, itu yang dipakai.”
Rutin mengkonsumsi minuman herbal membuat kondisi Indah sekeluarga jadi tidak gampang sakit. Bahkan, tak tersedia obat-obatan kimia di rumahnya. Indah mengatakan, minuman herbal bisa untuk mencegah tubuh terserang penyakit.
Karena sudah merasakan manfaatnya, Indah mulai tertarik mendalami dunia tanaman obat ini. Pada 2020, ia mengikuti kelas ilmu dasar membuat minuman herbal yang diadakan dokter Prapti Utami. Selain belajar mengaplikasikan resep-resep dari praktisi herbal tersebut, Indah jadi tahu cara mengolah yang benar, menentukan resep, hingga kontraindikasinya.
Walau hanya sebulan belajar, keinginan Indah mendalami kesehatan tak berhenti di situ. Ia berkuliah lagi di jurusan kesehatan tradisional di jenjang diploma satu. “Di situ saya tertarik dan ada pelajaran untuk pengobatan herbal juga,” ujar ibu dua anak ini. Selama setahun lalu, Indah mempelajari aneka terapi tradisional, salah satunya pengobatan herbal, bekam, akupunktur, hingga totok punggung.
Setelah mendapatkan ijazah, Indah pun tergugah untuk membagikan ilmunya. Salah satunya dengan menjadi kreator konten. Di akun Instagram-nya, @umisehat, Indah mengunggah puluhan video tentang resep jamu herbal alami. “Saya pengin punya gerakan atau suatu hal yang bermanfaat di kehidupan saya,” Indah mengungkapkan.
Indah Rohana Nasution di Depok, Jawa Barat, 9 Maret 2023. TEMPO/Subekti.
Seiring waktu, konten-konten Indah mulai ramai dikomentari. Jumlah pengikutnya di media sosial juga bertambah. Pengikutnya pun meminta Indah menjual minuman herbal buatannya. Ia dan suaminya lantas membuka bisnis Jamuslimah yang baru berjalan sejak Oktober tahun lalu. Produk pertama yang diluncurkan adalah Happy Siklus yang berbahan dasar induk kunyit, jahe merah, dan asam Jawa untuk menormalkan pola menstruasi yang tidak teratur.
Setiap bulan, Indah meluncurkan varian baru minuman jamu buatannya. Kini ada empat produk yang dipasarkan. Selain Happy Siklus, ada Blood Booster sebagai penambah darah, Maag GERD, dan Fresh Feminine untuk mengatasi keputihan. Setiap bulan, Indah bisa menjual 1.500-2.000 botol, dengan harga per botol Rp 19-25 ribu untuk ukuran 250 mililiter.
Indah mengatakan, ada berbagai tantangan menjual jamu di tengah gempuran minuman manis kekinian. Salah satunya soal distribusi. Karena jamu buatannya tanpa pengawet, produknya tak bisa tahan lama. Untuk pengiriman pun, Indah harus mencari ekspedisi yang memiliki chiller agar bisa tahan lama. “Mungkin untuk di luar Indonesia kita harus buat bubuk, tapi belum sampai ke sana,” kata dia. Jadi, saat ini, produk jamu buatan Indah baru menjangkau seluruh Jawa, Medan, Palembang, Lampung, Bali, Gowa, dan Makassar.
Tak Lagi Konsumsi Obat-obatan Kimia
Konten-konten Indah dalam membuat minuman herbal juga menggugah pengikutnya untuk melakukan hal serupa. Salah satunya ialah Annisa Nurislami. Ia beberapa kali merujuk pada resep Indah.
Tiap pagi, perempuan yang akrab disapa Cica ini membuat ramuan herbal untuk dikonsumsi keluarga. Biasanya, ia membuatnya dari campuran jahe, kunyit, dan sereh untuk menjaga daya tahan tubuh. Pola ini telah dia lakukan sejak lima tahun lalu.
Sekitar 2017, perempuan berusia 29 tahun itu berencana membuka usaha jualan lemon. Namun ia mempelajari lebih dulu pangsa pasarnya. Karena lemon erat kaitannya dengan kesehatan, Cica pun meng-endorse salah satu akun yang sering mengunggah ulang konten Zaidul Akbar mengenai resep-resep minuman herbal.
Pada tahun itu, kata Cica, sosok pakar herbal tersebut tengah naik daun. Cica mengamati sosok dokter asal Jambi itu populer karena banyak orang tengah mencari alternatif pengobatan selain obat-obatan kimia. “Ternyata ada gaya hidup dan pengobatan ala Rasulullah. Masuknya ke sana. Ternyata pasarnya di situ,” kata dia.
Cica lalu mencoba membuat ulang resep tersebut dengan menggunakan produk lemonnya. Sebab, kandungan lemon dapat memperkuat khasiat minuman herbal. Tak lupa, ia mendokumentasikan dan mengunggah foto kreasi minuman buatannya di media sosial. Rupanya, cara tersebut menarik minat para pelanggan. Sejak saat itu, ia rutin mengkonsumsi minuman herbal, sembari mempelajari tanaman rimpang yang merupakan bahan bakunya.
Hal yang membuat Cica konsisten meminumnya tiap hari adalah efek yang ia rasakan. Keluarganya sudah jarang mengkonsumsi obat-obatan kimia. Misalnya ketika anaknya sakit batuk, pilek, dan demam, Cica membuat minuman herbal untuk meredakan sakit tersebut. “Saya coba kasih ke anak, ternyata cocok. Pas flu, batuk, panas tinggi, enggak saya kasih parasetamol,” ujarnya. Walau demikian, Cica tak anti-obat-obatan kimia. Sesekali ia menggunakan parasetamol apabila demam sang anak tinggi mencapai 39 derajat Celsius.
Selain resep dari Zaidul Akbar, Cica mencari referensi dari Inggrid Tania, Ketua Umum PDPOTJI (Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia). Total kini sudah sekitar 60 resep minuman herbal yang telah dibuatnya dengan resep dari ahli.
Ia juga membagikan cara pembuatannya kepada warganet melalui akun Instagram pribadinya yang sudah berjumlah 138 ribu pengikut. Menurut ibu dua anak ini, membuat minuman herbal sendiri itu susah-susah gampang. Namun, untuk yang baru memulainya, Cica menyarankan agar menyetok bahan-bahan bakunya. “Kalau malas karena harus ngantor, ada jahe kering, kunyit kering, dan sereh kering. Pandan kering saja ada.”
Sembuh dari Gejala GERD
Sebagai orang yang selalu mengikuti tren gaya hidup sehat, Dewi Nurilla juga tak ingin ketinggalan membuat minuman herbal sendiri di rumah. Bukan sekadar ikut-ikutan, perempuan yang akrab disapa Illa ini punya riwayat sakit-sakitan. Ia sudah memeriksakan diri ke sejumlah dokter, tapi tak kunjung mendapatkan diagnosis pasti. “Bilangnya ini asam lambung. Yang dirasakan seperti gejala GERD,” ujar ibu dua anak yang tinggal di Bekasi ini.
Karena tak tahu apa penyakitnya, Illa pun memutuskan untuk mengubah gaya hidup. Ia memperbaiki pola makannya, ikut kelas kesehatan, dan mencoba berbagai diet. Ketika resep-resep minuman herbal dari Zaidul Akbar viral, Illa pun menjadikannya sebagai menu tambahan diet. Hampir setiap hari ia membuat resep ultimate water untuk menjaga imunitas.
Dewi Nurilla, ibu rumah tangga asal Bekasi yang membuat minuman herbal penambah imun. Dok pribadi
Setelah rutin mengkonsumsinya, Illa mengaku tubuhnya lebih segar ketika bangun pada pagi hari. Gejala GERD-nya juga perlahan tak lagi menyerang dan ia jarang mengkonsumsi obat-obatan kimia. Padahal, dulu, di tasnya selalu tersedia obat sakit kepala, flu, dan batuk.
Ingin memberi manfaat kepada orang lain, Illa juga mencoba menjual minuman herbal buatannya, yaitu Jamu Immune Booster, pada Februari tahun ini. Ide menjual minuman herbal ini muncul ketika ia terjangkit Covid-19.
Jamu penambah imun ini awalnya untuk dikonsumsi pribadi. Komposisinya adalah kunyit, jahe, apel, lemon, madu, dan garam laut. Setelah meminumnya, Illa mengaku tenggorokannya yang semula sakit langsung reda. Akhirnya, ia menceritakan kejadian itu kepada temannya. “Mereka minta kirim, akhirnya saya kirim sampel,” kata Illa.
Illa menyebutkan bahwa produksi jamu buatannya itu baru dilakukan tiga kali. Pada batch pertama, ia memproduksi 30 botol. Namun, karena jumlah permintaannya meningkat, ia kini menyediakan 100 botol untuk sekali produksi.
Perempuan berusia 44 tahun ini menuturkan, minum jamu tidak seperti makan cabai rawit yang dampaknya langsung dirasakan. Harus rutin mengkonsumsinya agar mendapatkan efeknya. “Saya baru lepas sakit maag itu enam bulan, tapi saya juga melakukan hal-hal lain. Saya makan sayur mentah, minum jus, jadi pola makan diubah.”
Agar konsisten meminum ramuan herbal, Illa mengatakan, hal yang terpenting adalah membuat secara sederhana. Misalnya cukup iris-iris bahan dan merebusnya. Tak perlu diblender. Hal yang kerap menjadi pro dan kontra juga soal cara mengolahnya, yaitu direbus atau diseduh. “Bagi saya, bukan di teknisnya, melainkan mau-enggak melakukannya? Itu pilihan daripada pusing direbus atau diseduh.”
Tren Membuat Minuman Herbal
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Inggrid Tania, mengungkapkan bahwa membuat minuman herbal di rumah sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang. Saat ini, trennya justru kian meningkat, terutama sejak pandemi. “Karena orang merasa butuh bagaimana dia bisa sehat dan tidak gampang sakit, imun kuat, tidak gampang ketularan,” kata Inggrid.
Inggrid mengatakan, minuman herbal yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah yang berbahan rempah-rempah atau empon-empon di dapur, seperti jahe, kunyit, sereh, dan jeruk nipis. Ada juga yang ditambahkan dengan kayu manis dan daun pandan.
Menurut Inggrid, banyaknya orang yang membuat minuman herbal ini tak lain karena mereka sudah merasakan sendiri manfaatnya setelah rutin mengkonsumsi. Bisa juga karena mendengar pengalaman orang lain. Selain itu, dari segi rasa, membuat ramuan herbal sendiri di rumah lebih segar dibanding produk jamu dalam bentuk bubuk kering meski manfaatnya hampir sama.
Alumnus Universitas Indonesia ini mengatakan, pembuatan minuman herbal secara mandiri juga didukung pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan. Namun ada banyak aspek yang perlu diperhatikan, khususnya dari segi pengetahuan mengenai cara pembuatan ramuan herbal yang baik dan benar. Pertama dari pemilihan bahan. Konsumen, terutama kelompok ibu rumah tangga yang paling banyak tertarik membuat minuman herbal sendiri, perlu mengidentifikasi bahan baku, seperti jahe, kunyit, ataupun temulawak.
Ketua umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Inggrid Tania. Dok. Pribadi
Kemudian, pilihlah empon-empon yang segar atau tidak kisut. Untuk takarannya, Inggrid mengatakan, ukurannya bisa bervariasi untuk sekali minum. Sebab, tanaman rimpang ini memiliki rentang keamanan yang luas. Maksimal, kata Inggrid, takarannya adalah 100 gram. “Jadi, empon-empon ini termasuk aman seperti halnya kita konsumsi buah apel, konsumsi 1-10 kan aman, yang penting enggak sampai berkilo-kilo,” ujarnya.
Setiap bahan herbal juga harus dibersihkan dengan air mengalir. Bahkan, kalau perlu, kulitnya disikat karena sering kali masih ada sisa tanah yang menempel. Setelah itu, kulit rempah boleh dikupas tipis-tipis. Sebab, kulit tanaman rimpang mengandung minyak asiri yang berkhasiat. “Kulit enggak dikupas enggak apa-apa asalkan sudah bersih.”
Selanjutnya, tanaman herbal ini bisa diolah mentah. Misalnya kunyit atau temulawak yang sudah dibersihkan bisa diparut dan diperas airnya, lalu diminum. Bisa juga ditambahkan campuran gula aren sebagai pemanis. Alternatif bahan pemanis lainnya yang aman adalah madu.
Jika enggan dikonsumsi mentah, Inggris juga memberi pilihan untuk direbus minimal 5 menit dan maksimal 30 menit. Takaran airnya juga sesuai dengan selera. Jika ingin direbus sampai 30 menit, dibutuhkan dua gelas air untuk merebus. Tapi, jika hanya 5 menit, satu gelas air sudah cukup. Prinsipnya, kata Inggrid, kalau bahan herbal sudah diiris kecil dan tipis, masih bisa direbus dengan api kecil selama 5 menit setelah air mendidih.
Untuk alat merebusnya, seperti panci juga sebisa mungkin yang berbahan tanah liat, kaca, atau stainless steel. Jangan dari aluminium karena itu bisa berinteraksi dengan zat-zat aktif dalam ramuan herbal. Alat pengaduknya juga usahakan yang berbahan stainless steel atau kayu. Bahan dari plastik tidak diperbolehkan karena khawatir bakal tercampur panas dan memberi efek negatif. Selama merebus, panci harus ditutup supaya minyak esensial dalam ramuan herbal tidak banyak menguap keluar.
Setelah itu, ramuan herbal ini siap disajikan dan bisa diminum maksimal empat kali. Sebab, bila minum berlebihan, justru bisa menimbulkan efek samping, seperti gangguan pencernaan dan diare.
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo