Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta – Ketua III Asosiasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi Indonesia M. Mushanif Mukti menjelaskan pada rancangan awal, berat beban yang bisa ditampung selasar Tower II Bursa Efek Indonesia atau BEI sekitar 500 kilogram per meter persegi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dari total berat yang bisa ditampung itu, kemampuan material yang digunakan untuk membangun selasar harusnya bisa menahan beban satu setengah atau dua kali lipat, yakni sekitar satu ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Jadi soal panjang dan lebar selasar, sepanjang itu direncanakan dan dihitung dengan baik tidak akan terjadi (roboh)," ujar Mushanif saat ditemui di gedung BEI, Jakarta Selatan pada Selasa 16 Januari 2018.
Mushanif diminta hadir oleh tim Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri untuk melihat kondisi selasar yang roboh pada di Lantai Mezanin Tower Dua, pada Senin 15 Januari 2018, sekitar pukul 12.20 WIB.
Ada 77 orang mengalami luka akibat kejadian itu. Getaran keras akibat runtuhnya selasar terasa sampai lantai 29 gedung tersebut.
Mushanif menjelaskan jika berat yang bisa ditampung hingga 500 kilogram per meter, dengan asumsi berat siswa SMA sekitar 64 kilogram, maka selasar bisa menampung hingga delapan orang per meter persegi.
Ini belum ditambah dengan perkiraan kekuatan material yang harusnya bisa menahan hingga dua kali lipat.
"Yang kemarin kondisinya bukan karena kebanyakan orang," ujarnya.
Menurut pengamatan Mushanif melalui video CCTV yang tersebar, penyebab rubuhnya selasar lebih disebabkan kondisi material bangunan yang sudah dalam kondisi fatigue (kelelahan).
"Menurut analisis dari ITB, bebannya belum sampai 500 kg per segi, jadi kemungkinan memang bahannya yang kurang baik," ujarnya menjelaskan soal robohnya selasar di gedung BEI.