Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Moge Super Langka dari Jepang Jadi Bintang di Jogja Bike Rendezvous 2022

Rikuo ini produksi motor besar Jepang pertama di dunia, dengan kapasitas mesin 1.000 cc. Ditempatkan di area khusus di Jogja Bike Rendezvous 2022.

19 September 2022 | 07.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah koleksi langka turut mejeng dalam ajang Jogja Bike Rendezvous (JBR) yang dipusatkan di Jogja Expo Center atau JEC 16-18 September 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam kegiatan silaturahmi pecinta motor Harley-Davidson se-Indonesia yang dihadiri 1.500-an bikers itu, beberapa koleksi super langka menempati space khusus di bagian barat gedung, agak terpisah dari keriuhan pengunjung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada satu koleksi motor gede yang seolah posisinya sangat dispesialkan.

Motor berwarna hitam yang dilengkapi sespan penumpang itu ditempatkan di tengah koleksi Harley-Davidson langka lain yang mengelilinginya.

Motor gede yang 'dipagari' motor-motor Harley langka itu ternyata tak membawa merek Harley-Davidson. Melainkan merek Rikuo. 

Di dekat motor itu ada keterangan singkat bertulis 'Produk Harley yang dibuat dipabriknya di Jepang'

"Motor Rikuo ini milik anggota HDCI Yogyakarta yang sekarang sedang berada di Amerika, beliau alumnus Harvard University yang sehari-hari bekerja di sana, jadi hanya motor koleksinya saja yang diboyong ke sini," kata pegiat HDCI Yogyakarta, Ndandung ditemui Minggu 18 September 2022.

Ndandung menuturkan, Rikuo itu ditempatkan spesial karena di kalangan pecinta motor besar motor itu bukan sembarang motor meskipun tak menyandang emblem Harley-Davidson.

Motor gede pertama lansiran Jepang periode awal 1930-an silam itu, dikenal sebagai satu koleksi paling langka. Tak hanya di Indonesia, bahkan dunia.

Motor Rikuo ini tercipta sebelum perang dunia kedua (1939-1945) meletus. 

Saat itu Amerika masih terbuka bekerja sama transfer teknologi pembuatan motor besar dengan cara membangun pabrik motor besar pertama di Jepang yang beroperasi di bawah lisensi Harley-Davidson. 

Proyek pertama transfer teknologi Amerika dan Jepang itu lantas melahirkan replika menyerupai produk Harley-Davidson yang dinamai Rikuo.

"Rikuo ini produksi motor besar Jepang pertama di dunia, dengan kapasitas mesin hanya 1.000 cc, sedangkan Harley-Davidson saat itu 1.200 dan 1.300 cc," kata Ndandung.

Karena diproduksi di Jepang, motor Rikuo ini emblemnya hanya menyertakan bingkai logo seperti Harley Davidson tapi bagian tengahnya polos saja alias kosong tanpa tulisan 'Harley-Davidson'. 

Emblem logo Rikuo ini pun sangat kecil, nyaris tak kelihatan karena ditempatkan di garpu porok depan.

"Di Indonesia, motor Rikuo yang kondisinya masih utuh dan full orisinil spare part-nya seperti ini tak lebih dari dua atau tiga unit, di Jogja ada satu ini," kata Ndandung diamini para pegiat HDCI Yogyakarta lain.

Ndandung menuturkan, di kalangan pecinta dan pegiat motor Harley-Davidson di tanah air, motor Rikuo sering dianggap barang ghoib. 

Karena memang selama ini tak pernah ditemukan baik langsung atau lewat cerita di berbagai ajang silaturahmi pecinta motor besar yang biasanya rutin digelar antar komunitas motor besar.

"Termasuk di negara asalnya Harley-Davidson, di Amerika, terutama di museumnya di Milwaukee, tak ada wujud Rikuo ini," ujar dia.

Sedangkan di negara produksinya di Jepang, Rikuo yang porok depannya masih memakai model pir ulir seperti lansiran perdana seperti itu tak terlacak lagi. Hanya ada beberapa Rikuo yang terlacak namun model baru yang mana poroknya sudah berbentuk teleskop.

"Makanya ketika koleksi Rikuo perdana ini ternyata dimiliki anggota di Yogya, itu jadi seperti heritage, publik akhirnya bisa melihat wujudnya langsung," kata Ndandung yang menyebut motor Rikuo itu baru kali pertama muncul di ajang Jogja Bike Rendezvous yang sudah digelar sejak 2007 silam.

Rikuo model perdana ini pun menjadi model terlangka karena selain berhenti produksi, kemungkinan punah karena telah dikanibal sebagai onderdil motor lain atau berakhir menjadi barang rongsokan.

"Dengan kondisinya yang super langka itu, taksiran Rikuo ini mungkin sudah sampai miliaran rupiah, dengan catatan yang punya mau menjual," kata dia. 

Rikuo ini, kata Ndandung, sudah seperti karya seni yang harganya jika pemilik mau menjual sudah pasti di luar nalar.

"Meskipun mau ditukar beberapa Harley-Davidson terbaru sekalipun, tak akan dilepaskan kalau sudah tak mau," kata Ndandun.

Pegiat HDCI Yogyakarta lain, Doni Tape, menuturkan, di komunitas sendiri tak ada yang tahu persis bagaimana Rikuo ini bisa diperoleh sang pemilik yang akrab disapa Mas Dewo itu.

"Infonya motor Rikuo ini diperoleh di Yogya, hanya kemudian direstorasi total dengan semua onderdil asli bawaannya," kata Doni yang menyebut motor itu semua fungsinya masih berjalan normal. 

Doni menuturkan, motor yang bodinya lebih bongsor dari Harley-Davidson itu, kemungkinan bisa masuk ke Yogya bersamaan masa penjajahan Jepang 1942-1945.

"Tak ada yang tahu persis bagaimana Rikuo itu bisa masuk Indonesia, sejauh ini yang paling masuk akal hanya ketika Jepang menjajah Indonesia," kata dia.

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus